Palangka Raya, KP – Universitas Palangka Raya (UPR) siap memberi dukungan kepada Pemerintah Pusat, dan Provinsi, Kabupaten bahkan petani yang terlibat dalam program pengembangan food estate di Kalteng.
Pernyatan itu disampaikan oleh Rektor UPR melalui Wakil Rektor Bidang Akademik Prof.Dr. Ir.Salampak Dohong,MS, Rabu (7/4) kepada awak media, terkait keinginan Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan, perlu adanya keterlibatan Universitas Palangka Raya (UPR) terutama pada penguatan program pendampingan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) guna turut mensukseskan program tersebut.
“Kita menyambut baik dan akan segera menindaklanjuti hal tersebut”, ungkap Salampak Dohong, dan menyatakan pada prinsipnya pihak UPR siap mendukung dalam mensukseskan program ketahanan pangan nasional tersebut.
Diakui itu sekaligus pula menjadi sebuah tantangan sekaligus suatu kesempatan yang baik bagi seluruh civitas akademika UPR untuk membuktikan diri.
Dipaparkan, Sumber Daya Manusia (SDM) dimiliki UPR yang terdiri dari sejumlah dosen yang berkompeten di bidang Gambut dan Pertanian, maka pihaknya yakin dapat berkontribusi mensukseskan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.
Salampak menyarankan dalam mensukseskan program Food Estate, ada baiknya juga mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dan pengalaman masyarakat setempat. Pasalnya masyarakat lokal memiliki pemahaman dan pengalaman dalam mengelola lahan yang mungkin saja nilai-nilai kearifan lokal tersebut sudah menjadi warisan turun-temurun.
Kearifan lokal penting untuk dikedepankan, kemudian ditunjang dengan penggunaan teknologi yang saat ini sudah digunakan. Harapanya hasil pengelolaan lahan food estate akan semakin maksimal.
Pakar Gambut UPR ini menejelaskan, sebenarnya lahan gambut memiliki karakteristik tersendiri. Dimana, karakteristik lahan gambut tidak sama dengan lahan mineral seperti umumnya lahan sawah di luar wilayah Kalimantan Tengah.
Diakui lahan gambut di wilayah Kalimantan Tengah pada setiap daerah akan berbeda-beda, baik itu tingkat ketebalan gambut, kedalaman, lapisan tanah yang berada di bawah gambut. Seperti lapisan pirit, debit air dan kandungan hara didalamnya atau tingkat kesuburannya pun akan berbeda.
Menurut Wakil Rektor ini lokasi Food Estate, diketahui berada di lahan pasang surut. Yang mana, tentunya diperlukan teknik penataan irigasi air sehingga tidak kekeringan dan tidak tergenang atau kebanjiran dalam waktu yang lama ketika musim hujan. Sehingga sabgat penting pengelolaan air, dan di beberapa tempat seperti Riau ada yang menerapkan sistem tanggul. Ketika air mengalami peningkatan, maka dapat dikendalikan dengan sistem tanggul dan begitupula sebaliknya, sehingga debit air dan ketahanan tanaman tetap terjaga.
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan, diantaranya paket teknologi pupuk, pengolahan tanah, penggunaan varietas padi yang adaftif, waktu atau jadwal tanam yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi pascapanen.
Peraih gelar Guru Besar (Profesor, red) pada usia 38 tahun ini kembali menejelaskan budidaya padi sawah di lahan gambut, memerlukan teknologi yang tepat guna, dan sudah membuktikan keilmuannya, dengan sejumlah penerapan yang dinilai kini sudah berhasil di areal Peat Tehno Park UPR
Di lokasi tersebut, pihaknta sudah mengembangkan sejumlah komoditas, diantaranya budidaya ternak bebek, itik, ayam dan ikan, serta adapula komoditas pertanian dan perkebunan yang sudah beberapa kali menghasilkan.
UPR juga memiliki bangunan Pusat Pengembangan IPTEK dan Inovasi Gambut (PPIIG) 7 lantai, bersumber dari dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Dimana, gedung tersebut kedepannya akan menjadi pusat penelitian dan inovasi gambut dunia. (drt/k-10)