
Poktan Hidayah Malintang Panen Padi Lokal MTOT
Martapura, KP – Petani di Kecamatan Gambut, mulai berhasil menanam padi lokal dengan Metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) dan menggunakan pupuk daun dari cangkang telur. Pola pertanian organik dan tanpa membakar lahan tersebut siap diterapkan secara luas untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Pemkab Banjar melalui Dinas Pertanian menghadiri syukuran panen padi lokal tersebut, di Desa Malintang. Panen padi jenis siam unus mutiara ini berlangsung di sawah seluas 0,5 hektar yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Hidayah Desa Malintang, Senin (4/9/2023).
Ketua Poktan Hidayah Asrani menuturkan, penggunaan metode MTOT dan pupuk dari cangkang telur sudah dilakukan sejak tahun lalu. Dalam pelaksanaannya, metode ini meminimalisasi, bahkan menghilangkan penggunaan alat mesin pertanian untuk mengolah tanah.
“Metode MTOT ini mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik pada tanah, seperti jerami, daun atau rumput kering. Jadi, lahan pertanian dibuka tanpa dibakar,” katanya.
Pada 2022, Asrani melakukan uji coba metode ini di lahan berukuran satu borong atau sekitar 17 meter x 17 meter. Dari lahan tersebut, dia mendapatkan padi sembilan blek atau kaleng. Hasilnya lebih banyak dari pertanian metode konvensional, yang biasanya menghasilkan rata-rata enam belek per borong.
“Dengan menggunakan metode ini, biaya produksi, mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, pemberantasan hama, hingga panen, juga bisa ditekan. Dibanding metode konvensional, kami bisa menekan biaya produksi sekitar 40 persen,” ungkapnya.
Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Gambut, Wahidah menambahkan, pertanian dengan metode ini bagian dari program Udara Bersih Indonesia yang diinisiasi Yayasan FIELD Indonesia (Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy-Indonesia).
“Program ini sangat bermanfaat bagi petani di Gambut. Untuk itu, akan diterapkan secara luas di sepuluh desa setempat,” ujarnya.
Menurutnya, sudah saatnya pertanian di Kalsel kembali ke pertanian lebih sehat atau organik. Karena itu, metode tanpa bakar dan bahan-bahan kimia, harus diterapkan perlahan-lahan.
“Respons petani sejauh ini sangat bagus. Apalagi, metode tersebut juga tepat untuk menyikapi pupuk yang semakin mahal dan tidak mencukupi kebutuhan atau langka. Ini alternatif petani,” katanya.
Kegiatan dihadiri Kasi Sumber Daya Gentik (SDG) Abdul Basyid, KTNA, KJF, Babinsa, aparat Desa Malintang. (wan/K-7)
