Banjarmasin,KP – Harga gas elpiji 3 kg di wilayah Kota Banjarmasin kian melambung di tingkat eceran. Untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi itu sesuai harga eceran tertinggi (HET) di pangkalan warga pun harus rela antri.
Khotimah (40) warga Jalan Simpang Jahri Saleh RT 20 Kelurahan Sungai Jingah mengatakan, kelangkaan gas elpiji 3 kilogram sudah berlangsung kurang lebih dalam tiga pekan terakhir.
” Kalau di pangkalan pasokan gas belum datang, sementara persediaan gas di rumah kebetulan kehabisan terpaksa kita membelinya di warung,” ujarnya.
Kepada {KP} Minggu (10/10/2021) ia menyebut, harga gas elpiji 3 kilogram yang dijual di warung hampir dua kali lipat dari yang dijual di pangkalan.
” Saat ini di tingkat eceran harganya gas elpiji 3 kilogram berkisar Rp 25 ribu rupiah sampai 30 ribu rupiah. Sedangkan di pangkalan cuma Rp 17.500,” ujarnya.
Menyoroti kelangkaan gas elpiji ini Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Banjarmasin Bambang Yanto Permono menilai,
Kebijakan pemerintah mengurangi beban APBN dengan melakukan konversi bahan bakar minyak ke gas elpiji selama ini belum sepenuhnya berjalan lancar.
Masalahnya kata Bambang Yanto, selain sering terjadi kelangkaan dan membuat harganya dua kali lipat sebagaimana ditetapkan yaitu Rp 17.500, bahan bakar khusus untuk warga tidak mampu ini diduga sengaja dipermainkan pihak-pihak tertentu.
Wakil rakyat dari Fraksi Partai Demokrat inipun mendesak, Pemko Banjarmasin dan pihak Pertamina untuk mengambil langkah sistematis untuk menekan sering terjadinya gejolak harga akibat terjadinya kelangkaan tersebut.
Masalahnya lanjut Bambang Yanto, karena kelangkaan gas elpiji tiga kilogram sudah berlangsung kurang lebih tiga pekan.
” Jangan biarkan masalah ini sampai berlarut – larut karena bisa membuat warga semakin resah,” ujarnya.
Ditandaskannya, berkaca dari pengalaman sering terjadinya kelangkaan gas elpiji ini seharusnya sudah bisa diprediksi dan diantisipasi sedini mungkin.
Ia menilai, kelemahan pemerintah atau pertamina adalah tidak mampunya mengendalikan harga gas LPG salah satunya akibat lemahnya pengawasan dalam pendistribusiannya, khususnya di tingkat pangkalan.
Faktor lain adalah masih banyaknya warga yang mampu atau menengah ke atas menggunakan gas elpiji 3 kilogram.
Padahal kata Bambang Yanto, kebutuhan gas bersubsidi ini sebenarnya diperuntukan masyarakat kelas bawah atau kurang mampu.
” Dampaknya selain pemakaian gas elpiji 3 kilogram akan terus semakin meningkat. Kendatipun pihak Pertamina sudah menambah kuota gas elpiji 3 kilogram, khususnya untuk memenuhi kebutuhan Kota Banjarmasin.,” ujarnya. (nid/K-3)