PALANGKA RAYA, kalimantanpost.com – Tim putra dari kabupaten Seruyan tampil sebagai juara pertama permainan gasing di Lomba Habayang dalam rangkaian kegiatan FBIM 2023 di halaman GOR Sebaguna Jalan Tjilik Riwut pada Kamis (25/5/2023). Juara kedua disabet Barito Selatan dan peringkat ketiga dirai Barito.
Di kelompok putri, juara pertama di raih Kota Palangka Raya, posisi kedua oleh Gunung Mas dan juara ketiga diraih Barito Utara.
Salah satu pemain putra Gasing dari Kabupaten Seruyan mengatakan sangat senang berhasil meraih juara pertama.
Lomba Habayang kategori putra diikuti kontingen 12 kabupaten/kota yaitu Sukamara, Lamandau, Gunung Mas, Barito Selatan, Murung Raya, Barito Timur, Kotawaringin Timur, Seruyan, Palangka Raya, Pulang Pisau, Barito utara dan Kapuas.
Di kategori putri ada 10 peserta yakni kabupaten/kota yakni Gunung Mas, Kotawaringin Timur, Lamandau, Sukamara, Murung Raya, Barito Selatan, Barito utara, Barito Timur, Kapuas dan Palangka Raya.
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat mengirimkan dua regu yaitu satu regu putra terdiri tiga orang peserta dan satu regu putri terdiri dari tiga orang peserta.
Hadir dalam Lomba Habayang, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng, Adiah Chandra Sari. Tim juri Lomba Habayang terdiri Lagun, Edison, dan Grironi.
Koordinator Lomba Habayang, Maria Doya Aden, menjelaskan kriteria penilaian meliputi bacurai dan bepukul atau betembak.
“Dalam kategori bacurai, peserta yang mampu mempertahankan habayangnya untuk waktu yang lama akan menjadi pemenang. Sedangkan dalam kategori bepukul/betembak, peserta yang berhasil memukul habayang sebanyak lima kali secara berturut-turut akan mendapatkan nilai terbaik,” jelasnya.
Perlu diketahui, Bagasing atau yang dikenal sebagai Habayang dalam bahasa Dayak Ngaju, merupakan permainan tradisional yang merupakan bagian dari kearifan lokal di Provinsi Kalteng.
Meskipun jenis permainan tradisional serupa juga ada di daerah lain di Indonesia, namun setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda.
Bagi masyarakat Dayak di Kalteng, Bagasing dikenal dalam dua bentuk permainan. Salah satunya adalah “Batikam”, di mana para pemain saling adu kekuatan dari habayang yang mereka miliki.
Pada jenis permainan gasing seperti ini, tidak jarang, ada gasing yang terpecah atau terbelah akibat benturan yang sangat keras, Kalaupun tidak pecah, setidaknya ada gasing yang harus keluar dari arena permainan. Jika salah satu gasing mengalami hal tersebut, maka pemiliknya atau pemainnya dianggap kalah.
Selain adu kekuatan gasing, permainan jenis satunya adalah bersifat ketahanan gasing. Jika gasing yang paling lama berputar, itulah pemenangnya.
Grasing itu sendiri merupakan media dari permainan tradisional Bagasing, yang bagi warga Dayak, gasing biasa dibuat dengan menggunakan bahan dari batang pohon, diolah berbentuk kerucut sebagai tumpuan untuk berputar.
Biasanya gasing yang digunakan untuk ber-adu atau batikam biasanya disebut Erasing Balanga (bentuknya seperti Balanga/guci), sedangkan untuk ketahanan berputar, biasa disebut Gasing Pantau, gasing ini ketika permainan kerap mengeluarkan bunyi berdesing, karena daya putarnya yang kuat.
Untuk ukuran gasing, baik Gasing Balanga maupun Grasing Pantau biasanya dibuat dengan lingkaran berdiameter 8-9 cm dan tinggi sekitar 7-8 cm.
Secara umum permainan tradisional Bagasing itu sendiri bisa dilakukan oleh anak-anak hingga orangtua, baik perempuan maupun laki-laki. Dengan cara satu lawan satu, berpasangan atau berkelompok, tergantung kesepakatan permainan.
Disebutkan ketika berjalannya permainan itu sendiri, dimana ketika gasing yang perputaran lama, atau bagi gasing yang saat ber-adu lebih kuat saat permainan, maka biasa disebut raja. Sedangkan bagi gasing yang kalah disebut pembantu. (Drt/KPO-3)