Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Hari Lansia Sejahterakan?

×

Hari Lansia Sejahterakan?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Siti Rahmah, S.Pd
Pemerhati Keluarga

Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) diperingati atas dasar situasi dan kondisi sejarah yang pada waktu itu, Dr KRT Radjiman Widiodiningrat, didaulat oleh peserta sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk menjadi pimpinan sidang dimaksud karena memiliki pemikiran yang cemerlang sekaligus sebagai anggota paling sepuh pada 29 Mei tahun 1945. Tanggal tersebut dicetuskan kembali dan dicanangkan pada 29 Mei 1996 di Semarang sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) oleh Presiden RI pada saat itu, sebagai penghormatan atas jasa, pemikiran dan kebijakan Dr KRT Radjiman Widiodiningrat.

Baca Koran

Peringatan HLUN 2022 mengambil tema “Lansia Sehat, Indonesia Kuat”. Tema tersebut dipilih dengan didasarkan pada kenyataan, bahwa populasi lansia di Indonesia cukup besar. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia (10,82 persen total populasi).

Sebelumnya, Hari Lansia diperingati secara internasional. Hari Lansia Internasional (HLI) berasal dari gerakan Vienna International Plan of Action on Ageing di Kota Wina, Austria. Gerakan ini kemudian diambil oleh Majelis Dunia dan disahkan oleh PBB. Pada 14 Desember 1990, PBB menetapkan HLI jatuh pada 1 Oktober. (Detik News, 1/6/2021)

Kelahiran HLI ini merupakan bentuk kepedulian PBB kepada lansia. Pada saat itu, International Telecommunications Union (ITU) melaporkan bahwa perempuan dan lansia mengalami ketakadilan dalam dunia RI 4.0, yakni semua kehidupan berpangku pada teknologi, sedangkan mereka ketinggalan. Hal ini mengakibatkan mereka banyak mengalami kesulitan. Akhirnya, PBB membuat HLI untuk membantu.

Masalah lansia tidak akan pernah selesai hanya dengan memberi bantuan. Ibaratnya, luka mereka terus diobati, tetapi penyebab luka masih dibiarkan. Alhasil, sayatan itu tidak akan sembuh karena penyebab utamanya tidak diselesaikan.

Baca Juga :  SEKOLAH MAHAL ATAU PRESTASI

Di sisi lain, nilai agama juga mulai hilang. Pendidikan agama hanya formalitas 2 SKS per semester. Arus moderasi pun selalu memberikan sensasi yang menutup sanubari. Hasilnya, lahir generasi individualistis, materialistis, kapitalistik yang tidak paham apa itu birul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).

Itulah sebab banyak anak tega mengirim orang tuanya ke panti jompo. Dengan alasan tidak mampu menghidupi, tidak bisa merawat karena sibuk, bahkan ada yang malu punya orang tua renta. Kapitalisme telah berhasil mengubur naluri kasih sayang dalam keluarga.

Lansia termasuk rakyat yang harus dipikirkan keberadaannya. Meskipun mereka tidak bisa apa-apa, tetapi menjadi kewajiban negara untuk mengurusnya. Di samping itu, negara juga perlu menciptakan iklim yang kondusif bagi lansia agar mereka bisa hidup bahagia sampai akhir hayatnya.

Islam menjamin kesejahteraan lansia dengan dasar akidahnya dan seperangkat peraturannya akan membentuk situasi yang kondusif sehingga rakyat akan memahami di mana tanggung jawab mereka.

Misalnya, seorang anak akan memahami kewajibannya ketika orang tua sudah lanjut usia. Dengan dorongan berbakti kepada orang tua, mereka akan merawatnya.

Seperti firman Allah SWT, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. (QS. Al-Isra’: 23).

Ayat tersebut jelas mewajibkan seorang anak untuk bersikap baik pada orang tuanya. Apalagi jika sudah berusia lanjut maka merawatnya adalah kewajiban. Sangat pentingnya, hingga Rasulullah SAW bersabda, “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga”. (HR Muslim)

Baca Juga :  Kartini Abad 21 : Ketika Literasi Menjadi Senjata di Era Digital

Tidak hanya memberikan perintah wajib bagi anak, tetapi Islam juga memiliki cara membentuk lingkungan yang kondusif. Mulai dari orang tua yang wajib mengasuh anaknya, memperhatikan dan mendidiknya. Selain itu juga menyediakan sekolah yang menjadikan Islam sebagai landasan sehingga sejak kecil anak akan terjaga dari pemahaman asing dan tertanam dalam benaknya berbakti kepada orang tua.

Perlakuan yang baik terhadap anak, kondisi masyarakat yang islami, dan aturan negara yang ketat akan mendorong seorang anak menjaga orang tuanya. Aturan ketat itu, misalnya, memberikan sanksi pada orang tua yang tidak bisa mendidik dan menelantarkan anak, atau memberikan sanksi pada anak yang sengaja membuang orang tuanya.

Kondisi terakhir apabila si anak memang tidak mampu mengurus orang tuanya karena alasan syar’i, maka tanggung jawab itu beralih pada keluarga besarnya. Apabila tidak mampu juga maka negara akan mengambil alih pemenuhannya. Semua kebutuhannya akan dicukupi.

Seluruh konsep ini akan membantu menyejahterakan para lansia. Oleh karena itu, pemberian Hari Lansia sebenarnya bukan sesuatu yang urgen karena yang terpenting bagi mereka adalah menyelesaikan masalah dari akarnya. Hal itu hanya bisa diperoleh dalam Islam. Jadi, bagaimana menurut Anda? Masihkah berpikir dua kali untuk mengambil Islam? Wallahualam.

Iklan
Iklan