Banjarmasin, KP – Siapa yang menyangka, pekerjaan yang dijalani Pasukan Turbo milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin ternyata memiliki segudang permasalahan saat menjalani profesinya yang harus siap kapanpun setiap dibutuhkan.
Kepala UPTD Pemeliharaan Rutin Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin, Agus Trisno mengatakan, hal tersebut memang sudah menjadi komitmen sejak awal dari pembentukan Pasukan Turbo.
Pria dengan sapaan Agus itu membeberkan, masalah yang paling sering dihadapi itu seperti pembersihan drainase yang diatasnya ada lapak-lapak kecil milik Pedagang Kaki Lima (PKL).
“Umumnya trotoar yang ada di tepi jalan kebanyakan di bagian bawahnya terdapat saluran drainase, terlebih di daerah kawasan pasar, disana tidak sedikit pula dijadikan lapak untuk PKL milik warga dan toko yang meletakan barang dagangannya di atas trotoar,” bebernya pada Kalimantan Post melalui pesan singkat, Jumat (6/11) petang.
Bahkan, Agus melanjutkan, di kawasan Pasar Lima dan sekitarnya hampir di sepanjang saluran drainase terdapat lapak PKL. Menurutnya, tentu saja hal itu membuat petugas dari pasukan turbo tidak bisa membersihkan drainasenya.
Kendala kedua, khusus di kawasan pasar Agus menambahkan bahwa pihaknya harus bekerja bersama dengan beberapa instansi pemerintah lainnya. “Paling tidak dengan Disperdagin,” ujarnya
Karenanya, ia sangat mengharapkan adanya dukungan dari pihak terkait seperti pihak kecamatan, kelurahan, UPT Parkir, Pol PP dan Babinsa, untuk bisa memaksimalkan kinerja Pasukan Turbo.
“Bila tidak ada dukungan kami akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan,” sambungnya.
Kendala ketiga, pada lokasi pembersihan di sungai terutama di sungai kecil. Sebagaimana diketahui bersama, dari data yang ia miliki, bangunan yang berada di atas sungai sudah mulai banyak jumlahnya. Bahkan bagian kiri dan kanan sungai tertutupi dengan bangunan rumah.
“itu menjadi halangan yang tidak bisa kami atasi, sehingga tidak bisa kami laksanakan pembersihan sungainya,” ujarnya.
Kendala keempat, untuk di kawasan Jalan Perdagangan, kebanyakan penutup drainase yg sdh ada dibuat oleh pemko dengan jarak standar 2-3 meter per tutupnya. sehingga pada saat pembersihan pasukan turbo bisa melaksanakan dengan baik.
Namun penutup drainase tersebut ditimpa dengan cor-coran beton oleh pemilik ruko, sehingga kalaupun masih ada, tutup yang disisakan dengan jarak sampai puluhan meter. Sehingga pengerjaan pembersihan mengalami kendala bahkan bisa jadi hambatan
Kendala kelima, pada saluran drainase yang ada di sekitar toko atau warung penjual makanan, para pedagang biasanya membuang berbagai sampah ke saluran drainase.
“Khusus sampah-sampah yang bersifat lemak, jika limbah itu tertahan, lama kelamaan akan menggumpal dan membeku, sehingga akan menjadi halangan saluran drainase dalam mengalirkan air,” paparnya.
Selama ini, ia melanjutkan pasukan turbo melakukan pembersihan berkala hampir per 6 bulan per lokasi, khusus saluran Jalan A Yani per 3 sampai 4 bulan.
Kendala keenam, khusus di saluran terbuka belakang TPS Jalan Veteran samping Pasar Kuripan, pihaknya mengalami hambatan oleh keberadaan preman sekitar pasar.
Menurut info dari kepala kerja Pasukan Turbo, saat melaksanakan pembersihan saluran terbuka yang ada di lokasi itu pada beberapa tahun yang lalu isi saluran tersebut penuh dengan sampah. Seperti tidak pernah dibersihkan. Bahkan tinggi sampahnya sama dengan tinggi tanah di sampingnya.
“Ketika kami bersihkan, kami tidak bisa maksimal bekerja, karena terganggu oleh pembatasan jam dan lokasi parkir mobil operasional kami,” imbuhnya.
Karenanya, pihaknya berkoordinasi dengan pihak Disperindag dan Kelurahan Kuripan, namun sampai saat ini belum ada lampu hijau kapan untuk bisa melaksanakan pembersihan.
Kendala ketujuh, Pasukan Turbo juga mengalami permasalahan di kawasan saluran drainase yang ada di Jalan Piere Tendean. Pasalnya di saluran drainase yang ada di kawasan tersebut terdapat rumah yang di halaman belakangnya ada tumpukan drum berisi oli.
“Jika hari hujan, maka oli yang ada tersebut akan mengalir ke dalam saluran drainase yang berada di tepi jalan depan rumahnya, jika oli yg memenuhi saluran itu terkena pakaian atau celana maka tidak bisa dibersihkan lagi,” tuturnya.
Mengingat para pekerja yang ada di pasukan turbo kebanyakan warga yang merupakan termasuk dalam kategori tidak mampu. “Alhasil mereka sampai mengabaikan nilai-nilai kesopanan dengan hanya memakai celana dalam saja,” ungkapnya.
Untuk permasalahan tersebut, di tahun 2018, pihaknya sudah pernah mengkoordinasikan dengan pihak DLH, namun sampai saat ini keadaan yang ada masih saja berlanjut. “Tidak hanya di satu tempat itu saja, di tempat lain juga banyak yang kondisinya seperti itu,” ucapnya.
Terahir, kendala kedelapan, kondisi saluran terbuka (salter) yg ada di kawasan Belitung, dari perempatan lampu merah Belitung sampai samping Jalan Saka Permai, Pasukan Turbo kesulitan untuk menormalkannya.
“Hal ini dikarenakan banyaknya bangunan semacam jembatan yang menuju ke rumah dan toko/ruko yang bergabung satu dan lainnya, sehingga minim bahkan tidak ada celah yang leluasa untuk membersihkan salternya. Karena salter ini rutin kami bersihkan minimal dua kali dalam setahun,” pungkasnya. (Zak/K-3)