Iklan
Iklan
Iklan
EKONOMI

Persediaan Cukup, Harga Kedelai Masih Tinggi

×

Persediaan Cukup, Harga Kedelai Masih Tinggi

Sebarkan artikel ini
NAIKKAN HARGA - Tingginya harga jual dari negara asalnya Amerika Serikat, memicu kenaikan harga kedelai impor di pasaran. Untuk menghindari kerugian, mau tak mau sejumlah distributor kedelai di Kalsel pun melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga. (KP/istimewa)

Birhasani menuturkan, hampir sebagian besar kebutuhan kacang kedelai di Kalsel, terutama yang untuk kepentingan industri memang didatangkan dari Amerika Serikat.

BANJARMASIN, KP – Harga kacang kedelai, terutama kedelai impor, saat ini terpantau masih tinggi di seluruh wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel), khususnya di Banjarmasin.

Berdasarkan data resmi Dinas Perdagangan (Disdag) Kalimantan Selatan (Kalsel) per tanggal 13 Januari, harga kacang kedelai impor berada di angka Rp 9.300 per kilogram, atau naik sebesar Rp 633 per kilogram dibanding hari sebelumnya. Sedangkan, kacang kedelai lokal tidak mengalami kenaikan, harganya tetap Rp 9.000

Diketahui, sepekan sebelumnya harga kacang kedelai di sejumlah pasar tradisional di Banjarmasin mengalami lonjakan cukup tinggi.

Seperti di beberapa pedagang eceran di Pasar Lima Banjarmasin, harga kacang kedelai dipatok sebesar Rp 12.000 perkilogram. Padahal, sebelumnya dijual hanya Rp 10.000 sampai Rp 11.500 per kilogramnya.

Namun, seiring bertambahnya pasokan kacang kedelai di Kalsel, menjadikan harga bahan baku tempe dan tahu tersebut saat ini relatif stabil.

“Untuk di distributor harganya Rp. 9.100 per kilogram, sedangkan harga eceran di Pasar Antasari, Pasar Kalindo dan Pasar Sederhana Banjarmasin bervariasi, yaitu untuk kedelai import dari Rp 9.200 sampai Rp 10.000 per kilogram. Sementara, kedelai dalam negeri mulai Rp 8.000 hingga 10.000 per kilogram” ungkap Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani, Kamis (14/1).

Bahkan, dikatakannya persediaan kacang kedelai masih aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dalam beberapa hari ke depan.

“Per tanggal 11 Januari 2020, stok di beberapa distributor mencapai 347 ton. Insya Allah, jumlah tersebut mencukupi permintaan pasar untuk beberapa hari,” terangnya.

Birhasani menuturkan, hampir sebagian besar kebutuhan kacang kedelai di Kalsel, terutama yang untuk kepentingan industri memang didatangkan dari Amerika Serikat.

Baca Juga:  Direktur Utama Bank Kalsel Didapuk Sebagai Top 100 CEO Pada Infobank Award 2022

Tingginya harga jual dari negara asal, memicu melonjaknya harga kedelai impor di pasaran.

“Kondisi ini memaksa distributor kedelai menyesuaikan dengan menaikkan harga agar tak mengalami kerugian. Sebab, harga beli dari Amerika sudah tinggi duluan,” imbuhnya.

Jika harga importnya naik, otomatis di tingkat distributor hingga eceran juga akan mengalami kenaikan.

“Saat ini, monopoli impor dikuasai China karena harga belinya lebih bagus. Situasi ini memicu kenaikan harga impor kedelai kita,” tandas Birhasani.

Ia menambahkan, kendati bahan bakunya naik, harga produk olahan dari kacang kedelai, seperti tahu dan tempe tidak mengalami kenaikan.

Hanya saja, untuk menghindari kerugian dan penyesuaian biaya produksi, pengrajin mengolah ukurannya menjadi sedikit lebih kecil.

“Pengrajin atau industri tahu tempe tidak menaikkan harga. Kemungkinan, hanya ukurannya saja yang diperkecil,” pungkasnya. (opq/K-1)

Iklan
Iklan