Oleh : ANDI NURDIN LAMUDIN
Jika melihat kepada anjuran agama Islam, jelas disebutkan dalam Al Quran, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al-Mujadilah : 11). Bahkan ulama diantaranya, bahwa mempunyai derajat-derajat di atas orang-orang mukmin sebanyak 700 derajat, yang jarak antara keduanya adalah perjalanan 500 tahun, sebagaimana disebutkan Al Qur’an, “Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. (QS. Az-Zumar : 9).
Sebagaimana jalan takwa merupakan jalan tertinggi pada setiap muslim, karena itulah Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama”. (QS. Fathir : 28). Semua itu karena semakin banyak pengetahuan tauhid, maka seseorang semakin mengerti, sehingga perasaan takut dan harap itu muncul. Tentu akan berbeda bagi mereka yang tidak mengerti, sehingga mendambakan pengetahuan yang hanya mengandalkan musyawarah manusia semata, dengan mengabaikan wahyu yang diturunkan pada para nabi.
Untuk itu, mereka yang mengambil pelajaran pada setiap penuntut ilmu pengetahuan dan wahyu, seperti diceritakan dalam Al Qur’an, “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiadayang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (QS. Al-Ankabut : 43). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, jika para ulama adalah pewaris para Nabi,jika manusia yang paling utama adalah orang mukmin yang alim serta bermanfaat jika dibutuhkan. Jika Ia tidak dibutuhkan, maka itu mencukupi dirinya. Bagi Rasulullah, Iman itu telanjang, serta pakaiannya adalah takwa, perhiasannya ialah rasa malu, serta buahnya adalah ilmu. Bahwa sabda Rasulullah, manusia yang terdekat dari derajat kenabian adalah ilmu seta ahli jihad. Adapun ahli ilmu disebabkan ia telah menunjukkan kepada orang-orang tentang agama Islam yang dibawa para Rasul. Ahli jihad, maka mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka untuk membela agama Islam yang dibawa para Rasul. Dimana sabda Rasulullah, jika orang alim itu adalah orang kepercayaan Allah di muka bumi. Begitu juga dengan derajat kemuliaan pada hari kiamat, pada hari kiamat nanti yang akan memberi syafa’at adalah nabi-nabi, kemudian para ulama, lalu para syuhada.
Karena itu, di zaman globalisasi sekarang ini, perkembangan agama Islam juga terus berpadu dengan ilmu pengetahuan. Tentu saja Al-Qur’an juga sebagai sumber ilmu pengetahuan yang sampai saat ini tidak bisa dicampuri oleh pendapat-pendapat manusia. Seperti pada kitab-kitab sebelumnya, jika kitab suci sudah bercampur dengan pendapat musyawarah manusia yang kemudian dijadikan sebuah undang-undang kehidupan manusia. Karena itu mereka yang tidak meyakininya atau melawannya, dianggap melawan negara.
Ilmu yang telah diajarkan Al-Qur’an berhubungan dengan masalah Tauhid. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengalaman manusia di dalam kehidupan, berdasarkan pengalaman manusia yang telah menemukan ilmu Al-Jabbar, ilmu ukur, ilmu hayat, serta ilmu falak. Dapat dikatakan jika ilmu pengetahuan manusia itu adalah budaya. Budaya adalah juga kebaikan yang mendukung agama Islam, jika diterapkan dengan benar. Budaya juga bisa berubah tergantung kebutuhannya.