Oleh : NURMADINA MILLENIA
Hidup di dalam dunia ini adalah pelajaran utama, bagi kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Karena itu apa yang dialami bagi orang lain juga merupakan sebuah yang setidaknya diketahui dan disadari. Misalnya seperti terlahir dengan tubuh yang sempurna, namun tidak bisa dibantah jika sebenarnya ada orang yang terlahir tidak sempurna. Dengan tubuh yang cacat, atau ada yang buta, atau tuli dan lain sebagainya. Maka dengan demikian itu merupakan perbedaan di dalam mengenal dunia ini. Mereka yang dilahirkan sempurna akan melihat bagaimana pula, cara pengembangan pikiran dan perasaan sesama mereka di dalam menghadapi kehidupan ini. Sebaliknya mereka yang dilahirkan sebagai orang cacat, akan juga melihat serta belajar kepada yang lebih dahulu hidup di dalam menghadapi dunia ini.
Maka dengan demikian artinya orang yang melihat dan orang yang buta, tidak sama dalam hal berpikir dan berperasaan. Jika demikian dimanakah bedanya? Jika dibandingkan buta dan melihat, logika mengatakan jika orang yang cacat adalah tidak sempurna. Namun mereka mengembangkan rahmat Tuhan yang ada dengan pendengaran telinga mereka lebih tajam dibandingkan mereka yang sempurna terlahir. Pengembangan dari sejak lahir itu menjadikan telinga mereka merupakan pintu utama, bagi pikiran dan perasaan di dalam melihat serta menyadari sesuatu itu. Maka bunyi adalah penangkapan mereka serta tentu saja gesekan udara, adalah dapat mereka sadar. Ini tentu saja tidak sama bagi mereka yang hidup dengan menggunakan mata, sejak lahir. Artinya telinga mereka menjadi kurang peka karena tidak terlatih.
Ternyata cerita silat komik di masa lalu itu, yang ketika itu masa penulis sebagai anak-anak atau menurut cerita orang tua dan kakek, jika cerita itu seperti “si buta dari gua hantu”, menceritakan jika orang buta dan melihat mempunyai kelemahan masing-masing. Di dalam cerita si buta dari gua hantu, bagaimana seorang buta yang sesat dan jahat tidak bisa dikalahkan, kecuali dengan bisa mengimbanginya di dalam silat dalam keadaan buta juga. Maka dalam hal ini ternyata untuk sesat dan jahat, itu tidak tergantung cacat atau tidak, artinya bisa dilakukan oleh semua manusia.
Tubuh manusia itu ada dua bagian, bagian fisik atau jasmaniah serta bagian rohaniah. Maka jika ada buta dan melihat dalam arti jasmaniah, maka dalah arti yang rohaniah juga istilah buta dan melihat. Di dalam Al-Qur’an sering diumpamakan jika orang-orang kafir itu seperti orang buta. Jika mereka buta mata hatinya di dunia ini, maka di akhirat mereka lebih buta lagi. Oleh karena itu mengapa mereka bisa dikatakan sebagai orang yang buta mata hatinya?
Buta mata hatinya, adalah karena salah satunya mereka kurang menyadari serta mempelajari makna yang ada, serta makna jalan, makna hakikat serta makna mengenalnya. Sering kali dijelaskan di dalam Al-Qur’an jika Tuhan itu Maha Esa, karena jika ada dua tuhan, maka mereka saling mengalahkan, artinya hanya SATU yang unggul. Itu tentunya ada ilmunya,dengan memahami makna logika dan kebenaran. Karena itu masalah tauhid itu wajib dipelajari sampai kapanpun. Banyak mereka yang tidak menyadari, jika Tauhid hanya dipelajari di masa lalu saja, namun kurang dipelajari dan dihayati pada masa kini.
Tauhid adalah akar utama dalam ibadah. Karena itu syariah terhubung dengan tauhid.