Banjarmasin, KP – Adanya kebijakan Drop Out (DO) bagi warga penerima vaksin dosis pertama atau V1 yang sudah lewat dari enam bulan belum menjalani V2 ternyata juga terjadi di Kota Banjarmasin.
Pasalnya, belum lama tadi Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin membeberkan, bahwa lebih dari 10 juta orang di Indonesia belum disuntik vaksin dosis kedua dalam kurun waktu di atas tiga bulan.
Dari jumlah tersebut, setidaknya ada sebanyak 2,5 juta orang yang belum mendapatkan vaksin dosis kedua lebih dari enam bulan.
Karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor SR.02.06/II/921/2022 tentang Pemberian Vaksinasi Covid-19 bagi Sasaran yang Drop Out.
Kemenkes meminta sasaran yang mengalami drop out atau belum mendapatkan vaksin dosis kedua dalam waktu lebih dari enam bulan, untuk melakukan vaksinasi primer ulang.
Di Banjarmasin sendiri juga dipastikan terdapat warga yang masuk dalam kategori Drop Out, baik itu yang lewat dari 28 hari hingga enam bulan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, dr Bandiyah Ma’rifah mengatakan, jumlah selisih antara vaksin dosis pertama dan kedua di Banjarmasin sekitar 30 persen.
“Untuk dosis pertama sekitar 86,46 persen dan dosis kedua sekitar 65,36 persen. Jadi kemungkinan ada sekitar 150 ribuan selisihnya yang belum menjalani vaksin kedua,” katanya, Kamis (24/2) siang.
Jumlah tersebut termasuk didalamnya warga yang sudah drop out dan harus mengulang lagi penyuntikan vaksin ke dosis pertama.
Sayangnya, dr Bandiah tidak bisa membeberkan secara gamblang jumlah pasti warga yang termasuk dalam kategori DO di atas enam bulan
“Kita masih belum tahu, karena data itu ada di Puskesmas masing-masing. Dan saat ini sedang kita coba merekapnya, tapi yang jelas pasti ada,” ungkapnya.
Ia mengaku, saat ini pihaknya masih cukup kesulitan untuk mendata warga yang vaksinasi dosis pertamanya lebih dari enam bulan ini.
“Karena di Banjarmasin ini banyak pelaku perjalanan, misalnya dia melakukan vaksinasi dosis pertamanya di Banjarmasin, kemudian vaksin keduanya dilakukan di wilayah lain, itu yang membuat kita sulit melacaknya,” ujarnya.
Selain itu, dr Bandiyah juga menerangkan ada beberapa faktor penyebab ada warga yang vaksin dosis pertamanya lewat dari enam bulan ini.
“Misalnya karena saat akan melakukan vaksinasi kedua, ada yang terpapar Covid-19. Kemudian kemarin juga sempat terjadi kekosongan vaksin di Banjarmasin,” terangnya.
Saat ditanya mengenai pelaksanaan vaksinasi dari awal bagi warga yang sudah lewat dari enam bulan pelaksanaan vaksin dosis kedua, dr Bandiyah pun menerangkan saat ini masih terkendala dalam hal penginputan data di aplikasi Primary Care (PCare) Vaksinasi.
“Banyak masyarakat yang menanyakan terkait penginputan PCare nya karena masih belum siap,” katanya.
Meskipun demikian, dr Bandiyah mengatakan bahwa pelayanan vaksinasi untuk drop out di atas enam bulan ini menurutnya bisa dilaksanakan di semua puskesmas yang ada di Banjarmasin.
“Secara manual kita layani, dan ini sudah sejak adanya instruksi dari pusat kemarin. Dan di puskesmas-puskesmas juga sudah berjalan,” pungkasnya.
Lantas, apakah jenis vaksin yang disuntikkan pada warga yang sudah masuk drop out itu sama dengan jenis vaksin awal?
Terkait hal itu, dr Bandiah menerangkan, berdasarkan kebijakan dari Kemenkes, mereka yang ingin melakukan vaksin dosis pertama ini diperbolehkan disuntik dengan vaksin berbeda dari sebelumnya.
Karena itu pihaknya mengalokasikan vaksin dengan jenis Astrazaneca. Lantaran jenis vaksin tersebut masih banyak tersedia di gudang farmasi milik Dinkes Banjarmasin.
“Berdasarkan kebijakan boleh berbeda atau heterolog, dan Sinovac itu diperuntukkan untuk vaksin usia 6-11 tahun. Dan di Banjarmasin kita menggunakan Astrazaneca, baik untuk dosis pertama, kedua dan juga booster,” jelasnya.
Pelaksanaan vaksinasi untuk dosis kedua maupun booster, lanjut dr Bandiyah saat ini menjadi konsentrasi Dinkes Banjarmasin.
“Karena untuk bisa herd immunity itu vaksinasinya harus lengkap. Kalau dosis pertama itu hanya trigger saja, dan dosis kedua itu yang membentuk titer antibodi menjadi optimal. Dan herd immunity itu antara 70 sampai 90 persen dari total populasi,” katanya.
Guna menyukseskan program vaksinasi bagi yang sudah masuk drop out dan juga di atas enam bulan, dr Bandiyah mengaku pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
“Kita sudah melakukan sosialisasi terkait vaksinasi drop out, misalnya melalui media sosial dan juga melalui nakes di puskesmas-puskesmas,” tuntasnya. (Kin/K-3)