Oleh : Rasyidah, S.Pd.
Aktivis Muslimah Kalsel
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77 telah berlalu pada 17 Agustus 2022. Tema peringatan HUT RI ke-77 yang dicanangkan Kementerian Sekretariat RI tahun ini yaitu, “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Berbagai lomba digelar untuk memperingati hari kemerdekaan. Media sosial dan berita ramai diisi dengan semarak kemerdekaan. Tapi apakah Indonesia benar-benar sudah merdeka?
Secara fisik Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan. Namun, secara pemikiran, perasaan, standar perbuatan, budaya dan undang-undang, semua didominasi produk negara luar. Hal ini bisa terjadi karena para penguasanya makin serius menjadikan sekularisme sebagai asas berbangsa dan bernegara. Terbukti, nilai-nilai agama makin dijauhkan dari pengaturan kehidupan dan dalam pemecahan berbagai persoalan. Bahkan rakyat, khususnya generasi muda, terus dicekoki narasi tentang bahaya radikalisme dan pentingnya moderasi Islam yang toleran terhadap nilai-nilai Barat. Padahal, mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat adalah jalan mulus mengukuhkan penjajahan.
Lihat saja, mayoritas masyarakat menjalani hidup tanpa pegangan. Kasus-kasus kerusakan moral makin merebak di mana-mana. Bahkan, kadar keburukannya benar-benar makin menggila. Berbagai sektor kehidupan masyarakat pun kian dikuasai para mafia, mulai soal pangan hingga sistem hukum yang nyatanya masih warisan Belanda.
Walhasil, kata “merdeka” sejatinya pepesan kosong belaka. Sistem yang ada dan tetap dikukuhi. Penguasa justru melanggengkan penjajahan dalam bentuk yang berbeda. Jika bangsa ini tetap mempertahankan sistem rusak yang ada, yakni sistem sekuler kapitalisme neoliberal, dipastikan bangsa ini akan tetap terjajah dan menjadi bangsa kuli selamanya. Masalahnya, sistem ini memang di-setting secara global untuk menjadikan umat Islam ada dalam kehidupan yang serba paradoksal, yakni menjadi umat yang punya segalanya, tetapi menderita karena menjadi objek penjajahan bagi negara-negara adidaya yang berdiri di balik kekuatan para pemodal.
Evaluasi dan refleksi kemerdekaan mesti berfokus pada makna hakiki kemerdekaan. Kemerdekaan meliputi merdeka individu, masyarakat dan Negara. Individu merdeka apabila ia berperilaku benar sesuai keyakinannya (Islam) dan mandiri bukan karena tekanan atau sekedar membebek orang lain. Masyarakat merdeka apabila berpola pikir dan gaya hidup lepas dari kungkungan budaya lain, selain Islam. Sementara Negara merdeka adalah yang terbebas dari penjajahan baik secara fisik, politik, ekonomi juga budaya. Negara yang bebas menerapkan aturannya dalam melindungi rakyatnya. Tidak lagi ada tekanan dari Negara yang pernah menjajahnya atau lainnya.
Kebangkitan dan kemerdekaan hakiki sejatinya bisa diraih manakala bangsa ini mau kembali mengukuhi ideologi Islam dan menerapkan sistem Islam dalam kehidupan. Ideologi dan sistem ini memang Allah ciptakan untuk menuntun manusia meraih kemuliaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hakiki yang didambakan. Bagi umat Islam tentu saja Negara tersebut haruslah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu sebuah Negara yang menerapkan aturan Allah dalam berbagai kebijakannya.
Menyempurnakan kemerdekaan hakiki dengan cara mewujudkan ketundukan sepenuhnya pada semua aturan Allah SWT. Melepaskan diri dari belenggu sistem yang bertentangan dengan akidah Islam yakni kapitalisme maupun komunisme dan ide-ide turunannya. Dengan itu kehidupan yang makmur dan mulia akan dapat dirasakan semua masyarakat.
Sejarah telah membuktikan ketika sebuah Negara menerapkan syariat Islam maka Negara yang kumuh, menjadi berkemajuan dan penuh cahaya. Masyarakat Arab yang dulunya jahiliyah dan terkebelakang setelah mewujudkan kemerdekaan hakiki dengan menerapkan syariat islam di bawah pimpina Rasulullah SAW, sehingga dalam waktu singkat berbalik menjadi pemimpin dunia serta menjadi mercusuar yang menyinari kehidupan umat manusia dan menyebarkan kebaikan, keadilan dan kemakmuran pada umat-umat lain. Karna itu yang harus dilakukan sekarang adalah menyempurnakan kemerdekaan yang sudah dirasakan dengan berusaha mewujudkan kemerdekaan hakiki itu.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, hanya peradaban Islamlah yang tegak gilang gemilang. Bukan hanya umat Islam, alam semesta secara keseluruhan, baik manusia, tumbuhan, maupun hewan bisa merasakan kebaikan dan rahmat Islam. Dalam kepemimpinan Islam, nilai-nilai kemanusiaan, akal, kehormatan, akhlak atau moral, harta, nyawa, dan agama, semuanya terjaga dengan sebaik-baiknya. Sains pun berkembang membawa selaksa kebaikan dan keberkahan. Wallahu a’lam bishawwab