Saat ini, varian produk kami ada minuman yang terbuat dari labu, yaitu chiffon, kelemben atau bolu jadul, roti, puding, soes, klapertart, cendol, dan lain-lain. Kami juga sedang mengembangkan tepung labu sebagai salah satu diversifikasi produk kami,” beber Yayuk.
BANJARMASIN, KP – Labu atau waluh terkenal dengan kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Buah yang termasuk dalam famili Squash (labu-labuan) dan famili Cucurbita (timun-timunan) ini kerap diolah sebagai sayur.
Pada bulan puasa, masyarakat biasa mengolah waluh menjadi kolak. Namun, selain itu, ternyata labu kuning ini juga nikmat dijadikan kue atau camilan bentuk lain.
Seperti yang dilakukan Yayuk Marliana, pelaku UMKM yang mengolah waluh atau labu kuning menjadi aneka camilan kekinian, melalui usaha yang bernama Labuana.
“Labuana awalnya bernama de pumpkins. Awal uji coba membuat olahan labu tahun 2015 lalu. Namun, baru mulai fokus merintis usaha sejak tahun 2017,” ujar Yayuk, saat dihubungi Kalimantan Post, Senin (2/8/2021).
Yayuk mengaku, memilih labu sebagai produk olahan, lantaran ingin memiliki unique selling point yang menjadikan Labuana berbeda di antara toko-toko kue lainnya.
Memulai usaha ini, lanjutnya, bukanlah perkara mudah. Terutama, untuk merubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang menganggap labu hanya bisa digunakan sebagai bahan olahan sayur, kolak atau kue tradisional saja.
“Awalnya, memperkenalkan produk olahan labu amat sulit, karena anggapan masyarakat kita bahwa labu umumnya di gunakan sebagai olahan sayur ataupun kue tradisional, seperti pais waluh,”
Namun, Yayuk tak menyerah, dirinya terus aktif memberikan edukasi ke konsumen, tentang manfaat labu serta bagaimana mengolah labu menjadi kue yang lebih modern, agar masyarakat lebih tertarik untuk mencoba produk olahan Labuana.
“Saat ini, varian produk kami ada minuman yang terbuat dari labu, yaitu chiffon, kelemben atau bolu jadul, roti, puding, soes, klapertart, cendol, dan lain-lain. Kami juga sedang mengembangkan tepung labu sebagai salah satu diversifikasi produk kami,” beber Yayuk.
Yayuk menambahkan, ia mengawali pemasaran produk Labuana secara online, dan baru sekitar tahun 2019 mencoba membuka toko offline, yang beralamat di Komplek Citra Megah Raya, Jalan Citra megah Raya 1, Ruko no 5 (di samping musholla).
“Selain di toko, penjualan kami juga melalui media sosial Instagram, nama akunnya Labuana_id, dan melalui WhatsApp. Saat ini, kami sedang berusaha melebarkan pemasaran melalui beberapa market place, seperti bli-bli dan shoppe,” ungkap Yayuk.
Di tengah pandemi, Labuana mencoba mengeluarkan produk baru yang lebih tahan lama, dan bisa di pasarkan ke luar kota, yaitu bagelen Labuana, dan pumpkin latte. Ada juga yang dibuat olahan makanan beku,
seperti donat labu frozen dan pumpkin bitterballen.
“Produk saya umumnya kue basah, tanpa pengawet, jadi untuk pemasaran masih terbatas. Sejak pandemi ini terasa sekali penurunan omzetnya, maka disiasati dengan membuat varian lain yang lebih tahan lama dan jangkauan pemasaran nya lebih luas,” pungkasnya. (opq/K-1)