Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

TIDAK TAKUT DAN SEDIH HATI

×

TIDAK TAKUT DAN SEDIH HATI

Sebarkan artikel ini

Oleh : NURMADINA MILLENIA

Apa yang menjadi dasar sifat manusia sebenarnya sama saja, dimana-mana di muka bumi ini. Manusia mempunyai rasa takut bahkan sedih,yang bisa terus mengendap dan menghancurkan mental seseorang. Namun kelemahan manusia itu jika ditempatkan pada tempat yang benar, maka sesuatunya menjadi baik dan benar. Misalnya rasa takut yang sesungguhnya hanyalah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan Yang Maha Esa, telah menciptakan manusia dan memberi rezeki pada manusia, manusia diberi hak pilih untuk menentukan hidupnya.Memang pada Al-Qur’an sering diarahkan jika takut hanya kepada Allah SWT saja. Karena boleh jadi manusia yang sombong dan zalim, bisa memaksa orang lain atau rakyatnya untuk takut dan tunduk pada perintahnya. Padahal manusia hanyalah memiliki kekuasaan itu hanya sementara saja, mungkin karena dipilih, namun pemilihnya serta pendukungnya zalim sehingga bisa memang di dalam pemilihan itu. Maka perintahnya yang tidak benar, bahkan bertentangan dengan agama Islam patut untuk dihindari.

Baca Koran

Di dalam Al-Qur’an seringkali Tuhan menceritakan jika para aulia Allah SWT tidak takut dan sedih hati! Karena dekatnya kepada Allah SWT, sudah sewajarnya hanya Allah SWT yang disembah dan dipatuhi perintah dan menjauhi larangannya. Oleh karena itu bagi para wali Allah itu jika diasingkan oleh para penguasa, karena tidak diberi jabatan strategis. Atau tidak diberi pesangon atau rezeki atau hal-hal yang bisa membuat orang kaya atau makmur, bagi para Wali itu tidak ada takut dan sedih hati. Karena Iman itu di dalam, maka tidak takut dan sedih hati itu ada di dalam dada. Mereka tidak bisa menilainya, mereka mengira para mereka yang tidak diperhatikan raja zalim akan menderita dan hidupnya akan merana.Semua itu ternyata salah besar. Mereka yang tidak beriman tidak berpikir karena kemenangan itu pada akhirnya bukan pada awalnya. Pasti yang berkuasa pada akhirnya adalah Allah SWT, pemilik alam semesta,kembali segala makhluk, yang menentukan halal dan haram. Maka ketika itu adakah mereka yang lupa, menjadi terkejut akan semua itu.

Baca Juga :  Kontroversi Kaum Intelektual

Jika pada dasarnya adalah apa yang disebut jodoh, umur dan rezeki adalah hal yang utama hak Allah SWT. Karena itu jika manusia mencoba untuk bermain main di dalam hal itu, maka akan kecewa. Mereka mengira kekalahan Muhammad SAW yang berhijrah akan kalah dan telantar. Ternyata sejarah telah mencatat, jika Muhammad SAW yang dikira lemah dan tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan itu akan menang. Padahal hal seperti itu juga berlaku bagi generasi selanjutnya. Mereka para penguasa zalim mengira, orang muslim itu lemah dan tidak punya kemampuan dalam hal teman dan materi. Mereka memang tidak pernah mempelajari akan iman dan Islam, sehingga mereka mengira kekuasaan mereka yang tergabung dalam kelompok yang besar akan menang dan menguasa dunia.

Sesuatu bisa terjadi dan berubah kapan saja, dimana saja. Begitu juga mengenai siapa yang berkuasa dan siapa yang menentukan kebijakan,yang jelas Islam itu tidak akan hancur. Apalagi jika Imam Mahdi belum turun ke muka bumi ini. Apalagi dalam hal Pilkada, jelas sekali jika sebenarnya hak dan kewajiban sudah mempunyai Undang-Undang tersendiri. Maka oleh karena itu demokrasi telah menjamin adanya perbedaan pendapat, yang mana jika dihubungkan dengan agama Islam, artinya Islam sudah mempunyai aturan tersendiri akan makna hak dan kewajiban. Oleh karena itu intimidasi dan tekanan pilihan atau intruksi tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau tipuan.

Tidak takut dan sedih hati, memang karakter para wali. Orang Muslim juga menirunya.

Iklan
Iklan