Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
Baca JugaLifestyle

Kasus Penyakit Jantung Kardiomiopati Kebanyakan Terjadi di Usia Muda, Ini Gejalanya

×

Kasus Penyakit Jantung Kardiomiopati Kebanyakan Terjadi di Usia Muda, Ini Gejalanya

Sebarkan artikel ini
IMG 20240925 WA0005

JAKARTA, Kalimantanpost.com – Kardiomiopati adalah kondisi medis akibat kelainan otot jantung yang membuat fungsinya sebagai pemompa darah terganggu.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, kardiomiopati dapat berkembang secara bertahap dan sering kali tidak menunjukkan gejala khas pada awalnya.

Iklan

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers rumah sakit di Jakarta pada Selasa (24/9/2024), dia menyampaikan kondisi yang demikian membuat banyak orang baru menyadari adanya gangguan ketika sudah dalam tahap lanjut.

Menurut dia, kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, puncaknya sekitar usia 30 sampai 40 tahun.

Pengetahuan mengenai jenis-jenis kardiomiopati dan gejalanya diperlukan untuk bisa mengetahui lebih awal gangguan jantung itu.

Jenis-Jenis Kardiomiopati

1. Kardiomiopati Dilatasi

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati yang paling umum. Dalam kondisi ini, otot jantung akan melemah sehingga dinding bilik jantung (ventrikel) akan mengalami penipisan dan ruang jantung membesar. Konsekuensinya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif. Gangguan ini ditandai dengan gejala seperti sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan pada kaki atau perut.

2. Kardiomiopati Hipertrofik

Dinding jantung, khususnya ventrikel kiri, mengalami penebalan yang berlebihan dan tidak lazim dalam kondisi kardiomiopati hipertrofik. Adanya hipertrofi dari otot jantung ini akan menyebabkan dinding bilik jantung menjadi mengeras dan kaku sehingga berdampak pada gangguan relaksasi jantung, suatu fase yang penting dalam pengisian darah ke dalam bilik jantung sebelum dipompakan ke seluruh tubuh.

Jenis kardiomiopati ini merupakan yang paling sering dijumpai, angka kejadiannya sekitar 1 dari 500 penduduk sehat. Penyebabnya hampir selalu mutasi genetik atau keturunan. Gejalanya dapat berupa nyeri dada, berdebar, dan pingsan.

Baca Juga :  IHSG Diprediksi Variatif, Ini Penyebabnya

3. Kardiomiopati Restriktif

Kardiomiopati restriktif ditandai perubahan struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan pengerasan otot jantung tanpa adanya penebalan dinding. Jenis kardiomioapti ini lebih jarang ditemui dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. Serupa dengan kardiomiopati hipertrofik, kondisi restriktif akan menyebabkan gangguan berat pada fase relaksasi otot jantung, sehingga berakibat gagal jantung dengan gejala berat dan umumnya sulit untuk diobati.

4. Kardiomiopati Aritmogenik

Kelainan ini secara spesifik disebabkan oleh perubahan jaringan otot jantung yang normal menjadi jaringan lemak fibrosa. Secara statistik, kondisi ini lebih sering mengenai atau dimulai dari bilik jantung sebelah kanan, namun pada sebagian kasus bisa meluas hingga ke bilik jantung kiri.

Kondisi ini sering kali menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung yang fatal, jauh sebelum manifestasi gejala gagal jantung terjadi. Hal ini berkaitan dengan insidensi henti jantung atau kematian jantung mendadak yang lazimnya dijumpai pada pasien usia muda dengan penampilan sehat tanpa gejala sebelumnya.

Gejala

Siapa saja dapat mengalami kardiomiopati, terlepas dari usia atau jenis kelaminnya. Namun, beberapa kelompok lebih berisiko terkena kardiomiopati, termasuk kelompok orang dengan riwayat penyakit dalam keluarga, faktor genetik, riwayat infeksi atau peradangan jantung, penyakit sistemik, dan penyintas kanker.

Gejala kardiomiopati sering kali bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Gejala umum yang mungkin dialami meliputi, sesak napas, kelelahan, pembengkakan, nyeri dada, berdebar dan pingsan terutama saat berolahraga.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis kardiomiopati, dokter akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan spesifik selain pemeriksaan fisik, antara lain Elektrokardiografi (EKG), Ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium darah, MRI jantung, tes genetik, hingga biopsi jantung.

Ekokardiogram adalah metode non-invasif dan sangat praktis serta efektif dalam mengidentifikasi perubahan struktural yang terkait dengan kardiomiopati.

Baca Juga :  Pengembangan Energi Angin di Indonesia

Ekokardiogram menghasilkan gambar jantung dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan oleh jaringan jantung (ultrasonografi). Hal tersebut memungkinkan dokter untuk melihat struktur jantung, ukuran bilik jantung, ketebalan dinding, dan dinamika fungsi jantung.

MRI dapat membantu dalam menilai kerusakan pada otot jantung dan perubahan struktural yang tidak selalu terlihat pada ekokardiogram. Dengan demikian, pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi abnormalitas struktur jantung, serta sangat berguna dalam penegakan diagnosis kasus sulit yang sering kali terlewatkan dengan tes metode lain.

Risiko henti jantung

Sebagian besar kasus kardiomiopati dapat menimbulkan risiko aritmia fatal dan henti jantung yang berakibat pada kematian jantung mendadak.

Kejadian ini justru seringkali dialami oleh pasien yang gejalanya relatif ringan atau bahkan tanpa gejala sebelumnya. Dengan kata lain, komplikasi fatal ini dapat terjadi sebagai manifestasi awal pada penderita dengan kardiomiopati, sebelum gejala lain atau gagal jantung muncul.

Kardiomiopati takotsubo atau dikenal sebagai broken heart syndrome adalah kondisi unik yang gejalanya mirip dengan serangan jantung, yaitu nyeri dada atau sesak napas mendadak.

Namun, kondisi ini tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, melainkan karena kerusakan sementara otot jantung yang dipicu oleh hormon stres yang dilepaskan secara berlebihan yang bersifat toksik bagi otot jantung.

Hal ini sering kali ditemukan pada perempuan usia setelah menopause sesaat setelah dipicu oleh stres emosional atau fisik yang berat, termasuk seusai kejadian penyakit akut lain yang berat seperti perdarahan otak.

Transplantasi jantung biasanya dipertimbangkan jika kardiomiopati sudah menyebabkan gagal jantung terminal yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan atau intervensi lain. Ini adalah langkah terakhir untuk memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Baca Juga :  BSI Prioritas Perkuat Literasi Keuangan Syariah Melalui Gelaran Islamic Wealth Insight

Sedangkan rehabilitasi jantung melibatkan program latihan, edukasi, dan dukungan psikologis untuk membantu pasien dengan kardiomiopati meningkatkan kesehatan jantung dan kualitas hidup. Ini termasuk latihan fisik yang aman, manajemen stres, dan perubahan gaya hidup.

Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk menyediakan layanan Advanced Cardiac Care Clinic (ACCC) sebagai pendukung pelayanan konsultasi di klinik spesialis jantung.

Layanan ini menerapkan pendekatan holistik dan terkoordinasi dalam merawat pasien dengan penyakit jantung kompleks, khususnya gagal jantung.

Tim pendukung layanan ACCC terdiri atas dokter umum, perawat, farmasi klinis, dan ahli gizi yang telah mendapat pelatihan khusus. (Ant/KPO-3)

foto
– Ilustrasi — Sakit jantung. (Pexels/freestocks.org)

Iklan
Space Iklan
Iklan
Ucapan