Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Indonesia

×

Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Indonesia

Sebarkan artikel ini

Oleh : I Ketut Suarna, S.Pd.SD, Gr
Guru SDN Sebamban Baru

Menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), guru mempuinyai tugas “among” (emban) atau “momong” (mengemban). Maka guru diibaratkan seorang pengasuh (fasilitator) yang mempunyai peran mengasuh, membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai bakat dan minat yang diasuh. Maka guru hendaknya mencermati garis kodrat kemampuan siswa agar jiwanya merdeka lahir dan batin. Anak-anak mempuyai kodratnya masing-masing.

Baca Koran

Guru mempunyai tugas mulia menuntun kodrat anak tersebut. Melalui pendidikan, guru akan menuntun anak yang sudah mempunyai kodrat baik akan menjadi lebih baik lagi.

Mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. 

Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, dituntut untuk berpikir kembali mengenai makna dan tujuan pendidikan. Dalam kaitannya dengan Standar Nasional Pendidikan, Maka dengan ini berusaha menempatkan profil pelajar Pancasila sebagai acuan utama standar kompetensi lulusan, karenanya harus dijadikan pedoman dan dihidupi oleh para pendidik, khususnya guru penggerak di Indonesia.

Fenomena pandemi Covid-19 sejak permulaan tahun 2020. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus mengungkapkan bahwa orangtua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu membuat percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Dari pengalaman tersebut, disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai pendidik mau tidak mau harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.

Baca Juga :  Evakuasi Gaza, Solusi Semu yang Mengkokohkan Penjajahan

Karakter seorang guru akan menjadi panutan bagi para peserta didiknya. Suka atau tidak, segala perilaku kita akan mendapatkan sorotan dari peserta didik dan lingkungan sekitar. Guru yang memiliki karakter baik akan mampu menjadi teladan yang baik pula bagi rekanan dan peserta didiknya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral.

Guru memiliki tanggung jawab moral untuk mengarahkan karakter anak menjadi baik. Tidak lupa pula, guru perlu memahami kodrat alam dan kodrat zaman di dalam mendidik peserta didiknya. Tugas kita sebagai seorang pendidik selanjutnya adalah memahami benar nilai-nilai yang diperlukan untuk menyiapkan karakter peserta didik di era globalisasi ini. Guru diharapkan mampu untuk memahami nilai-nilai dan peranan mereka sebagai pemimpin pembelajaran dan agen perubahan demi pencapaian Merdeka Belajar dan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Terdapat lima nilai yang harus terpatri dalam jiwa seorang Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai mandiri berarti seorang Guru Penggerak senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Bersikap mandiri juga berarti mampu mendorong dirinya sendiri untuk bergerak melakukan inovasi dan perubahan.

Nilai-nilai Guru Penggerak Rokeach (dalam Abdul H., 2015), menyatakan bahwa nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan seharihari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak. Guru Penggerak diharapkan untuk memimpin dan mengelola perubahan. Sebagai pemimpin perubahan, Guru Penggerak diharapkan mulai berlatih dan mengadopsi kebiasaan “berpikir sistem” sebagai pendekatan holistik yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian penyusun sebuah ekosistem pendidikan saling terkait dan bagaimana bagian-bagian tersebut dari waktu ke waktu bekerja secara simultan dalam konteks lain atau sistem lain yang lebih besar. Dengan begitu, Guru Penggerak dapat lebih mendalam dan jernih dalam “memahami perubahan” yang sedang berjalan (atau dibawakan) terutama pada tataran strategis untuk menjawab pertanyaan “mengapa” yang menjadi alasan moral dan rasional, dan memiliki mentalitas untuk mewujudkan inisiatif perubahan menjadi nyata (make it happen mentality). Guru Penggerak yang paham akan perubahan berarti paham bahwa bersama perubahan, datang pula gangguan atau kekacauan. Akan ada perbedaan pendapat yang harus dipahami, didamaikan.

Baca Juga :  MENYUARAKAN NASIB UMKM, VIVERE PERICOLOSO

Guru Penggerak perlu “membangun keselarasan atau koherensi” secara efektif untuk menuntun yang lain melampaui perbedaan dan menerima perbedaan yang muncul ke permukaan. Dengan demikian, Guru Penggerak juga akan mengadopsi mentalitas “berpikir berbasis aset” yang mengapresiasi dan memanfaatkan kekuatan atau sumberdaya yang telah dimiliki, bukan berkutat pada apa yang tidak dimiliki. Dengan demikian, dalam membawakan perubahan Bapak/Ibu diharapkan dapat beranjak dari keadaan diri yang kurang berkesadaran menuju ke diri yang berkesadaran penuh. Kesadaran penuh bersama lima keterampilan sosial-emosional (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika) yang memungkinkan bertumbuhnya pola pikir dan nilai-nilai yang diharapkan menumbuh pada Guru Penggerak akan dipelajari lebih dalam. di bawah ini berupaya mengilustrasikan kata kata kunci yang terkait dengan nilai-nilai guru penggerak : (1) berpihak pada murid, (2) mandiri, (3) reflektif,, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.

Iklan
Iklan