Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Deradikalisasi (Ulama), Apakah Berbahaya?

×

Deradikalisasi (Ulama), Apakah Berbahaya?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Cahyani Pramita
Pemerhati Sosial Masyarakat

Isu radikalisasi tak henti-hentinya ditabuh oleh penguasa negeri ini. Negeri ini seolah hanya punya satu masalah yakni radikalisme. Segenap upaya dikerahkan guna menghentikan radikalisme yang selama ini dianggap sebagai bahaya besar yang mengancam keutuhan negeri. Bahkan cap radikal negatif yang diperangi sangat diidentikkan dengan syariat Islam kaffah, khilafah hingga para pejuang syariah dan khilafah. Sehingga program kerja yang digulirkan selalu bermotifkan deradikalisasi.

Android

Di Kementerian Agama khususnya, kita bisa melihat betapa Islam di cap radikal, sangat berbahaya. Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi terkait paham radikal yang masuk melalui orang-orang yang berpenampilan good looking, hafidz qur’an, punya pemahaman agama yang baik. Program-program dari Kementerian Agama pun dilatarbelakangi dengan isu yang sama yakni deradikalisasi. Revisi kurikulum, revisi buku pelajaran di lingkungan kemenag yang berkonten khilafah hingga yang baru saja mulai dijalankan yakni program Penceramah Bersertifikat.

Menteri Agama Fachrul Razi menyatakan bahwa program Penceramah Bersertifikat dimaksudkan untuk mencegah penyebaran paham radikalisme (cnnindonesia, 03/09/2020). Program ini sebenarnya hanya nama baru bagi program Sertifikasi Penceramah yang sebelumnya mengemuka dan telah diprotes dari berbagai pihak, termasuk MUI. Program Penceramah Bersertifikat melibatkan Lemhanas untuk memberikan penguatan aspek ketahanan ideologi. BNPT juga terlibat dalam program untuk berbagi informasi mengenai fenomena yang sedang terjadi di Indonesia dan di seluruh dunia. Selain itu, BPIP juga turut hadir untuk memberikan pemahaman tentang pancasila, hubungan agama dan negara.

Ditargetkan akan ada 8.200 peserta program penceramah bersertifikat di tahun 2020 ini. Kita bisa bayangkan berarti nantinya akan ada penceramah bersertifikat yang seolah mengantongi legalitas dari negara untuk “berceramah” dan ada yang penceramah yang ilegal (karena tidak mengikuti program). Ini sangat mengotak-ngotakkan para muballigh dan bisa menimbulkan kegaduhan serta perpecahan umat. Program ini akan menjadikan para muballigh/penceramah terkekang dalam menyampaikan kebenaran karena harus sesuai dengan arahan dari negara.

Novel Bamukmin, salah satu tokoh Persaudaraan Alumni 212 bahkan menegaskan Program Penceramah Bersertifikat ini hanya akan mengantarkan para da’i menjadi ulama suu’. Ulama jahat yang menyembunyikan kebenaran dan menyesatkan umat demi mendukung kekuasaan yang saat ini tidak berpihak bahkan memusuhi Islam.

Dalam Islam, hakikat ulama adalah penjaga ilmu (pengetahuan) yang dengannya manusia akan mendapat petunjuk dalam menjalani hidup. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang dilangit yang memberi petunjuk di dalam kegelapan bumi dan laut. Apabila dia terbenam, maka jalan akan tampak kabur”. (HR. Ahmad). Ulama berada di garda terdepan dalam menghadapi berbagai penyimpangan meskipun penyimpangan tersebut dilakukan oleh penguasa.

Para da’i/ulama ibarat pihak oposisi yang akan selalu mengkritisi dan mengontrol jalannya suatu kekuasaan. Sebagaimana Imam Sufyan ats Tsauri yang mengkritik keras terhadap Khalifah Al Mahdi, Fudhail bi Iyadh seorang ulama yang juga menasihati Khalifah Ar Rasyid tanpa rasa takut. Menyampaikan al haq secara lantang, menyingkap yang bathil secara terang-terangan. Karena khalifah (pemimpin negara) juga manusia biasa, ia tak luput dari kesalahan dan godaan syahwat kekuasaan.

Khilafah Islam memberikan ruang check and balanced bagi kerja khalifah oleh Majelis Umat serta mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar bagi setiap muslim. Rasulullah SAW memuji aktivitas mengoreksi penguasa, sebagaimana beliau bersabda: “Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar kepada pemimpin yang zhalim” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, An Nasa’i, Al Hakim). Dengan demikian kepemimpinan Islam akan jauh dari kediktatoran.

Sistem Kepemimpinan Islam yang berasal dari Ilahi ini sungguh tak layak kita takuti apalagi dimusuhi. Aneka stigma negatif, cap radikal hingga upaya menolak islam kaffah dan khilafah dengan aneka program deradikalisasi justru menghantarkan para problem yang tak bertepi. Terkungkung dengan kediktatoran penguasa berkedok demokrasi. Na’udzubillahi min dzalik.

Iklan
Iklan