Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Bahaya Moderasi Beragama dan Sikap Tenaga Pendidik

×

Bahaya Moderasi Beragama dan Sikap Tenaga Pendidik

Sebarkan artikel ini

Oleh : Saadah, S.Pd
Pendidik dan Pegiat Sosial

Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melaksanakan kegiatan Ngobrol Moderasi Beragama (Ngombe) bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dengan tema “Jadikan Agama Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi”. (rri.co.id, 13 oktober 2022)

Baca Koran

Menghadirkan 330 peserta dari unsur Kepala Raudhatul Athafal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, pengawas dan Tenaga Pendidik se Kalimantan Selatan, Ngombe menjadi salah satu program Kemenag dalam upaya penguatan moderasi beragama di lingkungan madrasah. (rri.co.id, 13 oktober 2022)

Implementasi moderasi beragama yang merupakan program prioritas nasional Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pada saat ini mendapat perhatian serius dari Kementerian Agama. Peran strategis ini terkmaktub dalam kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 Tahun 2019 Tentang Pedoman Implementasi Moderasi Beragama Pada Pendidikan Islam. (jateng.kemenag.go.id, 8 februari 2022)

Untuk tahun 2022, pemerintah telah menaikkan anggaran proyek moderasi beragama dari Rp400 miliar menjadi Rp3,2 triliun. Melalui KMA 183 dan 184 Kemenag mendorong madrasah untuk melakukan beberapa langkah penguatan peserta didik melalui guru. “Guru memiliki tiga hal penting yang harus disampaikan kepada peserta didik yaitu pentingnya pendidikan anti korupsi, pendidikan moderasi beragama dan pendidikan karakter.” (jateng.kemenag.go.id, 8 februari 2022)

Proyek moderasi bertujuan untuk menancapkan paham Islam moderat dan berusaha menjadikan kaum muslim menjadi moderat. Program ini menyasar para guru agama, mahasiswa, sekolah agama, dan kalangan pesantren.

Moderasi agama adalah istilah baru. Tidak memiliki akar teologis maupun historis didalam Islam. Namun demikian, istilah ini terus dijajakan ditengah-tengah umat Islam. Moderasi dianggap penting dan mendesak.

Umat Islam harus kritis, terutama para guru dan intektual, jangan sampai tertipu dan menelan ide moderasi beragama, yang jelas bertentangan dengan paham Islam yang lurus. Penting untuk memahami makna dari ide moderat tersebut. Menurut KBBI, moderasi adalah pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Menurut istilah, moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal.

Baca Juga :  KINERJA LEGISLATID DI DAERAH

Sekilas, ide moderasi kelihatan bagus. Pada akhirnya banyak yang mendukungnya. Namun sadarkah kita bahwa ada bahaya besar yang terkandung di dalamnya?

Moderasi beragama telah mengakibatkan hukum Islam diambil sebagian dan diabaikan sebagian, atau diubah sesuai dengan pandangan sekuler. Ini jelas bertentangan dengan perintah Allah dalam Al Qur’an agar umat Islam menerapkan Islam secara Kaffah (lihat Al Baqarah ayat 208 & Al hasyr ayat 7). Moderasi beragama adalah racun yang diekspor dari Barat untuk menyerang kaum muslimin. Program rancangan Rand Corporation untuk melawan perjuangan Islam politik dan mempertahankan kapitalisme di negeri ini.

Ide Islam moderat ini juga menerima pluralisme agama, yang diimplementasikan melalui interfaith dialogue (dialog antarumat beragama), melibatkan muslim dalam perayaan hari besar nonmuslim, ‘people to people connection’ lewat pertukaran tokoh agama, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Dengan alasan kepedulian, akan persatuan bangsa, mencegah ekstremisme agama (Islam) yang menjadi common enemy kafir Barat. Hal ini tidak terlepas dari strategi politik yang diracang Barat untuk dunia Islam.

Akibat dari paham moderasi beragama, yang lahir dari sekularisme dan juga mengambil ide pluralisme, menyebabkan kaum muslimin yang dangkal pemahamannya akan Islam, menelan saja kebohongan yang ada. Akhirnya muncul fobia kaum muslimin terhadap agamanya sendiri.

Jadi jelas ide moderasi bertentangan dengan Islam. Dan tidak memiliki dasar sedikitpun dalam dalil maupun historis. Namun disisi lain Islam mengakui keberagaman, Keberagaman adalah sebuah keniscayaan, (lihat QS Al-Hujurat: 13). Kita memang harus saling menghargai keberagaman tersebut (toleransi), namun bukan mencampuradukkan, tetapi batasnya adalah membiarkan umat lain menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. Tapi tidak mengikutinya, (lihat QS Al-Kafirun: 1-4). Islam memang mengajarkan lemah lembut dan berkasih sayang, tapi juga tegas pada kemaksiatan. Islam tidak memaksakan seseorang untuk masuk Islam, (lihat QS Al-Baqarah: 256). Namun ketika seseorang sudah masuk ke dalam Islam (menjadi muslim) maka wajib mengambil Islam secara kaffah, (lihat QS Al-Baqarah: 208).

Baca Juga :  Kepemimpinan dan Program Ketahanan pangan Polda Kalsel (Sebuah Catatan Lapangan)

Maka harus dipahami saat ini sungguh, Barat telah memikat umat dengan angan-angan kosong. Alih-alih sejahtera, umat Islam terpasung dengan moderasi beragama yang justru menjauhkan umat dari penerapan syariat. Rendahnya kesadaran politik telah membuat umat terkebiri dan menjadi budak di negeri sendiri. Bahkan, umat tidak menyadari ikut melanggengkan penjajahan dengan tangannya sendiri. Padahal, hanya dengan penerapan Islam kafah dalam bangunan Khilafah Islamiah umat Islam akan hidup sejahtera dan mampu membangun peradaban agung dan mulia.

Maka program ini berbahaya bagi generasi, karena akan meliberalkan para generasi. Padahal generasi dalam Islam adalah pemuda yang tangguh dan berkebribadian Islam. Generasi yang sikap dan pemikiran Islam kokoh.

Maka sikap umat dan terutama para pendidik saat ini untuk menghadapi Moderasi beragama adalah, berpegang teguh pada Islam kaffah. Mewaspadai semua bentuk upaya yang merusak Islam, yaitu membangun kewaspadaan terhadap pemikiran yang bertujuan ingin menjauhkan umat ini dari Islam, sunah rasul-Nya, dan aturan-aturan (syariat-Nya). Kemudian berusatu menyatukan kekuatan umat Islam agar mampu melawan segala rencana buruk tersebut, dengan mengambil peran mendakwahkan Islam secara kaffah dengan tegagaknya Negara Islam yang akan melindungi umat dari ide-ide yang menyesatkan serta berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Selain itu kebijakan moderasi agama harus kita pandang dalam perspektif politik global, bukan perspektif politik lokal (di Indonesia), apalagi dalam perspektif politik kekinian di rezim yang ada saat ini.

Moderasi agama adalah bagian dari strategi politik luar negeri dari negeri-negeri Barat, khususnya Amerika Serikat, yang mempunyai dua tujuan utama. Pertama, untuk menghalang-halangi kembalinya umat Islam ke dalam agamanya secara murni, dengan mengamalkan syariah Islam kaffah dalam institusi Negara Khilafah. Kedua, untuk mempertahankan sistem demokrasi-sekular yang ada saat ini di negeri-negeri Islam, dengan cara mempertahankan penguasa yang menjadi proxy mereka, agar Amerika Serikat dan negara-negara penjajah lainnya dapat terus mengeksploitasi dan menghisap kekayaan alam negeri-negeri Islam yang sangat kaya.

Iklan
Iklan