Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
Baca JugaHiburan

Sempat Viral Di Podcast Denny Sumargo, In’am Nafila Kini Luncurkan Novel “Berkalung Surban Duri”

×

Sempat Viral Di Podcast Denny Sumargo, In’am Nafila Kini Luncurkan Novel “Berkalung Surban Duri”

Sebarkan artikel ini
IMG 20240920 WA0008 11zon

JAKARTA, Kalimantanpost.com – Siapa yang tak kenal dengan sosok In’am Nafila? perempuan yang akrab disapa Ning In’am Nafila ini sempat viral dan menjadi perbincangan netizen. Setelah menceritakan biduk rumah tangganya saat menjadi bintang tamu di Podcast YouTube Denny Sumargo.

Pasangan suami istri yang terlahir dari keluarga pesantren dan anak dari ulama besar Jawa Timur ini nyatanya tak mampu mempertahanan hubungan pernikahan. Dimana sang suami sebagai orang yang alim, penceramah dan pemilik pesantren diduga sering melakukan open BO wanita dan waria.

Iklan

Berangkat dari pengalaman pribadi inilah, In’am Nafila menerjemahkan perjalanan rumah tangganya dalam sebuah karya tulis berbentuk novel dengan judul “Berkalung Surban Duri”.

“Novel ini mengisahkan perjalanan hidup pribadi saya, berawal dari sistem perjodohan di keluarga pesantren hingga saya harus hidup dengan sosok serigala berbulu domba, pandai menciptakan citra positif sebagai ahli agama. Kemudian, demi menjaga nama baik keluarga besar pesantren, saya bertahan sendiri selama tujuh tahun dalam keluarga yang toksik,” ujar In’am Nafila kepada Kalimantan Post, Kamis (19/09/2024).

Perempuan yang aktif di PC Fatayat NU Jember ini berharap novel tersebut dapat menjadi pembelajaran dan memotivasi perempuan yang bernasib sama untuk berani bersuara.

“Novel ini saya persembahkan untuk para perempuan. Semoga menjadi pelajaran terutama perempuan-perempuan yang terbelenggu keadaan untuk berani bersuara,” ujar ibu tiga anak ini.

Menariknya, proses penulisan novel ini dikerjakan selama 30 hari dan ini merupakan novel perdana penulis. “Sejak dulu saya suka menulis hanya saja berupa cerpen dan puisi. Sehingga ketika ada masalah ini. Inilah yang menginfluence saya untuk menulis novel,” ujarnya.

Novel setebal 300 halaman ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan sederhana sehingga pembaca mudah berimajinasi mengikuti alur ceritanya. Tak hanya itu, novel ini sarat akan emosi dan menguras air mata, dimana kesetiaan dibalas dengan penghianatan. Sosok yang diagung-agungkan di masyarakat dan keluarga justru menghianati agama dan keluarganya.

Baca Juga :  Wakil Rektor III UNUKASE Harapkan IPPNU Terus Tingkatkan Pendidikan

Melalui novel tersebut, Penulis menyisipkan pesan moral agar tegar hati dan kuat diri dalam menghadapi kesedihan dan penghianatan. (*).

Iklan
Space Iklan
Iklan
Ucapan