Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Mengayomi Lansia

×

Mengayomi Lansia

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ahmad Barjie B
Pengurus Yayasan & Badan Pengelola Masjid Besar At-Taqwa Banjarmasin

Setiap bulan Ramadhan pemerintah seolah-olah memberi kebebasan kepada para pengemis untuk meminta-minta. Hal ini mungkin dimaksudkan agar para pengemis dapat meningkatkan penghasilannya dan masyarakat yang ingin berinfaq memiliki kesempatan luas untuk menyumbangkan hartanya. Larangan pengemis, meskipun sudah ada aturannya, kelihatannya tidak diterapkan secara ketat. Mereka ada yang menadahkan tangannya di pasar, masjid, jalanan, persimpangan dan sebagainya.

Baca Koran

Sebenarnya, dilarang atau dibebaskan, para pengemis tetap saja melakukan aktivitasnya. Hal ini karena mengemis bagi sebagian orang, tidak lagi sebagai jalan keluar karena terpaksa dan himpitan hidup, tetapi sudah menjadi pekerjaan rutin. Apalagi di tengah situasi ekonomi yang sulit dan susahnya mencari pekerjaan yang ringan dengan penghasilan yang memadai, maka mengemis seperti menjadi solusi. Tidak heran kadang diberitakan ada pengemis yang berpenghasilan besar per harinya dan memiliki simpanan uang jutaan rupiah, punya rumah dan mobil, melebihi orang-orang yang tidak mengemis.

Sebenarnya memberi orang, termasuk pengemis, merupakan perbuatan terpuji. Karena agama kita menekankan bahwa tangan di atas (memberi) lebih mulia daripada tangan di bawah (meminta). Bahkan orang yang mengemis tanpa alasan yang dibenarkan agama, nanti di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan muka yang tanpa daging (seperti tengkorak).

Kalau pelit memberi dengan alasan tak punya harta, tak bedanya dengan pengemis itu sendiri. Ustadz Anbiya Rahman dalam satu acara stand up comedy, bercerita, ada pengemis meminta-minta pada orang kaya. Saat dimintai uang orang kaya itu bilang tak punya uang. Saat dimintai makanan orang kaya itu menjawab tak ada makanan. Dan saat dimintai harta, baju atau apa, orang kaya itu bilang tak punya juga. Akhirnya orang kaya itu diajak oleh pengemis yang usil tersebut untuk jalan-jalan. Untuk apa?. Ya meminta-minta juga, sebab kalau sudah tak punya apa-apa, apa bedanya dengan si pengemis.

Tetap Selektif

Orang yang suka memberikan uang dan harta beroleh pahala yang besar, terlebih di bulan Ramadhan semua ibadah dan amal saleh dilibatgandakan pahalanya puluhan bahkan ratusan kali lipat. Ulama juga menyebut Ramadhan sebagai syahrul infaq, yaitu bulan untuk banyak berinfak, mulai dari zakat, infaq, sedekah dan berbagai bentuk sumbangan dan pemberian lainnya.

Baca Juga :  Kepemimpinan yang Memiliki Wibawa dan Independensi Mengatur Kedaulatan Negara

Meskipun berinfaq merupakan perbuatan mulia, dalam melakukannya hendaknya tetap selektif dan melihat kepada skala prioritas, terutama jika infak tersebat diberikan dalam nominal yang memadai. Pertama, yang harus diprioritaskan untuk diberi adalah keluarga dekat dan jauh (di luar tanggungan, karena nafkah untuk tanggungan seperti istri, anak, orang tua yang tidak bekerja lagi dan butuh bantuan) sifatnya wajib. Keluarga dimaksud ada yang rumahnya berdekatan dengan kita maupun jauh. Mereka ini hendaknya didahulukan untuk diberi, secara langsung maupun tak langsung. Pemberian bisa sesuai kebutuhan, dalam bentuk “ikan” maupun “kail”.

Kelemahan sebagian orang selama ini ada yang lebih memprioritaskan membantu orang lain daripada keluarga sendiri. Bahkan ada yang suka berbaik-baik pada orang lain, sementara dengan keluarga sendiri hubungannya buruk dan seolah putus silaturahim. Sikap begini keliru bahkan berdosa. Rasulullah memperingatkan, la yadkhulul jannata khati’urrahim, tidak masuk surga orang yang memutus silaturahim. Sikap yang benar adalah berbuat baik kepada semua orang, lebih-lebih kepada keluarga atau orang-orang yang masih ada hubungan darah, karena keturunan, perkawinan dan kedekatan lainnya.

Kedua, infaq diberikan kepada anak-anak yatim/piatu yang orangtuanya tidak mewariskan harta, sehingga hidupnya tergantung pada pemberian orang, baik yang tinggal bersama keluarga, tinggal di panti asuhan atau terkatung-katung. Mereka perlu sekali dibantu agar bisa hidup, sekolah dan memiliki masa depan.

Ketiga, infaq hendaknya diprioritaskan kepada orang-orang yang tidak mampu bekerja, atau tidak sanggup bekerja lagi. Orang-orang yang tidak mampu bekerja misalnya karena sakit parah dan cacat fisik yang mendasar. Mereka ini penting sekali dibantu, supaya dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama pangan dan pakaian.

Orang-orang yang tidak sanggup bekerja lagi adalah orang-orang yang lanjut usia (lansia), baik yang masih tinggal dalam satu keluarga, yang terlunta-lunta di jalan maupun yang tinggal di panti-panti. Karena keterbatasan kemampuan keluarga, atau kurangnya tanggung jawab keluarganya, mereka ini seringkali terabaikan kebutuhan fisik dan psikisnya. Mereka tak mau atau tak mungkin mengemis, karena jangankan mengemis ke sana ke mari, berjalan saja susah dan pancaindra mereka pun sudah sangat terbatas. Mereka ini sangat penting dibantu, sebab bantuan bagi mereka sangat bernilai untuk menyambung sisa umurnya.

Baca Juga :  NOBEL

Keutamaan Lansia

Selama ini ada beberapa panti dan lembaga yang mengurus para lansia, baik milik pemerintah maupun organisasi sosial keagamaan masyarakat. Organisasi yang disebut terakhir seperti Yayasan Uma Kandung Banjarmasin yang diketuai Dra Hj Marwiyah Zumry, pimpinan PT Kaltrabu Indah Banjarmasin. Yayasan Uma Kandung yang sudah berusia lebih setengah abad ini, sejak lama memiliki kepedulian tinggi terhadap pengayoman para lansia. Di antara mereka ada yang diayomi di panti yayasan, ada pula yang diberikan santunan ke rumah-rumah keluarganya.

Menurut Marwiyah, pengayoman dan bantuan diberikan ada dalam bentuk pemberian makanan ransum, paket sembako, uang, pakaian dan lain sebagainya, disertai perhatian dan uluran kasih sayang, serta bimbingan agama, agar para lansia dapat dengan tenang dan nyaman menjalani sisa-sisa hidupnya dan ketika mereka nanti meninggal dunia diharapkan dalam keadaan husnul khatimah.

Para lansia sangat mendesak untuk dibantu oleh para pejabat pemerintah, pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Sebab mereka sudah berada di ujung usia dan tidak mungkin lagi diharapkan bekerja keras sebagaimana orang-orang muda. Memberi lansia akan beroleh pahala dan berkah yang berlipat ganda. Ketika memberi, mereka pun dengan mata berkaca-maca bahkan dengan kata-kata yang tidak terucap selalu bersyukur dan balik mendoakan untuk kebaikan. Doanya orang-orang lansia, insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT, sebab Allah juga menyayangi mereka.

Menurut Ustadz Ilham Masykurie Hamdie dalam satu ceramahnya, Allah SWT suka bersama orang-orang dhu’afa; yang miskin, lapar dan lemah. Allah selalu mengawasi sikap orang-orang kaya dan mampu terhadap kalangan dhu’afa. Apabila orang kaya/mampu memberi makan dan membantu mereka, maka Allah pun senang, dan sebaliknya kalau tak ada perhatian maka Allah pun murka. Jadi kalau ingin menyenangkan Allah SWT, ingin mendapatkan kedekatan dan kasih sayang dari Allah, maka kita harus menyayangi orang-orang lemah, di antaranya para lansia.

Dunia ini senantiasa ditandai siklus hidup. Kita pun kalau umur panjang ada saatnya akan menjadi lansia. Agar kita diperhatikan dan disayangi oleh orang-orang muda, maka selagi muda juga kita harus menyayangi orang-orang tua dan para lansia. Wallahu A’lam.

Iklan
Iklan