BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Jatuh di kubangan yang sama. Pribahasa itu sangat pas diungkapkan dengan tim Barito Putera yang mengarungi kompetisi Liga 1 Indonesia 2024/2025.
Tim Barito Putera pernah merasakan kejayaannya dengan menembus semifinal Liga Indonesia di musim kompetisi 1994-1995 dan beberapa kali menembus delapan besar Ligina.
Setelah itu prestasi tim Laskar Antasari mengalami keterpurukan turun ke Divisi I Liga Indonesia pada tahun 2003. Krisis mereka berlanjut dan mereka terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia pada tahun 2004.
Lewat perjuangan cukup keras selama empat tahun, akhirnya pada tahun 2008, Barito Putera merangkak naik promosi ke Divisi I setelah memenangkan Divisi II.
Pada tahun 2010, Barito finish di posisi delapan dan dipromosikan ke Divisi Utama Liga Indonesia dengan pemain seperti Sugeng Wahyudi, Husin Mugni, Dwi Permana, Zulkan Arief, Adre Djoko dan sartibi Darwis.
Barito naik peringkat ke-5 setelah PSSI menghukum Persebaya Surabaya karena ketahuan memakai pemain yang tidak sah. Salahudin berhasil membawa Barito Putera ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia dan berhasil menjadi Raja di Divisi Utama 2011-2012 setelah mengalahkan Persita Tangerang 2 – 1 di Stadion Manahan, Solo. Gol Barito Putera diciptakan oleh Sugeng Wahyudi dan Sackie Doe.
Keberhasilan tim Seribu Sungai ke Liga 1 pun tetap eksis sampai sekarang walaupun peringkatnya mengalami turun naik, bahkan nyaris terdegradasi.
Misalnya, di musim kompetisi Liga 1 tahun 2018-2019 menempati peringkat 9 dan tahun berikutnya 2019-2020 merosot di posisi 13 dengan 43 poin.
Setelah penampilan tim kebanggaan Urang Banjar ini semakin menurun pada musim 2021/2022, nyaris terdegradasi ke Liga 2.
Di pertandingan penentuan terakhir, pekan ke-34 pada Jumat (1/4/2022), Barito Putera ‘ditolong’ Persib Bandung dengan bermain imbang 1-1, sehingga yang terdegradasi Persipura Jayapura bersama Persela Lamongan dan Persiraja.
Sebenarnya Persipura di pertandingan terakhir menang 3-0 atas lawannya dan sama-sama memperoleh poin 36, tapi kalah head to head dengan Barito Putera.
Di musim 2022-2023, tim Laskar Antasari menempati di peringkat 15 tapi saat itu tak ada yang terdegradasi.
Berdasarkan pengalaman tiga musim tersebut, Managemen Barito Putera berbenah diri dengan mempertahankan legiun asing seperti Renan Alves, Carli de Murga, Makan Konate, Mike Ott, Gustavo Tocantins dan Murilo Mendez dikombinasi dengan pemain lokal Bayu Pradana, Bagas Kaffa, Rizky Pora dan lain-lain di musim kompetisi 2023/2024.
Walau pun belum mampu menembus papan atas, ada ciri khas permainan Barito Putera yang cukup lama hilang, satu dua sentuhan di antara pemain hingga menempati peringkat 9 dengan poin 46. Tim yang terdegradasi waktu itu, RANS Nusantara FC, Bhayangkara FC dan Persikabo.
Namun, memasuki kompetisi Liga 1 2024/2025 blunder kembali dilakukan dengan melepas hampir seluruh pemain asing Renan Alves, Carli de Murga, Makan Konate, Mike Ott dan Gustavo Tocantins. Hanya satu pemain Murilo Mendez yang dipertahankan.
Ironisnya, manajemen Barito Putera merekrut pemain asing yang prestasinya sudah meredup seperti Alhaji Gero dan Youssef Ezzejjari.
Alhaji Gero sendiri hampir satu tahun tak bermain di klub, sehingga insting mencetak gol telah menghilang dan fisiknya sudah tak ada. Ironisnya lagi, pemain asal Nigeria ini bergabung saat kompetisi berjalan, sehingga pelatih Barito Putera, Rahmad Darmawan tak berani memasang dalam beberapa pertandingan.
Setali tiga uang, Youssef Ezzejjari Lhasnaoui saat direkrut permainannya sudah meredup. Pemain asal Spanyol ini hanya dipasang dua kali oleh klub sebelumnya, Negeri Sembilan FC di Liga Malaysia dan Khon Kaen United di Liga Thailand yang bermain 6 kali dengan mencetak 1 gol.
Kondisi fisik kedua striker yang tidak ada dan minim pergerakan membuat daya serang Barito Putera sangat lemah diawal kompetisi Liga 1 2024/2025.
Lalu, bek kiri asal Korea Selatan Moon Chi-sung juga tak begitu istimewa dan lebih banyak duduk dibangku cadangan. Begitu juga dua center back Lucão dan Chechu Meneses tak mampu menggantikan peran Renan Alves dan Carli de Murga.
Ditambah gelandang bertahan Bayu Pradana yang absen cukup lama akibat sanksi PSSI membuat lini belakang Barito Putera cukup rapuh dan mudah ditembus lawan.
Hanya Levy Madinda dan Lucas Morelatto tampil cukup bagus, tanpa didukung pemain lainnya.
Stok pemain yang kualitasnya pas-pasan membuat pelatih Rahmad Darmawan dibuat kesulitan menerapkan strategi maupun menyusun pemain yang diinginkan di setiap pertandingan.
Tak heran, hampir di putaran pertama, RD panggilan akrabnya terus merombak komposisi yang diturunkan untuk mencari pemain yang pas hingga menjelang akhir kompetisi. Namun, belum juga menemukan formasi dream team.
RD yang mendapat tekanan suporter pun akhirnya mundur. Direktur Teknik Barito Putera, Frans Sinatra Huwae yang dipercaya mengisi kekosongan pelatih sempat dibuat pusing tujuh keliling mencari starting pemain yang pas.
Akibat blunder merekrut pemain asing, Barito Putera terseok-seok di papan bawah pada putaran pertama.
Mendapat tekanan dari Baritomania dan pecinta sepakbola di Banua, Lucao lebih dulu ‘menghilang’, setelah itu Alhaji Gero dan Youssef Ezzejjari serta Chechu Meneses dilepas.
Memasuki putaran kedua, managemen Barito Putera merekrut empat legiun asing baru yakni Anderson Nascimento, Matias Mies, Jaime Moreno dan menarik kembali Renan Alves.
Kehadiran keempat pemain ini yang berkolaborasi dengan pemain Levy Madinda, Lucas Morelatto, Rizky Pora dan Bayu Pradana membuat Barito Putera lebih tajam serta menemukan ritme permainan satu dua sentuhan.
Matias Mier tampil menyihir, Morelatto tambah tajam dan Moreno membuat gol bagus,
sehingga tampil menjanjikan dengan memetik kemenangan diawal kompetisi walau pun waktu itu masih ditangani Direktur Teknik Frans Sinatra Huwae.
Barito Putera pun sempat menyodok di papan tengah klasemen sementara.
Namun, di awal putaran kedua kembali blunder dilakukan manajemen Barito Putera dengan merekrut pelatih fisik Vitor Tinoco ditunjuk pelatih kepala menggantikan Rahmad Darmawan.
Kehadiran Vitor Tinoco sebagai arsitek Barito Putera bukannya permainan tambah bagus, tapi mulai hilang sentuhan permainan satu dua. Permainan kembali ke stelan lama bermain bola-bola panjang.
Tim-tim lawan sudah mengetahui kunci kekuatan Barito Putera ada di Matias Mier dan Morelatto, sehingga lawan mulai mematikan pergerakan kedua pemain ini.
Terakhir melawan Persis Solo dan PSBS Biak, Matias Mier bila mendapat bola dikepung dua sampai tiga pemain lawan. Tubuhnya cukup gempal agak mengganggu pergerakan hingga bisa direbut lawan.
Lalu, Renan Alves memang cukup bagus, tapi bila menghadapi pemain yang punya kecepatan seperti seperti pemain PSBS Biak, PSM Makkasar, Persib Bandung, Malut United akan kesulitan mengatasinya.
Vitor Tinoco sebagai pelatih tak mampu mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan ini, sehingga dalam lima pertandingan terakhir Barito Putera tak pernah menang. Ironisnya, dalam empat laga, Bayu Pradana dan kawan-kawan menderita kekalahan termasuk dipermalukan Persis Solo 1-2 di depan publik sendiri.
Tim Laskar Antasari pun berada di ujung tanduk menempati posisi ke-15 dengan poin 29 dari 30 main dan menyisakan empat pertandingan.
Ironisnya lawan-lawan yang dihadapi cukup berat dan memiliki karakter permainan cepat serta tak ‘disukai’ gaya permainan Barito Putera. Belum lagi Levy Medinda yang mendapat kartu merah langsung saat melawan PSBS Biak bakal absen dalam dua pertandingan krusial.
Pertama menghadapi tamunya peringkat kedua klasemen sementara Dewa United FC hari Jumat, 2 Mei 2025. Dewa United menerapkan permainan tiki taka dan pressing cukup ketat, hingga Persib Bandung pun kewalahan dibuatnya.
Di depan ada Alex Martin yang menjadi top skor dengan 23 poin serta pemain lokal tersubur Egy Maulana Vikri dengan 11 gol serta pemain lincah Marukawa Taisei Marukawa dan lain-lawan
Dewa United juga masih berburu juara atau minimal menjadi runner up, sehingga akan berusaha meraih poin penuh melawan Barito Putera.
Lalu, Tim Laskar Antasari melakukan pertandingan tandang melawan Persib Bandung 9 Mei 2025. Tim Maung Bandung masih membutuh empat poin untuk meraih juara, sehingga melawan Barito Putera tidak main setengah-setengah di depan publiknya sendiri. Peluang meraih kemenangan di kandang Persib sangat berat.
Di match day ke-33, pada Sabtu, 17 Mei lawan yang dihadapi juga tak ringan, PSM Makassar. Tim tamu ini yang diperkuat pemain muda dan punya kecepatan sangat tak disukai lini belakang Barito Putera.
Harapan Barito Putera hanya PSM tak tampil ngotot karena sudah tak berpengaruh lagi hingga mampu meraih poin penuh.
Terakhir, Barito Putera akan bentrok dengan tim papan bawah PSIS Semarang pada pekan ke-34 tanggal 24/5/2025.
Ini merupakan duel hidup mati kedua tim. Jika di tiga pertandingan sebelumnya Barito Putera tak mampu meraih poin penuh, dan dipertandingan terakhir kalah. kemungkinan degradasi bakal terjadi.
Namun, pecinta sepakbola di Banua sangat berharap dari empat pertandingan tersebut bisa memetik sekali kemenangan dan satu kali seri, sedangkan tiga tim dibawahnya, PSIS (25 poin) Semen Padang (25) dan PSS Sleman (22) dalam empat pertandingan tergelincir alias menderita kekalahan. Poin Barito Putera meraih 33 poin sedangkan saingan PSIS dan Semen Padang jika hanya menang dua kali poin hanya 31 poin.
Semoga hitung-hitungan bisa terjadi dan Barito Putera tetap bertahan di Liga 1 musim 2025/2026 dengan melakukan pembenahan baik materi pemain, pelatih maupun manajemen agar tampil lebih baik lagi. (ful/KPO-3)