Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Kemiskinan Kalsel Meningkat, Kemana Kekayaan Bumi Lambung Mangkurat?

×

Kemiskinan Kalsel Meningkat, Kemana Kekayaan Bumi Lambung Mangkurat?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Dhiya
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan

Bumi Lambung Mangkurat harus menerima kenyataan pahit. Betapa tidak, negeri seribu sungai yang kekayaan alamnya masih melimpah ini tidak bisa menafikan bahwa angka kemiskinan di Kalimantan Selatan makin meningkat dibandingkan sebelumnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel penduduk miskin pada September 2022 mencapai 201,95 ribu orang. Jumlah tersebut meningkat 6,25 ribu orang dibandingkan Maret 2022 yang berjumlah 195,70 ribu orang.

Baca Koran

Menurut Nurul Sabah, Statistisi Madya BPS Kalsel, menuturkan bahwa tingkat kemiskinan tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti kenaikkan harga BBM, Inflasi Maret, serta produksi padi september 2022 yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya (Banjarmasin.Pos, 22/02/2022). Bahkan, wilayah yang digadang-gadang menjadi penyangga pangan IKN ini terus mengalami penurunan produksi padi secara signifikan dari tahun ke tahun sebesar 1,1 juta ton yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti Banjir dan penurunan luas lahan (MediaIndonesia, 14/11/2022).

Sungguh tidak disangka, Kalimantan Selatan yang dengan lahan basah dan kering nya harusya mampu menopang pangan penduduk setempat, memiliki tambang intan, logam, ditambah keberadaanya sebagai salah satu pemasok dan pengekspor batu bara terbesar di Indonesia nyatanya tidak mampu meredam kemiskinan.

Penyebab Kemiskinan?

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan bukanlah tanpa alasan. Bisa jadi terbesit di benak kita kemana hasil tambang batu baranya, intan, dan logamnya? Karena jika kita mau hitung-hitungan, setidaknya pada 2020 produksi batu bara Kalsel menurut data.kalsel.prov.go.id sebesar 147,9 miliar ton. Dan dilansir dari katadata.co.id cadangan batu bara Kalsel pada 2021 sebesar 3,67 miliar ton. Sungguh angka yang menggiurkan, data tersebut belum termasuk logam, intan dan lainnya. Sayangnya potensi kekayaan alam sebesar itu justru harus masuk ke kontong para korporat raksasa, bukan untuk menghidupi rakyat.

Baca Juga :  HARTA

Dalam sistem kapitalisme, yang kini menjadi sistem andalan Indonesia, sudah sewajarnya kekayaan alam diserahkan kepada swasta, sebab fungsi negara bukanlah sebagai operator atau tokoh utama yang berperan penuh dalam pengelolaan sumber daya alam. Fungsi negara hanyalah sebagai regulator bagi para swasta atau pemilik modal, siapapun yang memiiki modal berhak mengambil alih dan mengeruk SDA-nya, tidak terkecuali asing dan aseng. Menjadi keniscayaan dalam sistem kapitalisme rakyat tidak akan menkmati kakayaan tanah mereka sendiri.

Solusi Mengatasi Kemiskinan

Hal tersebut jauh berbeda dengan Islam. Salah satu hal yang menjadi asas dalam pemerintahannya ialah mengurusi seluruh urusan rakyat (Ri’ayah syuunil ummah), dengan makna negara harus memenuhi kebutuhan rakyat, terutama dalam tiga hal, yakni kesehatan, keamanan dan pendidikan. Rasululullah SAW bersabda, “Barangsiapa pada pagi dalam kondisi aman jiwanya, sehat badannya, dan punya bahan makanan cukup pada hari itu, seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya”. (HR Tirmizi dan Ibnu Majah).

Peri’ayahan rakyat tersebut juga di dukung dengan kekuatan ekonomi negara yang tidak dikontaminasi dengan tansasksi ribawi atau regulasi yang dzolim. Seperti pengololaan SDA. Baginda Rasulullah juga pernah bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air dan api”. (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Minerba termasuk dalam katengori api atau enengi d alam hadits tersebut. Maka Minerba yang sumbernya terus mengalir tidak boleh dimiliki oleh individu atau swasta, karena sumber energi tersebut adalah milik umat. Pengelolaannya harus dari negara yang kemudian hasilnya diperuntukkan kepada rakyat, baik untuk kesehatan, pendidikan atau bantuan lain hingga rakyat hidup dalam keadaan tercukupi. Selain itu, ada sumber pendapatan lain yang jumlahnya jauh lebih besar seperti ghanimah, fa’i, kharaj sebagai pengisi kas negara (Baitu Mal). Sehingga negara tidak akan kekurangan sumber dana.

Baca Juga :  Akar Masalah Dunia Pendidikan

Demikianlah pengaturan Islam. Sistem adil yang bersumber dari Allah Azza Wa Jalla tersebut tidak akan pernah mendapat ruang dalam negara yang masih menerapkan Kapitalisme seperti saat ini. Sistem Islam hanya akan mampu terwujud dalam sebuah institusi yang mau menerapkan Islam secera total, yaitu Khilafah. Allahu a’lam bisshawab

Iklan
Iklan