Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
HEADLINE

Kenali Ciri-ciri Anak Korban Perundungan dan Perlu Diperhatikan Orang Tua

×

Kenali Ciri-ciri Anak Korban Perundungan dan Perlu Diperhatikan Orang Tua

Sebarkan artikel ini
1 22
Iklan

JAKARTA, Kalimantanpost.com – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkap, sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia sepanjang 2023. Hampir separuh, terjadi di lembaga pendidikan termasuk pondok pesantren.

Terkait cukup banyaknya kasus perundungan di Indonesia, menurut
Psikolog klinis anak lulusan Universitas Padjadjaran Dewinta Ariani menyampaikan bebera ciri-ciri anak korban perundungan.

Baca Koran

Dia mengatakan anak yang menjadi korban perundungan biasanya menjadi lebih pendiam atau tertutup dan menunjukkan sikap yang berbeda dari kebiasaannya.

Selain itu, ia menjelaskan, anak korban perundungan biasanya menunjukkan perubahan dalam hubungan sosial, menghindari interaksi sosial, serta tampak cemas atau takut ketika hendak pergi ke sekolah atau menghadiri kegiatan tertentu.

“Penurunan prestasi akademik tanpa alasan yang jelas perlu diwaspadai oleh orang tua,” kata dosen psikologi di Universitas Negeri Jakarta itu.

Menurut dia, anak korban perundungan juga dapat mengalami perubahan pola tidur dan nafsu makan, tiba-tiba susah tidur malam dan kehilangan nafsu makan.

Dewinta mengungkapkan anak yang menjadi korban perundungan dapat menjadi lebih sering mengeluh sakit fisik agar tidak harus pergi ke sekolah.

“Anak sering mengeluh sakit fisik, seperti sakit kepala atau perut, yang mungkin digunakan sebagai alasan untuk tidak pergi ke sekolah,” katanya, menambahkan, orang tua sebaiknya segera menindaklanjuti adanya luka atau memar yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya oleh anak.

Menurut Dewinta, orang tua juga harus memperhatikan perubahan perilaku anak serta segera mengambil langkah untuk mencari tahu penyebab dan memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak.

Kepada anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan, ia mengatakan, orang tua dan guru harus memberikan pendampingan emosional, mendengarkan curahan perasaan mereka, dan membantu mereka memproses perasaan yang muncul akibat perundungan.

Baca Juga :  Rakernas JMSI ke-3, Natalius Pigai: Media Adalah Penjaga Cahaya Kebenaran dan Demokrasi

“Edukasi tentang cara mengatasi rasa sakit tanpa melukai orang lain serta membangun rasa percaya diri juga sangat penting dalam mencegah siklus bullying berlanjut,” katanya.​​​​​​​

Dia menyampaikan tidak semua korban perundungan akan menjadi pelaku jika mendapatkan bantuan dan dukungan yang tepat.

Menurut dia, terapi atau konseling dapat membantu mereka mempelajari cara-cara yang sehat untuk mengatasi perasaan.

​​​​​​​Selain itu, ia mengatakan, lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan di rumah maupun di sekolah dapat membantu mencegah korban perundungan mengembangkan perilaku agresif di kemudian hari. (Ant/KPO-3)

Iklan
Iklan