“Paling banyak di seputaran Banjarmasin saja. Ada beberapa kios atau warung langganan. Seperti di kawasan Jalan Sutoyo S, Banjar Raya dan Kayu Tangi. Paling jauh mengantar pesanan sampai Banjarbaru,” tukas Mustafa.
BANJARMASIN, KalimantanPost.com – Harga gula pasir di Banjarmasin mengalami kenaikan sejak beberapa pekan belakangan. Di tingkat eceran harganya saat ini mencapai Rp 18.000 – 19.000 per kilogram (Kg). Naik antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000.
Salah seorang pedagang gula pasir grosiran, Mustafa, menuturkan, jika harga gula naik secara bertahap dalam sebulan terakhir ini.
“Naik sekali harga gula pasir. Saat ini saya jual partaian Rp 16.500 per kilogram (kg). Atau kalo per sak isi 50 kg Rp 825.000. Tapi bisa saja ada yang jual lebih mahal,”
ujarnya, Selasa (28/11/2023).
Menurut Mustafa, gula yang dijualnya merupakan gula kristal putih dari tebu yang merupakan produksi dalam negeri.
“Harga eceran tertinggi (HET) memang sudah naik saat ini jadi Rp 16.000, sehingga harga eceran juga naik. Sementara, untuk pasokan masuknya juga tidak menentu,” ungkapnya.
Mustafa memasarkan gula dengan cara menawarkan langsung ke toko, kios atau warung yang ada di Kota Banjarmasin hingga Banjarbaru.
“Paling banyak di seputaran Banjarmasin saja. Ada beberapa kios atau warung langganan. Seperti di kawasan Jalan Sutoyo S, Banjar Raya dan Kayu Tangi. Paling jauh mengantar pesanan sampai Banjarbaru,” tukas Mustafa.
“Saat ini pasaran masih sepi, mungkin karena harga naik pedagang juga mengurangi jumlah pembelian. Dalam sehari paling banyak terjual sekitar 300 Kg atau 6 sak,” tambah Mustafa.
Salah seorang warga Banjarmasin, Bani, mengaku kaget saat beli di warung harga gula lebih mahal dari pada biasanya.
“Kemarin beli seperempat kilogram aja. Harganya naik jadi Rp 5.000. Kalo beli satu kilogram harganya Rp 19.000 per kilogram,” kata Bani.
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) komoditi gula pasir menjadi Rp 16 ribu per kilogram.
Kebijakan ini dinilai sudah tepat dan lebih masuk akal dibanding mempertahankan HET di Rp 14.500 per kilogram yang jauh dari harga yang berlaku di pasar saat ini.
Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, menyebutkan kebijakan menaikkan HET gula pasir ini sudah mencerminkan kondisi harga di pasar saat ini.
“Harga gula pasir tidak berfluktuasi, di saat harganya naik maka harga yang terbentuk adalah harga keekonomian yang baru. Tidak seperti harga pangan lainnya yang kerap berfluktuasi. Misal harga cabai merah, yang sangat volatile bisa bergerak jauh di atas harga keekonomiannya atau turun di bawah harga keekonomiannya,” kata Gunawan, dikutip IDXChannel.
Ia menambahkan, pembentukan harga gula pasir ini pada dasarnya juga dipengaruhi oleh kenaikan biaya input. Yang pada umumnya mengalami kenaikan setiap tahun seiring dengan perkembangan inflasi.
Karena, lanjutnya, biaya input produksi seperti kenaikan gaji pegawai perusahaan ini bersifat tetap dan tidak mungkin diturunkan. Kenaikan biaya input untuk menanam tebu juga akan mengalami peningkatan, termasuk biaya operasional. (Opq/K-1)