Butuh Rp100 Milyar untuk Persingkat Durasi Genangan Air di Pemurus
BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Pemerintah butuh setidaknya ratusan milyar rupiah untuk memperkecil durasi genangan air yang disebabkan banjir rob di kawasan Beruntung Jaya, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kelurahan Pemurus Dalam yang saat ini banyak dikeluhkan warga setempat.
Bukan tanpa alasan, Kepala Bidang Sungai, Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Hizbulwathony menyebut pihaknya butuh anggaran sebesar itu untuk membangun sedikitnya 20 rumah pompa yang disebar di beberapa titik lintasan air menuju daerah penampungan.
20 pompa air itu pun ujarnya khusus untuk mempercepat durasi genangan banjir rob di kawasan Pemurus Banjarmasin Selatan. Lewat peta sungai yang dikantonginya, Thony membeberkan lintasan turunnya air melalui Sungai Pemurus menuju ke Sungai Pekapuran dan Sungai Guring untuk selanjutnya diteruskan ke Sungai Kelayan dan terakhir ke Sungai Martapura.
Opsi lain kata Thony juga bisa melalui Sungai Belayung menuju ke Sungai Tatah Bangkal, kemudian terus ke Sungai Tatah Layap dan berujung pada muara Sungai Barito.
Namun Thony menyebut peristiwa saat ini penanganannya tidak bisa lagi hanya menggunakan gravitasi atau alami, menurutnya semua mesti menggunakan sistem teknologi yakni dengan cara rumah pompa.
Diakui Thony, saat ini kejadiannya mirip dengan peristiwa banjir 2021, dimana daerah Selatan Banjarmasin yang penuh permukiman mengalami debit air yang sangat tinggi atau overload.
Overload debit air itu pun dijelaskannya akibat curah hujan yang tinggi disertai siklus pasang air laut dan kiriman dari Kabupaten tetangga yang secara geografis berada di dataran lebih tinggi ketimbang kawasan Pemurus, utamanya Beruntung Jaya.
Berangkat dari hal itu, Thony pun memperkirakan sedikitnya Pemko Banjarmasin perlu 100 Milyar Rupiah khusus untuk mengurangi lamanya durasi genangan di kawasan tersebut, 100 Milyar itu dirincikannya mampu melaksanakan pengadaan sebanyak 20 rumah pompa jika berkaca pada pengadaan rumah pompa Belasung yang memakan anggaran sebesar 5 Milyar Rupiah/1 unit.
20 Pompa itu kemudian dipaparkannya dibagi ke sejumlah lintasan jalur air untuk mempercepat turunnya air di pemukiman, “Misalnya di Sungai Kelayan kita perlu 3 pompa, sungai Guring 3 pompa, sungai Pekapuran 3 pompa, sungai Pemurus 5 pompa, dan sungai Belasung sisanya, ini untuk mempercepat surutnya genangan air di pemukiman,” kata Thony.
Ia pun mengungkapkan sesuai survey yang dilakukan oleh timnya, Banjarmasin ini overload, sebenarnya lanjutnya, air turun saja tapi karena kiriman dari tetangga yang banyak, jadi sungai Pemurus, sungai Guring, sungai Pekapuran dan sungai Kelayan ini tidak menampung lagi.
“Ketika turun sebentar, setelahnya naik lagi pasang air, apalagi dalam sehari itu terjadi dua kali pasang Dalam waktu 6 jam naik, 6 jam pertama pasang, 6 jam kedua surut, 6 jam ketiga naik lagi, jadi dua kali pasang dalam 24 jam ini,” ungkap Thony.
“Belum sampai ke Sungai Martapura turun debit air ini, datang lagi kiriman, yang perlu mempercepat ini pompa sebenarnya,” tutupnya.
Jika menilik ke belakang, Anggaran ini pun sangat kecil dibanding dengan estimasi penghitungan Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Banjarmasin, 9 tahun yang lalu, melalui Kepala Dinasnya yang menyebut Banjarmasin butuh 5,5 Triliun untuk pengelolaan aliran sungai dan drainase agar Banjarmasin bebas tergenang.
Sementara untuk penanganan saat ini, Thony pun menyebut pihaknya turut menggerakkan pasukan turbo untuk membuka jalur lintasan air yang tersumbat, “pasukan turbo ini bergerak aktif untuk membuka jalur-jalur yang saat ini mengalami sumbatan atau hambatan untuk turunnya air genangan yang terjadi dipemukiman,” terangnya.
Thony mengakui upaya yang dilakukan saat ini tidak membuat turunnya air signifikan, oleh karena itu pihaknya pun turut mengupayakan preventif lain seperti keterlibatan pihak Bidang Sungai dalam pembuatan master plan atau site plan perumahan.
“Jadi dari itu kami juga melakukan mitigasi juga setiap perumahan yang ingin dibangun harus tidak boleh ada kavling di dekat aliran sungai, “Dari 2022 kemaren tidak bisa lagi ada kavlingan kiri kanan sungai, harus ada sempadan sungai, jalan baru kavlingan,” tegas Thony.
Meski kerap pihaknya mendapat keluhan dari para pengusaha develover, namun demi kepentingan masyarkat umumnya, Thony tetap tegas tidak memperbolehkan lagi adanya kavling perumhan di tepian sungai, Kalau ada kavlingan disitu nanti jadi beban air lagi, karena bakal menutup jalur keluar masuknya air, Kedepan tidak boleh lagi ada perumahan di daerah aliran sungai sesuai dengan peta sungai,” tutupnya. (Sfr/K-3)