Motif Kain Sasirangan Tidak Miliki Standar Baku

Tidak jarang konsumen protes karena motif yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang di pesan, terpaksa dirinya harus memberikan penjelasan kepada konsumen agar lebih mengerti.

BANJARMASIN, KP – Kain Sasirangan yang menjadi warisan asli budaya Suku Banjar Kalimantan Selatan tidak memiliki standar baku motif.

Hal ini baru diketahui dalam Forum Diskusi Sasirangan di Kawasan Siring Menara Pandang, Jumat pagi (10/03/2023).

Salah seorang pengrajin Kain Sasirangan, Beza Manafe mengeluhkan motif Kain Sasirangan yang dihasilkannya adalah motif kulat karikit, namun malah dibilang hurus pudak dan gigi haruan.

Persoalannya tidak ada standar baku besaran motif pada kain apakah berukuran 3 cm, 4 cm atau 5 cm.

Sepanjang pengetahuaan yang diwariskan dari keluarganya, motif garis segitiga ini bisa dibedakan dari ukuran.

Dengan menggunakan penggaris, Beza Manafe memperlihatkan perbedaan motif kulat karikit yang lebih kecil dari motif hurus pudak.

Rata-rata kata pengrajin dari Borneo Alam Sasirangan ini menyebutkan motif huras pudak besarannya sekitar 5 centimeter, kalau lebih kecil dari 4 centimeter, itu baru disebut kulat karikit.

Tidak adanya standar motif ini menyulitkan dari segi desain dan aplikasi di pakaian.

Berita Lainnya
1 dari 5,927
loading...

Tidak jarang konsumen protes karena motif yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang di pesan, terpaksa dirinya harus memberikan penjelasan kepada konsumen agar lebih mengerti.

Hajriansyah, Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin mengatakan motif kulat karikit, hurus pudak dan gigi haruan memiliki kesamaan, namun tetap dalam ukuran yang berbeda. Motif yang sama juga dialami motif purun dayang.

Menurutnya perlu ada “kejeniusan lokal” memahami persoalan di balik gambar. Kejeniusan lokal motif sasirangan tidak dalam bentuk yang di aplikasikan pada kain, tapi cara memberi nama.

Motif yang di hasilkan pengrajin Kain Sasirangan pada pemaknaan dan pemahaman. Selain pada kain Sasirangan, motif yang mirip kulat karikit, hulus pudak dan gigi haruan juga ditemukan pada kain tradisional asal pulau jawa.

Misalnya motif kawung, yang pada kain sasirangan dikenal dengan motif belah ketupat. Untuk mengatasi perbedaan ini, dirinya menyarankan untuk membuat buku yang memuat ukuran-ukuran motif Kain Sasirangan secara baku.

Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin, Siti Wasilah mengatakan Disbudporapar bakal merumuskan penulisan buku bersama budayawan dan maestro Sasirangan.Menurutnya penulisan buku ini agar pengrajin Kain Sasirangan bisa mendorong produksinya semakin baik, tidak asal-asalan dalam menuangkan ide di atas kain.

“Jangan sampai desainer bingung ada motif yang terbuang, kalau memakai pola, polanya jangan terlalu besar”

16 hingga 18 motif pakem Kain Sasirangan yang dikreasikan dengan motif kontemporer hasil kreasi pengrajin tetap akan membawa nilai budaya dan filosofinya.

Meskipun motif terus berkembang, namun nilai-nilai pakem tetap ada, tutup Siti Wasilah. (Mar/K-3)

Berlangganan via E-MAIL
Berlangganan via E-MAIL
Berita Menarik Lainnya

Situs ini menggunakan Cookie untuk meningkatkan Kecepatan Akses Anda. Silahkan Anda Setujui atau Abaikan saja.. Terima Selengkapnya