Banjarmasin, KP – Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc angkat suara terkait agenda Musyawarah Wilayah (Muswil) VII LDII Kalsel.
Ia berharap, dengan diselenggarakannya Muswil VII untuk DPC Kalsel ini bisa tetap menjaga hubungan erat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel yang dianggapnya sebagai payung besar umat Islam di Bumi Lambung Mangkurat.
Selain itu, Chriswanto juga berharap agar gelaran muswil kali ini bisa memberi kontribusi terhadap pembangunan umat di bumi Kalimantan, khususnya Kalsel.
Karena menyikapi pandemi Covid-19 yang saat ini masih melandai, ia menilai hal tersebut pasti akan berdampak pada krisis kesehatan, yang akan berkembang menjadi krisis ekonomi.
“Jika dibiarkan maka berdampak pada krisis sosial. Jangan sampai ini terjadi,” ucapnya saat ditemui awak media di ruang rapat MUI Kalsel, Sabtu (19/03) siang.
Ia menilai, Krisis sosial yang terjadi saat ini di Indonesia secara global memang belum sampai ke sesuatu yang memprihatinkan.
Namun, yang jelas ia melihat dan menyaksikan bahwa kenakalan remaja seperti tawuran dan jenis krisis sosial lainnya sudah mulai muncul di tengah masyarakat yang diakibatkan krisis lingkungan.
“Makanya salah satu target kami untuk mengantisipasi agar krisis sosial ini jangan sampai terjadi. Karena jika terjadi maka dampaknya akan terlalu berat bagi kita,” ungkapnya.
Di sisi lain, ia mengaku sangat menghargai apa yang dilakukan pemerintah pusat dengan sudah membuka diri untuk tidak menerapkan lagi peraturan wajib pcr dan antigen bagi pelaku penerbangan, dengan catatan vaksin lengkap.
“Tapi kita juga minta agar pemerintah tetap melakukan kontrol terhadap kebijakan ini. Jangan sampai ada gelombang keempat, begitu ada tren lonjakan harus segera diambil tindakan,” pungkasnya.
Selain itu, ada empat pesan yang dititipkan Chriswanto dalam Muswil LDII yang digelar di Hotel Best Western, Banjarmasin pada Minggu (20/03) besok.
Pertama, Muswil LDII kalsel ini diharapkan bisa mengantisipasi lingkungan strategis yang sudah berubah dampak akibat pandemi.
Kedua, terkait diresmikannya Kaltim sebagai lokasi IKN, otomatis berimbas kepada Kalimantan. Menurutnya, sebuah ibukota negara perlu sama bahkan menyerupai seperti Jakarta.
“Ini dilakukan agar ada pemerataan ekonomi yang tak harus mengorbankan budaya seperti yang terjadi di Jakarta,” imbuhnya.
ia menekankan, walaupun Kalimantan nantinya akan jadi pusat Ibukota Negara, tapi tetap kekalimantanannya masih harus tetap dipertahankan.
“Kalimantan tetap harus hijau, kalimantan tetap harus damai, kalimantan tetap harus sejuk. Dan itu tetap harus dipertahankan,” tekannya.
Ketiga. Teknologi digital yang tak bisa dihindari lagi. Ini merupakan sebuah lingkungan strategis yang tidak mungkin bisa kita hindari.
“Maka kita harus berparadigma jangan sampai teknologi ini menjadi momok bagi SDM. Jadikanlah teknologi ini sebagai peluang lebih besar untuk berkreasi,” ungkapnya.
Kempat. Peningkatan SDM. Terkait hal ini, Chriswanto mengatakan bahwa dalam menghadapi bonus demografi yang saat ini tengah dialami masyarakat Kalimantan agar jangan sampai menjadi beban.
“Maka salah satu diantaranya harus disiapkan SDM nya baik menyambut IKN maupun menyambut Indonesia Emas tahun 2045,” ujarnya.
Chriswanto menambahkan, dengan menyematkan nilai-nilai kebangsaan, moralitas, pendidikan umum dan berkarakter, maka itulah harus dibangun oleh LDII Kalsel sehingga tercipta SDM yang Profesional Religius. Profesional dibidangnya, tapi masih tetap dalam bingkai religiusitas.
“Sehingga SDM yang kita miliki. Bisa berkualitas untuk mengatasi permasalahan bangsa ke depan,” tuntasnya. (Kin/KPO-1)