Banjarmasin, KP – Minyak goreng (migor) yang sebelumnya langka di sejumlah toko ritel akhirnya kembali muncul, setelah kebijakan harga migor kemasan disesuaikan dengan harga pasar.
Migor kemasan terlihat kembali tersedia di sejumlah toko ritel di Banjarmasin, tapi harganya terpantau naik hampir dua kali lipat. Harga migor kemasan mengalami kenaikan mencapai 43.500 kemasan 2 liter.
Sementara, sebelum pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 28.000 per 2 liter, hanya berkisar Rp 37.000 sampai 38.000 per 2 liter.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah pada Selasa (15/3) lalu memutuskan hanya akan mengatur harga minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter dengan dibantu subsidi dari pemerintah.
Sedangkan minyak goreng kemasan sederhana dan premium dapat disesuaikan oleh produsen maupun distributor dengan harga keekonomian.
Salah satu toko ritel yang mulai melakukan penyesuaian harga migor adalah Alfamart, di kawasan jalan Sultan Adam, Banjarmasin.
Dari pantauan Kalimantan Post, Jumat (18/3) siang, harga migor merek Hemart dengan kemasan botol plastik dijual Rp 25.100 per liter. Sedangkan merk Bimoli kemasan 2 liter dijual seharga Rp 43.500.
Harga itu melambung tinggi dibandingkan ketika pemerintah masih menerapkan HET migor kemasan sebesar Rp 14 ribu per liter.
Salah seorang konsumen, Syaiful (50 tahun), yang sedang berbelanja di toko ritel tersebut mengaku kaget ketika mengetahui harga terbaru migor kemasan yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Saya lihat berita di televisi soal pemerintah yang tak lagi menetapkan HET migor kemasan. Kaget juga setelah tau harganya naik jauh,” ujarnya saat dibincangi.
Hanya saja, meski merasa keberatan, dirinya sebagai masyarakat kecil tak dapat berbuat banyak. Apalagi migor ini menjadi salah satu kebutuhan pokok.
“Ini buat persiapan jelang Ramadhan,” ucap Syaiful, seraya mengambil beberapa buah kemasan migor isi 2 liter.
Di etalase tempat minyak goreng ditaruh, meski tak terjadi penumpukan, konsumen silih berganti datang dan memperhatikan harga terbaru sebelum membeli
Yanti (23 tahun), seorang konsumen lainnya, juga mengaku baru tahu harga minyak goreng disesuaikan dengan harga pasar. Menurutnya, walaupun kenaikan harga cukup memberatkan, tapi tak mengapa asal stoknya ada.
Ia menilai, lebih baik harga minyak goreng sedikit lebih mahal, daripada murah tapi stoknya langka.
“Mau gimana lagi, ya terpaksa dibeli. Daripada murah tapi barangnya kosong di pasaran.
Kemarin harganya memang murah, tapi minyak gorengnya yang langka, sekarang banyak stoknya tapi mahal,” imbuhnya. (Opq/KPO-1)