BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Peristiwa Jumat Kelabu tahun 1997 di Kota Banjarmasin merupakan peristiwa konflik kerusuhan kampanye pemilu yang terjadi pada era Orde Baru. Konflik kerusuhan ini terjadi pada tanggal 23 Mei 1997.
Peristiwa ini menyebabkan kerugian yang besar baik materi maupun non materi. Penjarahan, pembakaran, pengrusakan dilakukan oleh massa hingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Kerusuhan ini memberikan banyak dampak diberbagai aspek, salah satunya dampak pada aspek psikologis berupa guncangan psikis terhadap masyarakat Banjar.
Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Dr Mansyur M.Hum mengungkapkan guncangan psikis berupa trauma emosional yang masyarakat Banjar alami mencakup tiga emosi yakni rasa takut, rasa sedih dan rasa benci.
Pemberlakuan jam malam membuat masyarakat merasa takut. Kesedihan yang melanda keluarga korban hilang maupun tewas. Rasa benci terhadap aparat keamanan yang berperilaku kasar.
Meskipun demikian ujar Mansyur, untuk menjalani kehidupan yang terus berlangsung masyarakat Banjar tetap berupaya untuk memulihkan diri dari trauma emosional yang dialami.
Mansyur menyimpulkan peristiwa Jumat Kelabu di Kota Banjarmasin telah memberikan guncangan psikis berupa trauma emosional, namun masyarakat Banjar berupaya untuk memulihkan diri dari trauma tersebut.
Ia pun mengingatkan, meskipun telah 28 tahun berlalu peristiwa kelam yang pernah terjadi di Banjarmasin ini masih membekas hingga sekarang dan memberikan pelajaran atas kejadian agar tidak terulang kembali.
“Kerusuhan ini memberikan dampak psikologis bagi masyarakat Kota Banjarmasin yang mengalami dan menghadapi peristiwa kerusuhan ini,” ujar Mansyur.
“Terutama keluarga korban pasti psikologisnya sangat terguncang dan mengalami trauma yang mendalam,” tambahnya.
Trauma psikologis yang dialami para korban ini pun lanjut Mansyur, selalu mengingatkan kebrutalan massa pada waktu itu sangat tidak terkendali. Luapan emosi sesaat oleh massa ini telah menghancurkan dan membakar berbagai macam bangunan yang ada sehingga memakan korban, bahkan hingga ke pemukiman penduduk juga ikut terbakar.
Trauma psikologis yang dialami masyarakat ini mencakup aspek Emosional. Trauma Emosional merupakan sebuah luka psikologis atas peristiwa traumatis yang pernah dialami dan membuat seseorang merasa tak berdaya dan rentan secara emosionalnya.
“Emosional ini lah yant kemudian mempengaruhi tingkah laku berupa dorongan. Sebagai contoh, orang yang merasa takut dan terancam maka akan melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya,” tutup Mansyur. (sfr/KPO-3)