Oleh : Asma Yulia, SE
Pemerhati Masalah Umat
Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) meluruskan isu viral banyak anak-anak menjalani cuci darah di RSCM. Dia menegaskan meski memang ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan.
Saat ini disebutkan ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. Sebanyak 30 di antaranya menjalani hemodialisis rutin sementara lainnya datang sebulan sekali.
Meskipun kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan. Tapi jumlah anak-anak yang mengalami gagal ginjal dan menjalani hemodialisis termasuk banyak. Apalagi itu baru di satu rumah sakit. Sungguh sangat memprihatikan. Jika calon penerus generasi kita memiliki masalah dengan kesehatan sejak dini, lalu siapakah yang akan menjadi penerus di masa depan? Apakah yang salah dengan kesehatan generasi kita hari ini?
Ungkapan ‘kamu adalah apa yang kamu makan’ sepertinya memang tepat untuk menggambarkan permasalahan kesehatan yang terjadi saat ini. Makanan bisa menjadi kunci untuk membuat tubuh tetap sehat sekaligus kunci untuk membuat tubuh jatuh sakit. Melihat fakta yang ada, ternyata banyak makanan dan minuman yang beredar ditengah masyarakat berbahaya untuk di konsumsi, terutama anak-anak. Diantaranya adalah makanan yang mengandung pemanis buatan dan bahan pengawet berbahaya.
Seharusnya pemerintah lebih ketat lagi, dalam mengontrol dan mengatur regulasi pemberian izin kepada suatu perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produknya. Tidak hanya kehalalan makanan yang dicek, tapi kethayyiban makanan pun harus diperhatikan. Karena makan yang thayyib (baik) adalah makanan yang tidak membahayakan untuk kesehatan. Makanan yang halal belum tentu baik untuk kesehatan. Tapi kalau makan yang thayyib sudah pasti baik untuk kesehatan.
Makanan yang halal adalah makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi menurut syariat Islam. Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menjelaskan makanan-makanan yang dilarang (haram) dan yang diperbolehkan (halal) untuk umat Islam. Selain itu, makanan yang thayyib adalah makanan yang baik, sehat, bersih, dan berkualitas.
Kewajiban mengonsumsi makanan halal dan thayyib bahkan telah Allah wajibkan sejak jaman dahulu kala kepada para Rasul-Nya. Kewajiban itu malah sebelum perintah beramal shalih. Sehingga dengan makanan halalan thayyiban itu, akan mempermudah seseorang beramal shalih. Allah memerintahkan di dalam ayat-Nya. Artinya, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS Al-Maidah [5]: 88).
Dalam kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalisme, uang menjadi tujuan utama dari proses produksi. Sehingga mereka mempunyai prinsip bagaimana caranya supaya biaya produksi bisa seminim mungkin, agar bisa menghasilkan keuntungan yang besar. Akibatnya abai dengan aspek Kesehatan dan keamanan pangan untuk anak, sehingga tidak sesuai dengan konsep makanan halal dan thayyib.
Selain itu, Negara telah abai dalam menentukan standar keamanan pangan dan abai dalam memberikan jaminan keberadaan makanan yang halal dan thayyib bagi rakyatnya. Berbeda halnya dengan Islam. Islam mewajibkan negara menjamin pemenuhan bahan pangan yang halal dan thayyib bagi seluruh rakyatnya, sesuai dengan perintah syariat.
Negara juga akan mengontrol industri agar memenuhi ketentuan Islam tersebut. Untuk itu negara akan menyediakan tenaga ahli, melakukan pengawasan pangan dan sanksi yang tegas bagi pihak yang melanggar aturan.
Negara juga akan melakukan Edukasi atas makanan halal dan thayyib ini melalui berbagai mekanisme dengan berbagai sarana untuk mewujudkan kesadaran pangan yang halal dan thayyib di tengah masyarakat.