Banjarmasin, KP – Asosiasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (APPSI) Provinsi Kalimantan Selatan, menyatakan sangat mendukung langkah PSSI membentuk Tim Investigasi, untuk mengusut kasus suap dan pengaturan skor yang kini ramai diperbindangkan khalayak bola tanah air.
Wakil Ketua APSSI Kalsel Drs H Djumadri Masrun dan Sekretaris Umum Baktiansyah, mengutarakan kepada ‘Kaliimantan Post’ di Banjarmasin, Kamis (22/11) kemarin. Sehubungan dengan maraknya rumior tentang isu suap dalam beberapa pertandingan Liga 1 Indonesia, mendekati berakhirnya musim kompetisi 2018-2019, kemudian PSSI mengambil sikap dengan membentuk sebuah tim investigasi untuk melakukan pengusutan, merupakan langkah konkrit yang sangat positif untuk mencegah atau menangkal maraknya kembali kasus suap dan pengaturan skor yang sangat mencoreng persepakbolaan Indonesia, kata Djumadri dan Baktiansyah saat ditemui di Sekretariat KONI Banjarmasin.
Munculnya rumor suap pengaturan skor yang diduga dilakukan beberapa oknum pemain dari beberapa klub Liga 1, karena saat ini menjadi momentum penting bagi tim yang ingin tetap bercokol di posisi papan atas. Sehingga mereka berani mengeluarkan dana besar agar timnya bisa tetap berada dalam posisi aman.
‘’Adanya rumor tersebut tentunya bukan tanpa sebab, karena tidak akan ada asap kalau tidak ada api,’’ tambah Baktiansyah. Oleh sebab itu langkah PSSI untuk melakukan pengusutan harus didukung semua Asosiasi PSSI di Indonesia, karena tujuannya untuk menjaga citra sepakbola Tanah Air yang kini mulai membaiik, dengan prestasi yang ditorehkan tim-tim muda di kancah Piala Asia dan Asia Tenggara, paparnya.
Menurut Djumadri hasil temuan Tim Investigasi, seyogianya diumumkan pada public, apapun hasil yang didapatkan tim, sehingga akan memberikan kepercayaan pada masyarakat tentang itikad baik dari PSSI sebagai induk organisasi sepakbola di Indonesia., pungkasnya.
Ketum PSSI angkat bicara
Sebelumnya Ketua Umum (Ketum) PSSI, Edy Rahmayadi, angkat bicara soal isu praktik suap di sepakbola Indonesia yang menyeret nama empat pemain Persib Bandung yakni Supardi Nasir, Ardi Idrus, Patrich Wanggai, dan Eka Ramdani.
Menurut Edy, jika ada pihak-pihak yang dapat membuktikan adanya praktik tersebut, silakan melaporkan kasus itu ke pihak terkait. Hal itu agar dapat diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Edy mengatakan jika ada klub yang sedang dalam kondisi terpuruk di klasemen, tapi mampu mengalahkan tim papan atas maka banyak isu tak sedap muncul.
“Kalau kalah mesti begitu, Anda percaya tidak? Coba tanya ke PSMS pasti menyangkal. Kemarin Persib lawan PSIS. Nanti Semarang dibilang suap lagi,” lanjut Edy.
Sebelumnya, empat pemain Persib Bandung itu dituding telah menerima uang agar mau memberikan kemenangan kepada PSMS Medan di laga lanjutan pekan ke-30 kompetisi Liga 1 2018, 9 November 2018.
Isu itu kemudian semakin kental saat keempatnya tidak dibawa dalam rombongan Persib saat melawant ke markas PSIS Semarang di Stadion Moch Soebroto, Magelang, 18 November 2018. Persib dan PSMS telah memberikan tanggapan terkait praktik dugaan suap. Kedua tim lawas era perserikatan itu kompak menampik isu suap trsebut. (nets/nfr/k-9)