Banjarmasin, KP – Fenomena baju kotak hitam putih menyerupai papan catur akhir-akhir ini sedang viral dikalangan Anak Baru Gede (ABG) di Kota Banjarmasin, mereka menjamur ditempat-tempat wisata maupun di pusat perbelanjaan.
Menurut Ahli dan Pengamat Sosial Universitas Lambung Mangkurat, Syubhan Annur mengungkapkan hal ini merupakan sebagian dari hedonisme atau gaya hidup, agar tidak dibilang kurang pergaulan ( Kuper).
“beberapa tahun belakangan ini sebagai dari fashion di kalangan ABGmengikuti perkembangan dari kota-kota di Indonesia lainnya,” ungkapnya.
“Ini sebagai bagian dari Hedonisme atau gaya hidup yang tidak ingin dibilang kuper,” ia melanjutkan.
Kemudian Syubhan berpendapat, dengan kata lain istilah fashion motif papan catur ini sebagai bentuk dalam tahapan perkembangan psikologi atau mencari jati diri.
Adapun istilah lain dari baju motif kotak-kotak atau papan catur ini adalah hypebeast, yang mana istilah ini berasal dari Luar Negeri. menurutnya konsep istilah Hypebeast ini muncul dari Amerika Serikat yang gemar mengkoleksi produk atau barang-barang terkenal.
“Terutama baju, sepatu, dan tas dari brended tertentu,” bebernya.
Kalau kalangan ABG mengikuti trend fashion Amerika Serikat tentunya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan barang yang dikoleksi mempunyai nama atau brend yang sudah terkenal.
Melihat fenomena seperti itu, ujar Syubhan tentunya akan memunculkan istilah Hypebeast KW bagi kalangan ABG Banua dengan tujuan tampil lebih gaya agar telihat kekinian.
“Biar saja aspal (Asli Tapi Palsu) yang penting mengikuti gaya kekinian,” celetuknya.
Lanjutnya, fenomena ini menjangkiti ABG malah terkadang lucu dan secara fashionable kurang,tetapi bagi yang memandang mereka penampilan fashion mereka terkesan lucu dan unik atau bisa dikatakan tidak sesuai dengan umur, bisa juga karena postur tubuh tidak sesuai fashion kotak-kotak papan catur.
“Fenomena fashion ini otomatis akan cepat terpublish dikarenakan pesatnya informasi di medsos terkait fashion kekinian sehingga menjadikan para ABG kita mencoba membeli dan memakai langsung dalam satu komunitas,” paparnya.
Syubhan menganggap hal ini sah-sah saja asalkan tidak menganggu atau menimbulkan bully kepada kawan sepermainan, karena tidak mempunyai baju yang sedang trend yang mengakibatkan terganggunya perkembangan psikis.
“Setiap yang viral di tempat kita selalu untuk mencoba dan mencari produknya sehingga gayung bersambut para pedagang pakaian pun mulai ikutan trend untuk memperdagangkan fashion hypebeast,” terangnya.
Ia menambahkan, hal semacam ini, bukan hanya di kota Banjarmasin bisa jadi fenomena ini juga diikuti kalangan ABG kabupaten lainnya di Kalsel karena para ABG tersebut mendapatkan info kekinian yg lagi viral.
“Silakan mengikuti pola kekinian asal sesuai norma agama, bersih, rapi, sopan dan selalu menjaga adab, sesuai dengan slogan Banjarmasin Ba-Iman (Barasih dan Nyaman),” pesannya.
Selain itu, menjadikan prestasi di sekolah ujar Syubhan merupakan modal utama, sedangkan fashion sebagai bagian dari mendukung prestasi. “Semoga anak kita para ABG mengikuti pepatah orang tua dulu menjadi anak-anak yang baiman, bauntung dan baadab,” tutupnya. (zai/KPO-1)