Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Mewujudkan Keluarga Sehat, Butuh Support Sistem

×

Mewujudkan Keluarga Sehat, Butuh Support Sistem

Sebarkan artikel ini

oleh: Hida Muliyana, SKM
Pemerhati Kesehatan Masyarakat

SIAPA yang tidak menginginkan memiliki keluarga yang sehat. Baik sehat secara fisik, mental, emosional apalagi sehat secara finansial. Sayangnya sehat semacam itu belum lah merata terwujud disemua kalangan masyarakat. Hingga kini masih saja terus berseliweran berita terkait kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya.

Baca Koran

Fenomena yang sangat menyedihkan ini rupanya memantik komentar berbagai lembaga. Termasuk reaksi komentar dari KemenPPPA. Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Indra Gunawan mengungkapkan keluarga dan masyarakat dapat berkontribusi mencegah tindak pidana kekerasan seksual (TPKS). Ia menyebut bahwa anak tidak mau melaporkan kasus TPKS karena takut menjadi aib dan mencoreng nama keluarga. Padahal seharusnya keluarga adalah tempat yang aman bagi keluarga. Menurutnya untuk melakukan pencegahan kekerasan seksual perlu adanya edukasi kepada keluarga dan membangun komunikasi yang berkualitas. (Republika, Minggu 27/8/2023)

Sejatinya tak cukup hanya keluarga yang manjadi penopang anak untuk mencegah dari kekerasan seksual. Faktanya masih banyak orangtua yang belum bisa menjalankan perannya. Misalnya bapak dan ibunya sibuk bekerja diluar rumah, kemudian anak dititipkan ke pihak lain. Pendidikan pun diserahkan ke sekolah semata, tanpa sedikitpun orangtua berperan didalamnya. Sehingga anak merasa jauh dari orangtuanya dan kurangnya kedekatan emosional yang membuat anak sungkan untuk bercerita.

Tak hanya itu, tertukarnya peran dalam rumah tangga kerap menjadi hal yang dilematis. Seperti suami menganggur karena tak kunjung mendapat pekerjaan atau korban PHK. Sementara istri terpaksa menjadi tulang punggung keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini tentu memicu permasalahan dalam rumah. Apalagi ketika anak-anak tak pernah diberi bekal ilmu agama terkait batasan aurat di hadapan mahrom di dalam rumahnya.

Baca Juga :  Relevansi Peran Koperasi untuk Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Selain itu mudahnya akses pornografi di sosial media menjadikan orang dewasa hingga anak-anak sekalipun terdorong untuk melakukan kemaksiatan. Maka wajarlah jika kekerasan seksual juga dapat muncul, bahkan dari dalam rumah sendiri.

Inilah gambaran gagalnya sistem sekulerisme yang diterapkan oleh negara. Ketika kemaksiatan merajalela bukanlah menjadi kepentingan negara, dikarenakan hal tersebut adalah urusan individu dalam rumah tangga semata. Hukum negara dan masyarakat seakan tak boleh ikut campur. Padahal ketika kemaksiatan begitu massif terjadi di masyarakat menyebabkan rusaknya generasi, kemurkaan dari Allah, dan menjauhkan negara dari keberkahan.

Lebih membahayakan lagi jika kekerasan seksual ini terus dibiarkan, akan menjadi sebuah kebiasaan. Masyarakat tak lagi takut dengan kemaksiatan. Dan bersiaplah menjadi masyarakat yang sakit dengan generasi yang rusak.

Sementara itu penegakan hukum juga begitu lemah. Para korban tidak mendapatkan keadilan yang sesuai. Kebanyakan berakhir dengan jalan damai atau diselesaikan dengan secara kekeluargaan. Dikarenakan pelakunya adalah orang terdekat. Akibatnya para pelaku tidak jera, berpotensi melakukan hal yang sama lagi.

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang diterapkan dalam sebuah negara. Islam sudah jelas melarang kemaksiatan. Adanya institusi negara sebagai kekuatan terbesar dalam memberantas kemaksiatan. Maka negara akan melakukan pencegahan dan sanksi yang tegas.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman Islam yang benar. Khususnya tentang pergaulan laki-laki dan perempuan seperti batasan aurat didepan mahrom ketika di dalam rumah ataupun pemisahan tempat tidur antara orangtua dan saudaranya.

Kemudian akses pornografi akan menjadi tanggungjawab negara dalam penyebarannya. Negara akan menyiapkan para ahli IT terbaik agar konten yang cenderung pada kemaksiatan tidak gampang diakses oleh masyarakat. Ini menjadi bagian dari penjagaan negara untuk menjaga keimanan masyarakatnya.

Baca Juga :  Menata Arah Kebijakan Pendidikan Nasional

Dengan begitu negara juga akan mudah menciptakan masyarakat yang senantiasa telibat dalam aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Bukan menjadi masyarakat yang individualisme. Pengontrolan dari masyarakat juga penting agar tercipta suasana yang Islami dilingkungan masyarakat. Agar korban juga tidak takut mengadu kepada tetangganya jika terjadi kekerasan seksual didalam rumahnya.

Ketakutan ini memang menjadi senjata oleh pelaku dalam melakukan aksinya berkali-kali. Maka perlu keberanian dari korban untuk bicara dan memutus kemaksiatan. Ketika korban berani melaporkan maka negara wajib memberi sanksi tegas sesuai aturan Islam yang sudah diterapkan oleh syariat Islam.

Demikianlah cara Islam memberikan solusi dari tindakan kekerasan seksual. Semua perlu support sistem yang benar. Bukan support sistem ala sekularisme yang justru merusak masyarakat. Tidak saja support dari keluarga tapi juga masyarakat dan negara. Semua itu hanya bisa diselesaikan dengan penerapan sistem Islam sebagai sistem yang shohih.

Iklan
Iklan