Oleh : Dhiya
Pemerhati Sosial
Sampai hari ini pembahasan tentang radikalisme dan terorisme terus menjadi topik hangat di kalangan petinggi bangsa. Terbukti, pada hari Sabtu 30 November 2024, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) melaksanakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di sebuah hotel berbintang kawasan Jalan Ahmad Yani kilometer 11, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Kegiatan tersebut juga dilaksanakan di beberapa kabupaten Kalimantan Selatan.
Menurut Ketua FKPT, Aliansyah Mahadi, diadakannya kegiatan tersebut untuk bahu membahu menjaga daerah, mengingat pada tahun 2000 telah terjadi penyerangan gereja di beberapa kabupaten atau kota yang telah terpapar radikal dan terorisme. Acara tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten seperti tokoh agama, akademisi, dan praktisi keamanan (Klikkalsel, 30/11/24).
Istilah Radikal dan teroris memang sudah cukup lama muncul, termasuk istirah ektrimis. Jika mau menelusuri istilah tersebut muncul pasca persitiwa 11 September 2001. Tendensi kuat bahwa yang dimaksud dengan teroris, ekstrimis, dan radikal menunjukkan kepada gerakan-gerakan Islam. Sejak saat itulah istilah war on terorism mulai dikenal, kemudian disusul istilah lainnya seperti war on radicalism atau extrimism.
Pada 2007 RAND Corporation merilis sebuah buku yang berjudul buliding moderate muslim networks. Disanalah terdapat cara-cara Islam dikategorisasikan dan saling dinegasikan satu sama lain (muslimahnews.net, 07/03/24). Hakikatnya, proyek melawan terorisme, mencegah radikalisme dan semacamnya adalah cara Barat untuk menuding siapapun yang tidak sejalan dengan mereka, baik itu dalam pemikiran atau politik, lebih-lebih terhadap muslim yang ingin berpegang teguh kepada Islam.
Jika meneliti proyek ini tidak hanya dilaksanakan berupa sosialisasi di sekolah-seokolah, masyarakat atau kampus, namun juga melalui framing-framing media, bahkan telah menyasar dunia pendidikan dan menjadi amanah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 melalui pogram moderasi beragama. Seluruh program yang telah dirancang tersebut merupakan langkah-langkah yang telah disusun dengan begitu serius dan rapi oleh Barat untuk melanggengkan kekuasaan mereka di negeri-negeri kaum muslim. Lewat framing buruk yang ditujukan terhadap kaum muslim maka membuat ideologi Kapitalis-sekuler mereka tetap eksis, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mencengkram kaum muslim, termasuk mengeruk seluruh kekayaan alam di negeri-negeri muslim.
Perlu kaum muslim tahu bahwa sebelum Barat menjadi negara-negara maju dan adidaya seperti sekarang kaum muslim telah berhasil menaungi banyak wilayah menjadi satu negara yang disebut Khilafah. Institusi khillafah tidak hanya menjadi negara yang mengayomi kaum muslim, namun juga umat agama lain dengan kehidupan yang sejahtera dan rukun. Bahkan banyak dari penduduk eropa yang bebas menempuh pendidikan ke negara Kaum muslim karena begitu majunya Khilafah saat itu. Maka salah besar jika tuduhan intoleran dan radikal ditodongkan kepada muslim. Rasulullah shallahu ‘alaih wasallam pernah bersabda dalam riwayat muslim: “siapa yang menyakiti dzimmi (kafir dzimmi), maka aku menjadi lawannya di hari kiamat” atau dalam riwayat Imam At-Thabrani, “Siapa yang menyakiti dzimmi, maka sungguh ia menyakitiku”.
Hal tersebut justru sangat berkebalikan dengan Barat hari ini yang selalu menarasikan war on terorism, radikasim, extrimis, Islam moderat, tapi malah mereka yang secara gamblang menampakkan kedzaliman dan kekejian mereka, khususnya sejak 7 Oktober 2023 dengan melakukan genosida yang begitu besar kepada Muslim palestina. Terus mengirimkan amunisi dan serangan lewat Israel yang menjadi kepanjangan tangan mereka.
Maka, sudah seharusnya kaum muslim membuka mata dan berpikir lebih jenih bahwa ide-ide seperti war on radikalism, Islam moderat dan lainnya adalah cara mereka menjajah pemikiran kaum muslim agar muslim semakin jauh dari Islam dan takut dengan agama mereka sendiri. Sehingga dengan mudah Barat memperdaya muslim bahkan membuat para pemimpin muslim bungkam terhadap genosida di Palestina. Hanya dengan Islamlah kaum muslim bisa menemukan kehidupan yang lebih baik dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Umar bin Khattab pernah berpesan, “Ketahuilah, kita adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memuliakan dengan mendatangkan agama Islam. Karena itu jika kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka Dia akan menghinakan kita”.
Lalu, cukuplah firman Allah Azza wa Jala sebagai pengingat, “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Taha: 124).