Oleh : HARITSA
Rentetan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir sungguh menyesakkan dada. Yang terbaru adalah meninggalnya seorang mahasiswa baru IPB yang masih berusia 18 tahun (Republika, 09/08/2024). Mahasiswa ini nekat mengakhiri hidupnya.
Apa yang salah? Realitas ekstrim ini tidak sebatas hitungan angka yang mengkhawatirkan. Banyaknya kasus bunuh diri pada mahasiswa dan pelajar, juga berbagai persoalan yang menimpa mahasiswa menggambarkan kompleksnya persoalan yang dihadapi. Jika ditelisik, ada persoalan kualitas umum generasi yang lemah. Kelemahan internal diri generasi lalu berpadu dengan masalah-masalah yang melingkupi. Faktor internal dan eksternal ini mampu memicu kondisi mental dan ledakan emosi yang berujung pada bunuh diri.
Semua erat kaitannya dengan sistem hidup yang dijalankan hari ini termasuk sistem pendidikan sekuler. Generasi kosong dan gersang dari agama. Agama Islam tidak menjadi nafas dan ruh pendidikan. Agama disajikan sangat minim dan ala kadarnya. Padahal faktanya agama adalah sumber nilai pembentuk karakter, pemberi world view dan penuntun perilaku dan arah hidup. Sistem ini gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam. Sistem sekuler kapitalisme juga gagal memperkerjakan dan memberdayakan generasi dengan benar.
Generasi kita dibentuk menjadi sosok sekuler yang materialis, dan individualis dalam dunia yang dipenuhi kepentingan para kapitalis/pemilik modal. Kerangka berpikir atau mind set sekuler membuat mereka lemah karena world view mereka sebatas materialistik. Kehidupan semata diukur dengan manfaat dan nilai materi. Pemuasan naluri dan jasadiyah dianggap sebagai kebahagiaan. Padahal materi dan pemuasan naluri sangat terbatas untuk membahagiakan bahkan tidak ada kaitannya dengan kebahagiaan. Sedangkan nilai-nilai lain seperti nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai spiritual begitu lemah. Padahal nilai-nilai ini menyumbang kekuatan diri dan membentuk kesadaran kuat untuk misi hidup di dunia dan mengarungi semua tantangan dan ujiannya. World view yang sahih juga memperkuat sikap terhadap masalah-masalah cabang.
Ditambah mereka memang dihimpit oleh berbagai persoalan yang tidak kunjung selesai. Generasi hari ini dihadapkan dengan realitas persaingan, lapangan kerja yang sempit dan sulitnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar serta ruang hidup yang rusak. Persoalan yang timbul dari sistem politik dan ekonomi berimbas pada kehidupan personal mereka. Contohnya angka pernikahan yang menurun karena kesulitan ekonomi.
Seharusnya mereka memiliki kemampuan menyikapi dan menyelesaikan persoalan dengan world view yang sahih. World view dan solusi Islam akan dipenuhi oleh pendidikan berbasis aqidah Islam. Sistem pendidikan Islam menanamkan aqidah Islam dengan kokoh. Aqidah Islam memberi arah pandang pada kehidupan dan memperkokohnya. Kepribadian Islam akan terbentuk, yaitu pola pikir dan pola sikap Islami. Keterikatan pada syariat menuntun perilaku. Selanjutnya syariat Islam adalah solusi sahih terhadap setiap persoalan kehidupan.
Sistem pendidikan Islam berkaitan erat dengan tata ekonomi dan politik Islam. Dukungan sistem politik dan ekonomi akan menciptakan lingkungan hidup yang mendukung yang menguatkan terwujudnya kepribadian Islam. Generasi akan bekerja dan diberdayakan oleh sistem Islam dengan optimal. Mereka menjadi sosok-sosok berilmu, pemikir dan problem solver bagi diri, umat dan negara. Generasi unggul, luhur dan mulia akan lahir dari sistem Islam. Wallahu alam bis shawab.