Pejabat senior urusan bantuan kemanusiaan PBB, Sabtu (26/10), memperingatkan di tengah situasi yang semakin memburuk dan serangan hebat tentara Zionis yang berlangsung selama berminggu-minggu. “Seluruh penduduk di Gaza Utara berisiko sekarat.” (antaranews.com). Tak hanya Gaza, Zionis juga menyerang Lebanon, Yaman, dan Iran (topswara.com).
Serangan brutal Zionis telah membunuh umat Islam di beberapa negeri Islam. Namun dunia, khususnya penguasa negeri Muslim seolah tak berdaya mengatasi kondisi buruk ini. Mereka tak lebih hanya sekadar mengeluarkan kutukan, ancaman, kecaman, dan ancaman kosong. Bahkan sekelas PBB saja tidak berkutik, mereka hanya berkelit sudah berupaya dengan mengeluarkan resolusi-resolusi untuk menghentikan Zionis. Nyatanya, resolusi itu hanya sekadar, coretan di atas kertas, bahkan merugikan kaum Muslimin, resolusi dua negara misalnya.
Diplomasi-diplomasi juga tidak memberikan tekanan politik sama sekali kepada Zionis untuk menghentikan serangan. Ketidakberdayaan pemimpin dunia dan lembaga-lembaga internasional, semestinya sudah lebih dari cukup menunjukkan, dunia yang dipimpin sistem Kapitalisme-Demokrasi saat ini gagal mewujudkan keamanan dan keadilan.
Padahal slogan HAM, kedamaian, keadilan, keamanan, kemerdekaan, terus didengungkan sistem ini. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pernah menyatakan komitmen melawan teroris sejak peristiwa 11 September 2001. Namun, mereka sama sekali tidak pernah menyatakan Zionis sebagai teroris. Padahal, perbuatan Zionis sudah tampak jelas teroris. Zionis merampas lahan kaum Muslimin Palestina dan melakukan penjajahan di sana.
AS justru menuduh HAMAS sebagai teroris karena perlawanannya menghadapi penjajahan yang dilakukan Zionis. AS dan sekutunya mengatakan komitmen menegakkan keadilan dan keamanan untuk umat manusia. Nyatanya, AS malah memasok senjata, memasangkan iron dome bagi Zionis, dan membiayai Zionis untuk menyerang Palestina. Jadi, dapat disimpulkan, AS beserta sekutu dan lembaga internasionalnya sama sekali tidak berpihak kepada kaum Muslimin.
Semua ini membuktikan, Kapitalisme-Demokrasi yang diterapkan hari ini gagal mewujudkan keamanan dan keadilan bagi kaum Muslimin. Di sisi lain, Barat masih terus mengaruskan Demokrasi ke berbagai negeri Islam sebagai alat penjajahan. Dengan demokrasi, AS menyandera negeri kaum Muslimin secara politik. Kebijakan penguasa negeri Muslim tidak akan keluar kecuali melalui persetujuan AS, seperti solusi untuk Palestina.
Aksi biadab Zionis Yahudi terus berlangsung meski masyarakat internasional mengecamnya. Dukungan atas warga Palestina mereka suarakan dengan lantang kendati mereka bukan Muslim. Sungguh ini adalah sikap nyata warga dunia atas kekejaman Zionis. Mereka tak bisa dibohongi lagi dengan propaganda Zionis dan para penguasa Barat pendukungnya.
Penyelesaian Palestina butuh aksi nyata, yang didasari iman. Syariah Islam telah menetapkan bumi Palestina adalah milik kaum Muslim. Haram menyerahkannya kepada siapapun. Tanah Palestina, tempat Masjidil Aqsha harus dijaga kesuciannya.
Seharusnya solusi yang diberikan penguasa Muslim adalah jihad. Karena kondisi di sana jelas-jelas terjadi penjajahan dan perampasan lahan Palestina oleh Zionis. Dalam Islam solusi melawan penjajah hanya satu, yakni jihad fi sabilillah. Tiada yang lain, sebagaimana Allah SWT tegaskan, “Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka di mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 191).
Islam tidak pernah mengajarkan diplomasi-diplomasi untuk melawan penjajah kafir harbi fi’lan, seperti Zionis dan AS. Hubungan dengan mereka hanya satu, yaitu perang. Namun, solusi ini tidak pernah sedikitpun ditunjukkan penguasa Muslim. Sebab, tersandera politik AS.
Melalui sistem demokrasi, AS mengendalikan penguasa negeri Muslim untuk menempuh jalur diplomasi jika ingin berpartisipasi membela Palestina. Sikap demikian diklaim AS lebih bermartabat dan menjaga kedamaian. Padahal upaya diplomasi tidak lain adalah strategi Barat yang sengaja didoktrinkan kepada umat Islam untuk mematikan semangat jihad.
Sebagaimana dijelaskan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Daulah Islam bab Pengaruh Serangan Misionaris. Karena itu, umat harus meninggalkan demokrasi dan menyadari urgensi menghadirkan solusi hakiki, yakni perlawanan dengan jihad sebagaimana syariat yang tertuang Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 191. Jihad fi sabilillah dengan mengirimkan tentara yang akan membebaskan Palestina tidak akan bisa terorganisir kecuali kaum Muslimin memiliki junnah (perisai), yakni Daulah Khilafah. Hanya Daulah Khilafah yang dapat memobilisir semua kekuatan tentara Islam untuk mendapat satu komando berjihad.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan Sultan Salahuddin ketika merebut kembali tanah suci Palestina dari tangan tentara salib. Hanya Daulah Khilafah yang melindungi seluruh tanah kaum Muslimin dari penjajahan. Sebagaimana yang dilakukan Sultan Abdul Hamid II, memberi ultimatum Theodor Herzl yang meminta tanah Palestina untuk negara Zionis.
Semua upaya itu dilakukan para Khalifah demi menjalankan syariat Islam. Palestina adalah tanah kharajiyyah yang dibebaskan Khalifah Umar Khattab ra. Maka secara syariat tanah Palestina adalah milik kaum Muslimin yang haram dijajah dan dirampas siapapun. Allah SWT juga telah memberikan solusi untuk melawan penjajahan dengan jihad seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 191.
Hanya saja eksistensi Daulah Khilafah perlu diperjuangkan umat Islam karena perisai kaum Muslimin itu telah dilenyapkan Barat pada tahun 1924 M. Untuk itu sudah menjadi kebutuhan bersama, umat Islam harus sadar untuk mendukung dan terlibat dalam perjuangan bersama kelompok dakwah yang fokus menegakkan Khilafah. Sebuah kelompok Islam ideologis yang mengambil metode dakwah Rasulullah, yakni politis, pemikiran, dan tanpa kekerasan sebagai thariqah-nya.
Sebagai saudara Muslim, sejatinya yang diserukan dan lakukan adalah apa yang diperintahkan Allah SWT. Umat Islam membutuhkan Khilafah ala minhajin nubuwwah yang akan menyatukan umat. Menggerakkan tentara-tentara kaum Muslim dengan pesawat tempur dan persenjataannya yang mematikan jantung entitas penjajah Zionis.