Oleh : Ulul Maskuriah
Jurnalis LKBN Antara Banjarmasin
Sasirangan yang merupakan kain khas Kalimantan Selatan kini mulai dikenal dan diminati bukan hanya oleh warga provinsi kaya tambang ini tetapi juga warga dari berbagai daerah di Indonesia hingga dikenal pula di mancanegara.
Hal ini karena kain sasirangan mulai dikembangkan dengan lebih beragam, baik itu corak, warna, kain maupun aspek lainnya sehingga lebih modern dan kekinian, tanpa meninggalkan corak aslinya.
Perajin dan desainer kini sudah mulai mengembangkan berbagai desain baju yang indah dan menarik dengan bahan dasar sasirangan, sehingga baju-baju sasirangan semakin diminati dari berbagai kalangan.
Bahkan, salah seorang desainer terkenal nasional Vivi Zubaidi, kini fokus mengenalkan sasirangan melalui peragaan busana yang dilaksanakan di beberapa negara.
Bukan hanya desainer nasional, saat ini sejumlah pengusaha sasirangan lokal juga fokus mengembangkan konsep baru sasirangan agar bisa diterima berbagai kalangan, terutama remaja.
Seperti pengusaha muda pemilik rumah produksi sasirangan Hulu Sungai Selatan (HSS), Hawa Nur Huda, yang telah menggeluti produksi sasirangan sejak 2012. Menurut Hawa, sejak 2014 ia mencoba memproduksi kain sekaligus pakaian jadi dengan model yang disesuaikan tren anak muda.
Hawa ingin kain khas Banjar ini, tidak hanya dikenal oleh orang dewasa, tetapi juga bisa dicintai oleh generasi muda. Bahkan kalau memungkinkan, anak-anak muda merasa bangga memakai baju sasirangan dalam kegiatan sehari-harinya.
“Memang tidak mudah untuk mengajak anak-anak muda untuk memakai sasirangan dalam kesehariannya, karena sasirangan identik dengan pakaian formal atau pakaian yang digunakan di perkantoran saja,” katanya.
Namun, Hawa tidak menyerah apalagi saat ini upaya tersebut lebih mudah dengan adanya media sosial. Untuk itu, ia mengajak beberapa “influencer” seperti selebgram yang berpengaruh khususnya di Kalsel untuk bisa menggunakan produknya.
Selain itu, para pesohor tersebut, juga dijadikan model katalog di setiap edisi model baju yang dia keluarkan.
Hasilnya, kini permintaan baju sasirangan dari generasi muda mulai meningkat, walaupun belum sesuai yang diharapkan.
“Saya ingin membumikan sasirangan, bukan hanya untuk sekolah, kantor atau acara resmi lainnya, tetapi sasirangan juga harus menjadi kebanggaan generasi muda, dengan mencoba mengikuti tren model dan coraknya,” katanya.
Menjanjikan
Mulai dikenalnya industri sasiranan secara nasional bahkan internasional, membuat industri kain khas ini maju pesat dan memiliki potensi besar untuk terus didukung dan dikembangkan.
Kini, bukan hanya pemda yang melirik untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif ini, tetapi juga swasta dan berbagai pihak terkait juga berlomba mendukung pengembangan industri yang sudah menjamur bukan hanya di Kota Banjarmasin, tetapi juga seluruh daerah di Kalsel.
Hampir seluruh pemerintah daerah di Kalsel, kini cukup serius memperhatikan perkembangan industri kain khas daerah tersebut.
Bahkan di masa pandemi Covid-19, pemerintah provinsi juga memberikan dukungan penuh terhadap industri ini, agar tetap bertahan dengan memberikan subsidi pembuatan masker.
Pemerintah, memesan ribuan masker dari kain sasirangan untuk dibagikan ke masyarakat secara gratis, dan hasilnya industri ini tetap bertahan, dan kini semakin menggeliat.
Selain itu, beberapa daerah kini telah mengembangkan corak sasirangan sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
Salah satu lembaga yang konsentrasi mengembangkan industri sasirangan berbahan alami yaitu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Kalsel.
Tenaga Analis BRGM Kalimantan Selatan Enik Maslahah di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), mengatakan, BRGM telah memberikan pelatihan keterampilan dengan memanfaatkan bahan baku alam yang ada di sekitar daerah gambut tersebut, menjadi salah satu bahan baku pewarna sasirangan.
Pelatihan tersebut diikuti oleh tiga kelompok perempuan dari Desa Darussalam, Kaludan Kecil dan Teluk Karya. Saat ini, produk kain sasirangan berbahan alami asal HSU tersebut, sudah dipamerkan di Berlin Jerman dan berhasil menyedot perhatian bahkan dikenakan model internasional di ajang tersebut.
“Artinya produk kerajinan kita sudah dikenal kalangan atas dan menengah, hal ini diharapkan bisa memotivasi perajin dan meningkatkan pendapatan mereka,” Kata Bupati Hulu Sungai Utara Abdul Wahid HK dalam suatu kesempatan.
Bukan hanya HSU, saat ini beberapa kabupaten lain, juga gencar mengembangkan motif sasirangan khas daerah, seperti Kabupaten HSS mengembangkan motif katupat, rabung paring dan balanting paring, dan Kabupaten Kotabaru menampilkan motif ikan todak kembar.
Beberapa motif sasirangan berdasarkan Kalselpedia disebutkan, motif kulat karikit, gigi haruan, iris pudak, dan ular lidi.
Kemudian ada lagi motif sasirangan daun Jaruju, tampuk manggis, hiris gagatas, kambang sakaki, bintang sudut ampat, bintang sudut lima, bintang sudut tujuh, gugusan bintang dan bintang bahambur.
Kambang Kacang, bayam raja, ramak sahang, daun katu, gelombang, kangkung kaumbakan, ombak sinampur karang, turun dayang, mayang maurai dan naga balimbur, dara manginang, motif sarigading dan lain sebagainya.
Biasanya, motif-motif kain sasirangan tersebut, dikembangkan sesuai dengan potensi daerah, baik itu flora, fauna, maupun budaya, sehingga, corak-corak tersebut selain menambah keberagaman keindahan corak sasirangan, sekaligus promosi potensi daerah.
Baju Muslim
Selain meningkatkan produk dan motif sasirangan, saat ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga mendorong industri baju muslim sasirangan, yang juga diyakini memiliki pangsa pasar cukup besar, bukan hanya di Kalsel tetapi juga nasional bahkan internasional.
Upaya tersebut, antara lain dengan memberikan pelatihan desain dan menjahit kepada para remaja wanita, untuk baju muslim sasirangan.
Dinas Perindustrian Kalsel memberikan kesempatan kepada sebanyak 20 orang peserta wanita dengan umur 18-35 orang untuk mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) busana muslim dan aksesoris fesyen berbasis sasirangan se Kalimantan Selatan, kerja sama dengan Butik Diandra Busana.
Kepala Dinas Perindustrian Kalsel H Mahyuni mengatakan, kegiatan itu untuk mendukung kearifan lokal dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merancang desain busana muslim, agar tercipta desainer-desainer muda yang mengerti keinginan konsumen di dunia adibusana.
Kalsel memang harus terus berlari kencang untuk mengejar segala ketertinggalan berbagai bidang pembangunan, termasuk di bidang industri kreatif salah satunya adalah melalui industri fesyen.
Saat ini, industri fesyen di Kalsel, memang belum seperti perkembangan kain khas daerah lainnya seperti batik, songket, bordir dan lainnya, tetapi dengan banyaknya generasi muda yang mulai tertarik menekuni sektor ini, tidak menutup kemungkinan kain sasirangan juga akan lebih cepat dikenal dunia.
Apalagi, Kalsel kini menjadi salah satu daerah pusat pengembangan ekonomi syariah nasional, ini menjadi kesempatan emas bagi industri busana muslim khas daerah Kalsel, untuk mengambil peran sebagai pusat pengembangan busana muslim nasional, bahkan global.