Banjarmasin, KP – Ujian Sekolah (US) yang digelar secara tatap muka bagi jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kota Banjarmasin rupanya tidak diikuti oleh seluruh siswa.
Pasalnya dari pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) setempat, beberapa siswa tidak bisa hadir ke sekolah untuk mengikuti US tatap muka dengan sistem kertas pensil tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Totok Agus Daryanto mengatakan, dari dua kunjungan yang dilakukannya, terdapat siswa yang tidak bisa mengikuti US secara tatap muka di sekolah.
“Ya ada satu siswa masing-masing sekolah yang melaksanakan ujian dari rumah,” ucapnya saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan telepon, Senin (05/04) siang.
Kunjungan tersebut ia lakukan di dua sekolah berbeda, yaitu SDN Sungai Lulut 5 dan SDN Kuripan 2 Banjarmasin.
Menurunnya kunjungan yang dijalankannya itu tidak lain bertujun untuk memastikan pelaksanaan Ujian Sekolah (US) jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) berjalan lancar.
Pria dengan sapaan Totok itu menjelaskan, bahwa siswa yang tidak bisa mengikuti ujian tatap muka tersebut, lantaran orangtua yang bersangkutan sedang mengalami gangguan kesehatan, sehingga tidak bisa mengantar anaknya kesekolah.
“Ada orangtuanya melapor karena tidak bisa mengantar anaknya ke sekolah, sehingga dibijaksanai oleh sekolah Untuk mengerjakan ujian dari rumah,” jelasnya.
Kendati demikian siswa yang melaksanakan ujian di rumah, mereka tetap mendapat pengawasan langsung dari pihak sekolah.
Pengawasan tersebut dilakukan dengan cara memantau siswa saat mengerjakan soal, melalui aplikasi zoom meeting.
“Jadi waktunya sama, saat di sekolah ujian mulai di rumah juga mulai. Setelah selesai siswa langsung mengirimkan jawabannya ke guru yang ada di sekolah, untuk selanjutnya di periksa,” ungkapnya.
Totok menambahkan, bagi siswa yang tiba-tiba mengalami gangguan kesehatan saat masa US berlangsung, maka pihak sekolah bakal memberikan kebijaksanaan, berupa ujian susulan.
“Kalau nanti dalam perjalanannya ujian ini ada siswa yang tiba-tiba sakit, maka akan diadakan ujian susulan,” jelasnya.
Dalam tinjauannya ke lapangan, Totok menilai penerapan protokol kesehatan jenjang SD lebih ketat dibandingkan dengan US jenjang SMP.
“Saya lihat anak SD ini lebih patuh kepada gurunya, dibanding anak SMP. Ya saya rasa lebih ketat di SD ini,” pungkas Totok. (Zak/K-3)