Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Ekonomi

Dua Sektor Ini Masih Pengaruhi Tren Positif Pertumbuhan Perekonomian di Kalsel

×

Dua Sektor Ini Masih Pengaruhi Tren Positif Pertumbuhan Perekonomian di Kalsel

Sebarkan artikel ini
IMG 20241126 WA0011
Kakanwil DJPb Kalsel Syafriadi di acara Publikasi Alco Regional Kalsel yang berlangsung di aula kantor setempat, Selasa (26/11/2024). (Kalimantanpost.com/ful)

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) pada bulan September 2024 terus melanjutkan tren positifnya, meskipun masih menghadapi berbagai tantangan global dan domestik.

“Pertumbuhan ekonomi provinsi ini didorong oleh sektor pertambangan, khususnya batubara, yang tetap menjadi komoditas utama,” kata Kakanwil DJPb Kalsel Syafriadi di acara Publikasi Alco Regional Kalsel
yang berlangsung di aula kantor setempat, Selasa (26/11/2024).

Baca Koran

Selain itu, lanjut dia, sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet juga memberikan kontribusi yang penting.

Menurut data terbaru, kata Syafriadi, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2024 tumbuh sebesar 5,23 persen (yoy). Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang tetap terjaga.

Namun, tekanan ekonomi global seperti fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian geopolitik masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.

“Sedangkan dari sisi belanja pemerintah, bulan Oktober 2024 terus tumbuh dengan baik, terdapat target-target yang harus dicapai dan momentum persiapan menjelang akhir tahun anggaran,” tandasnya.

Secara umum, jelas Syafriadi, terdapat beberapa indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalimantan Selatan yang masih positif tersebut antara lain yaitu
tingkat inflasi Oktober 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (mtm) atau mengalami inflasi sebesar 1,81 perse (yoy), lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 1,71 persen (yoy).

Lalu, dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kota Tanjung sebesar 2,61 persen (yoy), sedangkan yang terendah pada Kotabaru sebesar 0,78 persen (yoy).

“Penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, dan sigaret kretek mesin. Pada Oktober 2024, neraca perdagangan di Kalimantan Selatan tercatat mengalami penurunan 7,02 persen dibandingkan Oktober 2023,” tegasnya.

Syafriadi juga mengungkapkan, pada 2024, tren surplus neraca perdagangan terus berlanjut meskipun mengalami penurunan secara month to month sebesar 7,6 persen pada Mei sampai Juli yang disebabkan penurunan devisa ekspor akibat turunnya harga batubara dan peningkatan volume impor bahan bakar berupa gasoline dan solar serta minyak pelumas kendaraan bermotor.

Baca Juga :  Market Apresiasi Kinerja Positif BSI, Saham BRIS Naik 10,62% sejak Awal 2025

Namun, surplus neraca perdagangan Kalsel kembali menguat dan pada September 2024 US$1.189,38 juta dan sedikit menurun pada Oktober 2024 menjadi sebesar US$1.098,43 juta.

Mengenai inerja APBN dari sisi pendapatan, kata Syafriadi, sampai dengan Oktober 2024 telah terealisasi sebesar Rp17,19 triliun atau 75,34 persen dari target.

“Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2023, kinerja pendapatan APBN terkontraksi 11,71 perse. Kontraksi ini terus menurun jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya,” tandasnya.

Walaupun secara total pendapatan negara mengalami kontraksi, di sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 6,69 persen dengan realisasi sebesar Rp1,58 triliun.

Dari sisi belanja negara, realisasi total belanja negara sebesar Rp32,67 triliun atau 83,53 persen dari pagu. Capaian ini meningkat 21,65 persen dibandingkan tahun lalu.

Realisasi Belanja untuk Bulan Oktober ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp7,32 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp25,34 triliun.

Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan negara adalah sebagai berikut yaitu realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp15,33 triliun atau 72,95 persen dari target, terkontraksi sebesar 12,85 persen (yoy).

Selanjutnya, kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp8,40 triliun, kemudian PPN memberikan kontribusi sebesar Rp5,96 triliun. Sektor perpajakan yang memberikan kontribusi penerimaan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 18,03 persen akibat harga batubara turun di akhir tahun 2023. Penerimaan PPN masih tumbuh positif sebesar 3,80 persen yang mengindikasikan daya beli masyarakat mulai membaik dan penerimaan pajak lainnya tumbuh positif sebesar 4,03% dibanding penerimaan tahun lalu.

Kinerja pendapatan negara yang dipungut oleh Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai Kalimantan Bagian Selatan sampai dengan Oktober 2024 sebesar Rp6,59 triliun, yang terdiri dari penerimaan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp282,62 miliar dan Penerimaan lainnya sebesar Rp6,31 triliun. Tantangan yang dihadapi terkait penerimaan yang dipungut oleh Kanwil DJBC Kalbagsel adalah penurunan harga ekspor komoditas batubara, CPO dan turunannya.

Baca Juga :  OJK Sebut Perdagangan Aset Keuangan Digital Utamakan Pelindungan Konsumen

Selanjutnya pada sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), realisasi penerimaannya telah mencapai Rp1,58 triliun atau 114,5 persen dari target, tumbuh 6,69% (yoy).

Capaian ini berasal dari PNBP BLU sebesar Rp402,26 miliar atau 113,53 persen dari total PNBP, dan PNBP Lainnya sebesar Rp1,18 triliun atau 114,96 persen dari total PNBP.
PNBP Lainnya salah satunya berasal dari PNBP yang dipungut DJKN yaitu PNBP aset, piutang negara, dan bea lelang.

Begitu juga realisasi belanja negara sampai dengan 31 Oktober 2024 sebesar Rp32,67 triliun, atau sebesar 83,53 persen dari pagu yang terdiri dari Belanja Kementerian/Lembaga sebesar Rp7,32 triliun (74,82 persen dari pagu) dan Belanja Transfer ke Daerah/TKD sebesar Rp25,34 triliun (86,44 persen dari pagu).

Menurut Syafriadi, realisasi belanja tertinggi pada Belanja Pegawai sebesar Rp3,40 triliun (88,41 persen), karena dipengaruhi oleh kenaikan pembayaran Gaji ke-13 dan THR 2024 yang lebih besar dari 2023, kenaikan gaji pokok pegawai, dan peningkatan jumlah PPPK di Kalsel. Realisasi Belanja barang sebesar Rp3,13 triliun (66,47 persen) dari pagu.

“Realisasi belanja barang dipengaruhi oleh kegiatan persiapan pelaksanaan pilkada. Untuk belanja modal realisasinya baru mencapai Rp777,61 miliar (63,98 persen),” tegasnya.

Peningkatan dikontribusikan realisasi pada program infrastruktur konektivitas dan program ketahanan sumber daya air. “Pemerintah terus mendorong akselerasi belanja modal supaya pada Triwulan IV 2024 dapat terealisasi sesuai target,” pungkasnya.

Acara Publikasi Alco Regional Kalsel tersebut dihadiri Kakanwil DJP Kalselteng Syamsinar, Kakanwil DJBC Kalbagsel Dwijo, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalsel, Rina Virawati, Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kalsel H Subhan Nor Yaumil, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kalsel H.Muhammad Tambrin dan lain-lain. (ful/KPO-3)

Iklan
Iklan