Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

KETELADANAN IBRAHIM

×

KETELADANAN IBRAHIM

Sebarkan artikel ini

Oleh : AHMAD BARJIE B

Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi dan pembawa agama tauhid. Banyak sekali keteladanan yang dapat dipetik dari ketokohan Nabiullah Ibrahim alaihissalam. Pertama, Nabi Ibrahim adalah seorang yang terbiasa berpikir kritis dan rasional. Dimasa muda ia sempat bertanya-tanya dan mengira bahwa matahari, bulan, dan bintang-bintang adalah tuhan, namun kemudian ia menolak dugaannya itu dan mampu memperoleh kesimpulan akhir bahwa Tuhan semua makhluk adalah Allah SWT, Tuhan yang menciptakan matahari, bulan bintang, manusia dan segala isi alam raya. Hal ini menjadi pelajaran agar dalam hidup ini jangan malas berpikir, jangan malas membaca buku dan mencari informasi yang benar dan berguna. Jangan suka ikut-ikutan orang lain atau bertaklid buta sebelum mengetahui dan meyakini kebenarannya. Sesungguhnya di hari kiamat nanti segala pendengaran, penglihatan dan hati manusia akan ditanya.

Baca Koran

Kedua, Ibrahim terkenal sangat pemberani dalam menegakkan kebenaran. Ia berani menantang Raja Namrudz dan kaumnya, bahkan berani menghancurkan patung berhala sesembahan raja dan kaumnya, hingga ia dihukum bakar hidup-hidup dalam api besar yang menyala. Ibrahim memiliki jiwa tauhid yang sangat kuat. Di hadapan kobaran api bahkan Ibrahim menolak tawaran malaikat yang ingin memberikan pertolongan. Ia hanya pasrah dan menyerahkan nasibnya kepada Allah SWT, sampai akhirnya pertolongan Allah datang, dan api itu pun tak mampu membakar tubuhnya: (Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (Qs al-Anbiyaa : 68).

Ketiga, Ibrahim adalah orang yang selalu bertawakkal kepada Allah, itu sebabnya ketika diperintah Allah untuk berhijrah ke tanah Haram (Mekkah) yang masih gersang ia bersedia serta menyerahkan nasib keturunannya kepada kehendak Allah yang diyakininya tentu baik bagi keturunannya.

Baca Juga :  WHEN EVER IT ISLAM

Dalam hal bertawakkal ini Ibrahim tak hentinya berdoa untuk memperoleh anak, meskipun dirinya sudah tua. Akhirnya Allah mengaruniakan Ismail melalui istri keduanya Hajar, dan mengaruniakan Ishaq melalui istri pertamanya Sarah. Ibrahim dikaruniai putra Ismail di saat sudah berusia 86 tahun dan dikaruniai Ishaq saat berusia 99 tahun. Jadi Ismail lebih tua 13 tahun dibanding Ishaq, dan ketika Ismail dikorbankan, Ishaq belum lahir.

Ketika Hajar kehabisan bekal dan kehausan di Mekkah yang saat itu masih kering kerontang dan tak ada manusia, ia harus bolak balik antara Shafa dan Marwa untuk mencari air, sampai kemudian Allah SWT mengaruniainya dengan air Zamzam. Peristiwa ini menjadi pelajaran bahwa kita tidak boleh putus asa dan menyerah dalam hidup. Kita harus selalu berusaha dan berdoa, karena bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Keempat, Ibrahim adalah orang yang sangat teguh dalam menjalankan perintah Allah, meski yang terberat sekalipn. Ia tidak mau goyah dan ragu karena bisikan syetan. Hal ini tampak ketika beliau diperintah untuk menyembelih putra kesayangannya Ismail, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alquran surah as-Shaffat yang di antaranya yang artinya: Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Ash-Shaffat: 104-7).

Tampak sekali bahwa Ibrahim sangat konsisten dan konsekuen dalam menjalankan perintah Allah. Namun dalam menjalankan perintah Allah ini beliau tidak melakukannya dengan kasar melainkan lemah lembut dan selalu bermusyawarah dengan anak istrinya. Dalam peristiwa ini Nabi Ismail juga sangat sabar dan pasrah ketika akan diqorbankan oleh ayahnya. Ia yakin bahwa ayahnya sangat sayang padanya, namun perintah Allah lebih utama untuk dilaksanakan. Sikap Nabi Ismail ini sangat penting untuk dijadikan bahan refleksi bagi kita semua. Sebab selama ini banyak anak yang tidak penurut bahkan melawan orangtua. Anak cenderung merasa benar ketika memilih sekolah atau kuliah, memilih pekerjaan, memilih kawan sepergaulan, memilih jodoh dsb., tanpa mau mendengar nasihat orangtuanya. Setelah mengalami masalah dan kegagalan barulah mereka sadar akan kebenaran nasihat orangtuanya, namun sering penyesalan sudah terlambat. Mereka lupa bahwa orantua lebih banyak masakan asam garam kehidupan, lebih berpengalaman, dan pengalaman sesungguhnya adalah guru yang terbaik, the experience is the best teacher.

Iklan
Iklan