Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Menyambut Kedatangan Bulan Suci, Marhaban Ya Ramadhan

×

Menyambut Kedatangan Bulan Suci, Marhaban Ya Ramadhan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Amal Fathullah

Pendahuluan

Android

Umat Islam di seluruh belahan dunia, kembali melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan 1444 Hijiriyah, termasuk di wilayah Kalimantan Selatan, tak terkecuali Kota Banjarmasin dengan semboyan, Kayuh baimbai, dengan raja pertamanya Sultan Suriansyah (1526-1550).

Berbagai kegiatan masyarakat, untuk menyemarakkan datangnya bulan suci Ramadan, sudah terlihat dimana mana, baik spanduk, maupun media sosial, dan dunia maya di banua ini, karena untuk kesemarakkan tersebut mempunyai nilai tersendiri. Sehingga Ramadan bisa dikatakan bulan mulia, penuh semarak, berkah dan magfirah bagi umat manusia. Maka ucapan, “Marhaban ya Ramadhan”, yang artinya, “Selamat Datang, Ramadhan”. Sudah viral melalui berbagai saluran media informasi.

Salah satu hadis, untuk menyemarakan, datangnya Ramadhan, dari Abu Hurairah, berkata, “Dulu Rasulullah SAW menyampaikan berita gembira itu kepada para sahabatnya. Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allah telah mewajibkan kepada kalian melakukan puasa, di dalam bulan Ramadhan itu ada satu malam yang mempunyai nilai lebih dari pada 1.000 bulan”.

Kalimantan Selatan terdapat fenomena untuk kesemarakan menyambut bulan suci ini, sudah berlangsung sejak lama, karena tradisi menyemarakkan ini, selain dinilai ibadah, juga sudah berlangsung sejak beberapa generasi, turun temurun, khususnya kalangan pengurus maupun takmir masjid. Misalnya, menjadwalkan dan melaksanakan agenda pengajian atau tadarus Quran, kuliah tujuh menit (kultum) selesai shalat subuh, pesantren ramadhan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, persiapan membukakan puasa masjid dan langgar. Misalnya Masjid Al Ikhwan Jalan Veteran, Masjid Jami di Sungai Jingah, Masjid Agung di komplek Perbelanjaan Pangeran Antasari maupun masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Sudirman, begitu juga Masjid Noor di Jalan Pangeran Samudera Banjarmasin juga beberapa tempat ibadah lainnya.

“Berbagai agenda kegiatan ramadhan terus dimantapkan, untuk menyambut datang bulan suci ramadhan tahun 1444 H, termasuk acara buka puasa bersama,” ujar Guru Rosyad, S.Sos, salah seorang takmir ramadhan Masjid Al-Ikhwan, yang juga alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin ini.

Pasar Wadai Ramadhan

Sementara di kalangan pemerintahan, diantaranya Pemerintah Kota Banjarmasin, tiap tahun memiliki agenda rutin, bahkan masuk kalender obyek wisata, yakni Pasar Wadai Ramadhan (PWD) 2023, atau “Ramadhan Cake Fair” yang diperkenalkan sejak pertengahan tahun 80-an. Kegiatan rutin ini sebagai lokasi yang menarik, baik sebagai sentra penjualan berbagai macam wadai, masakan khas banjar untuk berbuka puasa, juga sebagai atraksi budaya dan wisata.

Pasar Wadai Ramadhan di Banjarmasin pada 2023 dibuka di Siring Menara Pandang, Jalan Pierre Tendean, Kelurahan Gadang, Banjarmasin, dengan sekitar 160 stand dari Paguyuban dilibatkan, termasuk yang kaki lima akan disiapkan. Wakil Wali Kota Banjarmasin, H Arifin Noor telah memimpin rapat kesiapan dan melakukan kunjungan singkat ke area Siring Menara Pandang, beberapa waktu lalu.

Selain itu, juga Pasar Murah Ramadhan oleh Pemerintah Provinsi Kalsel, sebagai persiapan kesetabilan harga pasar, juga kesiapan bahan pokok bagi masyarakatnya. Seperti dijelaskan, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemprov Kalsel, Nurul Fajar Desira, kegiatan Pasar Murah Ramadhan untuk mengendalikan inflasi, karena biasanya harga-harga akan naik, karena itu inflasi di Banua diharapkan dapat dikendalikan, katanya, ketika Rapat Persiapan pelaksanaan Pasar Ramadan, Banjarbaru, Senin (wartabanjar. com).

Pendidikan Disiplin

Bulan Ramadan, selain bernilai ibadah kepada sang pencipta, tetapi juga mempunyai nilai pembentukan karakter pendidikan disiplin bagi umat manusia, karena puasa sangat komitmen dengan ketepatan waktu, baik waktu penentuan awal Ramadhan dan sahur maupun berbuka puasa. Dari Abu Hurairah ra Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Syaban menjadi tiga puluh hari”. (HR. Bukhari)

Jika seseorang tidak disiplin dengan waktu, seperti makan dan minum sebelum waktu yang ditetapkan, yaitu waktu terbitnya matahari di ufuk barat, maka batal puasanya, sehingga harus menggantikan di hari hari lain. Selain itu, niat berpuasa, sahur harus sebelum waktu terbit fajar mengandung kedisiplinan yang tinggi.

Disiplin melaksanakan shalat tarawih dan tadarus Al Quran, di lama hari bulan Ramadan ini sejatinya dapat mendisiplinkan ibadah, sehingga pasca Ramadhan selesai, diharapkan melahirkan pribadi umat disiplin tinggi dan pribadi mulia, serta menuju karakter muslim sejati.

Selain itu, melalui ibadah Ramadan lainnya dapat meningkatkan nilai takwa kepada sang pencipta, karena ibadah puasa adalah ibadah hamba kepada Allah SWT. Balasan ibadah puasa spesial dari Allah berlipat-ganda lebih dari sepuluh kali lipat dan di dalam bulan Ramadan ini terdapat “Laitul Qadar”, yang pahalanya melebihi amalan seribu bulan. Bagi orang yang bertakwa, besar nilainya, karena “Jika suatu penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti akan dilimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (QS. Al Araf : 98).

Pengertian dan sejarah puasa

Pengertian Puasa dalam bahasa Arab disebut ‘as-saum atau as-siyam’. Sedangkan menurut syara’, adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu, seperti dijelaskan M Rifa’i, dalam bukunya, ‘Fikih Islam’. Sedangkan sejarah puasa, puasa Ramadan diperintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah, atau sekitar 624 Masehi atau 14 abad yang lalu, yaitu sebelum terjadinya perang Badar. Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah puasa Ramadan sebanyak sembilan kali selama hidupnya.

Puasa Ramadhan dalam sejarahnya, dilakukan oleh umat sebelumnya, sejak Nabi Adam AS hingga umat para nabi berikutnya. “Namun saja tata caranya yang berbeda beda, jumlah hari, dan motivasinya,” demikian ditulis Muhammad Abduh, dalam jurnal “al’ADL, Hukum Islam dan pranata sosial.”

Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, menyempurnakan tata caranya, dengan melalui tahapan tahapan sosialisasi kepada umatnya. Diriwayatkan Muaz bin Jabal, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, melaksanakan puasa Asyura dan tiga hari setiap bulan. Kemudian Allah mewajibkan puasa Ramadhan, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah : 183).

Sidang Isbat

Mengenai kapan awal Ramadan, biasanya menunggu hasil sidang isbat oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama RI, melalui siaran langsung saluran TV, dengan menerima masukan dari lembaga atau ormas keagamaan secara nasional yang melakukan pemautauan pada sore hari menunggu terbitnya hilal di ufuk barat, menjelang satu Ramadhan. (Marhaban ya ramadhan)

Iklan
Iklan