oleh: AHMAD BARJIE B
SIKAP dan langkah yang paling baik dalam menjalani hidup dan mengisi umur ini adalah selalu melakukan muhasabah, yaitu menghitung dan mengevaluasi diri. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyar : 18).
Ibnu Qudamah al-Muqaddasi menerangkan, maksud ayat di atas adalah perlunya melakukan perhitungan dalam hidup di dunia. Menurutnya, seorang hamba yang ingin selalu dekat dengan Allah hendaknya menggunakan dua waktunya, pada pagi harinya dia membuat program tentang apa yang akan diperbuat, dan pada sore harinya menghitung hasil yang diperoleh. Seperti halnya para pedagang yang senantiasa berhitung untung dan rugi setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan tahun.
Bagi orang beriman yang selalu bermuhasabah, keuntungan dalam hidupnya ialah jika beroleh laba berupa terlaksananya kewajiban agama beserta amalan-amalan sunat, sedangkan kerugiannya ialah jika laia dalam ibadah dan melakukan perbuatan maksiat. Jika maksiat lebih banyak, maka ia harus segera bertaubat dan menghentikan kemaksiatannya, kemudian mengganti dan menutupinya dengan amalan wajib dan sunat.
Khalifah Umar bin Khattab berpesan, “Adakanlah perhitungan terhadap dirimu sebelum kamu diperhitungkan, dan timbanglah amalmu di dunia sebelum ditimbang amalmu di akhirat).
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa orang yang mau bermuhasabah di dunia, maka akan ringan dalam muhasabahnya di akhirat. Maksudnya jika di dunia sudah selalu mengevaluasi diri, maka hisab akhirat akan ringan, sehingga memudahkan baginya jalan ke surga. Ibarat orang menyortir barang, jika sudah disortir, tentu barangnya akan semakin bersih. Ibarat orang menampi beras, maka semakin sering ditampi, semakin bersih, sehingga antah dan dedaknya semakin hilang dan yang tersisa adalah beras yang bersih. Sebaliknya kalau beras tidak ditampi, maka beras itu akan bercampur dengan antah, dedak bahkan batu kerikil. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya, jika kita melakukan razia lebih dahulu atas diri kita, dengan melengkapi peralatan kendaraan dan menyiapkan segala surat menyurat, maka jika dirazia oleh polisi segalanya akan beres. Sebaliknya jika segala sesuatu tidak dilengkapi dan dipersiapkan, maka besar kemungkinan kita akan kena razia, kena tilang dll., dengan segala akibatnya.
Agar seseorang bisa bermuhasabah, Imam al-Ghazali menentukan beberapa langkah, salah satu di antaranyanya adalah al-mu’asyarathah, yaitu menentukan syarat. Maksudnya, kita harus mensyaratkan agar semua anggota badan kita, khususnya anggota tujuh untuk selalu berbuat baik. Mata hendaknya kita gunakan untuk memandang yang baik, seperti membaca Alquran dan memandang keindahan alam yang dapat menambah keyakinan kita akan kebesaran Allah, bukan memandang sesuatu yang haram. Telinga hendaknya kita gunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah seperti mendengar ayat-ayat Alquran, pengajian atau ceramah agama, bukan mendengarkan kata-kata yang sia-sia. Mulut hendaknya kita gunakan untuk membaca Alquran, berzikir dan bershalawat, memberi nasihat dalam kebaikan, bukan mengumpat, memfitnah dan membicarakan sesuatu yang porno. Perut hendaknya kita gunakan untuk makan/minum sesuatu yang halal, bukan yang haram dan syubhat. Kemaluan hendaknya dipelihara dan digunakan hanya untuk bergaul dengan suami atau istri yang sah. Tangan h
endaknya digunakan untuk bekerja dan berbuat baik. Dan kaki hendaknya digunakan untuk melangkah ke arah kebaikan. Khalifah Umar sering memukul kakinya sendiri dengan cemeti sambil berkata: Hai kaki, apa yang telah engkau kerjakan hari ini.
Bermuhasabah menuntut kita untuk banyak melakukan koreksi atau evaluasi diri, mencari-cari cacat diri sendiri dan bukan sibuk mencari cacat cela orang lain. Dalam sebuah hadits riwayat al-Bazar dinyatakan: (Berbahagialah orang yang mau melihat cacat dirinya sendiri, sehingga ia tak sempat lagi memperhatikan cacat orang lain). Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi Rasulullah saw bersabda: (Orang-orang yang pintar ialah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang-orang yang lemah ialah orang yang selalu menuruti hawa nafsu dan sibuk dengan angan-angan kepada Allah). Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang mau dan mampu bermuhasabah sehingga hidup kita selamat di dunia dan akhirat, amin.