Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Jangan Tutup Mata dengan Demam Citayam Feshion Week di Banjarmasin

×

Jangan Tutup Mata dengan Demam Citayam Feshion Week di Banjarmasin

Sebarkan artikel ini

Demam fashion week yang belakangan terjadi juga menjangkiti generasi muda di Kota Banjarmasin ini tidak lepas dari akses informasi yang saat ini sudah sangat mudah dan cepat

BANJARMASIN, KP – Demam Citayam Fashion Week di Jakarta sepertinya sudah mulai menjangkit ke Kita Banjarmasin. Pasalnya baru-baru ini laman media sosial tengah diramaikan dengan aktivitas serupa yang digelar di beberapa titik di Kota Baiman ini.

Baca Koran

Seperti di fasilitas penyeberangan atau zevra cross depan Duta Mall Banjarmasin dan Kawasan Kota Lama.

Fenomena tersebut membuat Antropolog di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah angkat bicara.

Ia menilai demam fashion week yang belakangan terjadi juga menjangkiti generasi muda di Kota Banjarmasin ini tidak lepas dari akses informasi yang saat ini sudah sangat mudah dan cepat.

“Apalagi, jika informasi itu berkaitan dengan gaya hidup dan ekspresi anak muda. Karena zaman sekarang apapun yang sudah menjadi tren, maka secara otomatis akan langsung tersebar kemana-mana,” ucapnya pada Kalimantan Post, Rabu (27/07) siang.

Selain itu, Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM itu juga melihat legalitas keberadaan fashion week di Jakarta, yang membuat anak muda di Banjarmasin merasa juga bisa melakukan hal yang sama.

Kemudian, hal yang membuat tren ini muncul di Kota Banjarmasin juga dikarenakan situasi pelonggaran yang diberikan pemerintah ‘pasca’ Covid 19.

“Karena selama pandemi kemarin, segala pembatasan yang dilakukan pemerintah dalam protokol kesehatan membuat berbagai macam ekspresi tidak bisa dilakukan,” ucapnya.

“Dan fenomena ini terjadi karena segala pembatasan yang sebelumnya diterapkan sudah mulai dibolehkan oleh protokol kesehatan,” tambahnya.

Menurutnya, demam fashion week yang sedang jadi perbincangan ini bisa menjadi fenomena yang positif. Karena selain menjadi tempat berkumoulhya kaula muda, kawasan yang jadi tempat unjuk kebolehan itu sedikit banyaknya akan membantu perekonomian warga.

Baca Juga :  Perkuat Kualitas Regulasi Daerah, Kanwil Kemenkum Kalsel Gelar Harmonisasi Ranperbup HST

“Karena dimaana orang berkumpul, pasti banyak yang berjualan. Namun, dirinya menyayangkan aktivitas tersebut dilakukan di tempat umum alias di ruang publik yang besar kemungkinan akan menggangu aktivitas masyarakat. Khususnya di jalan raya.

“Karena ini dilakukannya di jalan raya, pastinya akan menganggu lalulintas dan mungkin akan membuat kemacetan,” ujarnya.

Selain kemacetan, ia juga memastikan aktivitas tersebut akan menjadi sumber tumpukan sampah.

Karena itu, Nasrullah meminta agar pemerintah kota (pemko) segera melihat fenomena ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya mengarahkan gelaran fashion show di area car free day (cfd) setiap hari Minggu.

“Atau bisa juga di Duta Mall itu. Karena yang baru-baru viral ini kan aktivitas fashion show di zebra cross depan Duta Mall,” katanya.

“Jangan sampai ekspresi mereka itu bergerak liar begitu saja, dan tiba-tiba aktivitas mereka ditertibkan oleh petugas Satpol PP atau kepolisian,” tambahnya.

Jika pemerintah menilai hal ini sebagai tren yang positif, maka berbagai pihak harus terlibat dalam mengayomi ekspresi generasi ini. Al hasil, ia menyarankan agar terjadinya simbiosis mutualisme dalam fenomena yang saat ini tetjadi.

“Agar anak muda bisa di beri ruang untuk berekspresi, apalagi kan sekarang sudah ada staf muda wali kota sudah ada,” pungkasnya.

Bukan tanpa alasan, ia menjelaskan, yang namanya tren pasti lama kelamaan bisa hilang dengan sendirinya. Tapi tren ekspresi anak muda ini bisa dimanfaatkan sebagai wadah untuk membuka kesempatan bagi pelaku usaha fashion yang saat ini sedang menjamur di Banjarmasin.

“Jangan dibiarkan fenomena ini memudar, karena tren ini menjadi demam tersendiri bagi generasi muda yang usianya masih belasan tahun,” ungkap Nasrullah.

Baca Juga :  Kemenkum Kalsel Ikuti Desk Evaluasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK

“Tapi kita tekankan sekali lagi, fenomena ini perlu diarahkan ke tempat yang pas dan aman agar tidak menganggu kepentingan publik,” sambungan.

Ia menerangkan, fenomena peniruan aktivitas fashion di tempat publik ini sangat mungkin juga terjadi di Banjarmasin.

“Apalagi di masa, anak-anak kita pasti sedang dalam tahap pencarian jati diri. Dan naluri atau keinginan mereka untuk memperlihatkan dirinya kepada publik,” tuntasnya. (Kin/K-3)

Iklan
Iklan