BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Nama ratu bola voli Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi sempat begitu harum saat membela klub Daejeon JungKwanJang Red Sparks yang berlaga di Liga Voli Korea Selatan atau V-League 2023/2024 dan 2024/2025.
Beberapa prestasi ditoreh pemain kelahiran Jember, Jawa Timur, 24 tahun lalu ini.
Megawati mampu membawa Red Sparks menempati peringkat ketiga 2023/2024 dan tahun berikutnya menjadi runner up Liga Voli Korea 2024/2025 setelah di final kalah 2-3 (24-26, 24-26, 26-24, 25-23 dan 13-15) dengan Pink Spiders pada 8 April 2025.
Lalu, Megawati meraih gelar
Pemain Terbaik atau Most Valuable Player (MPV) sebanyak tiga kali di Liga Voli Korea (V-League). Penghargaan ini diraihnya di putaran pertama musim lalu (2023/2024) dan dua kali di musim ini (2024/2025), yaitu di putaran ketiga dan keempat.
Rinciannya MVP Putaran Pertama Liga Voli Korea 2023/2024 dan ini Megawati pun berhasil mencetak rekor sebagai pemain asing Asia pertama yang meraih penghargaan Pemain Terbaik atau Most Valuable Player (MPV) pada putaran pertama Liga Voli Korea atau V-League 2023/2024.
Pemain dengan tinggi badan 185 senti meter ini pun menyabet MVP putaran ketiga Liga Voli Korea 2024/2025 dan MVP Putaran Keempat Liga Voli Korea 2024/2025.
Dua MVP Liga Voli Korea 2024/2025 lainnya diraih ratu voli Korea Selatan, Kim Yeon Kyung dari Pink Spiders yakni diputaran pertama dan kedua.
Selain itu Megawati yang menempati posisi opposite meraih poin terbanyak dengan total 1.020 poin atau tertinggi di Liga Voli Korea 2024/2025. Di babak reguler, raihan poin Megawati jumlahnya 802 dan kalah dari Gyselle Silva (GS Caltex) yang meraih 1.008 poin. Megatron kemudian menambah 218 poin di fase championship. Rinciannya adalah 65 poin di semifinal dan 153 poin saat final 9 April 2025.
Beberapa prestasi yang ditoreh Megawati di Liga Voli Korea Selatan menjadi buah bibir tak hanya di Indonesia, juga di Korea Selatan. Baliho fotonya bertebaran di depan di Korea Selatan dan namanya selalu bergema setiap bermain di kandang Red Sparks.
Megatron yang begitu ramah, santun dan berbeda dengan pemain lainnya mengenakan jilbab saat bertanding maupun di luar lapangan menjadi idola tua muda fans Red Sparks di negeri gingseng.
Seluruh tenaga dan pikiran Megawati yang tercurah buat mengangkat nama Red Sparks membuat dirinya mengalami cedera lutut. Saat pertandingan final, Megawati yang cedera tetap bermain hingga di set kelima ditarik keluar karena cederanya semakin parah. Akibatnya Red Sparks kalah.
Sewaktu pulang ke Indonesia, Megawati menggunakan kursi roda dan didorong sang pacar, Dio Novandra.
Keberhasilan Megawati di Korsel langsung mendapat penghargaan Most Favorite Athlete dalam Women Inspiration Award 2025.
Selain itu, sepulangnya dari Liga Voli Korea Selatan membuat beberapa klub di Indonesia tertarik memboyong Megawati berlaga di final four Proliga 2025 walaupun masih cedera.
Kehadiran Megawati diharapkan bisa menaikkan pamor dan animo penonton Proliga 2025 yang agak menurun dengan minimnya jumlah peserta khususnya di sektor putra. Persaingan kompetisi di Proliga pun tak seketat musim lalu.
Bagi Megawati tawaran main itu ibarat buah simalakama. Mau menolak dikatakan sombong, menerima tawaran cideranya masih belum sembuh betul.
‘Kebaikan’ Megawati akhirnya memilih bergabung dengan Gresik Petrokimia yang sejak awal mengincarnya.
Sesuai perkiraan, pecinta bola voli di Indonesia dan fans Megawati begitu antusias ingin melihat langsung penampilan idolanya yang begitu ‘garang’ dengan spike keras baik melalui smes maupun back attack, banyak meminta korban pemain lawan di Liga Voli Korea. Belum lagi pukulan tipuan ala ‘rating ibu-ibu yang berkendaraan berbeda arah seharusnya ke kiri tapi belok ke kanan’ mampu mengecoh pemain lawan di Korea serta gerakan gestur tubuhnya yang menghibur penonton saat main. Penampilan Megawati pun diharapkan bisa menghibur penonton di Proliga 2025.
Ekspektasi yang begitu tinggi di Proliga ternyata tak sesuai dengan harapan. Di tiga pertandingan final four Proliga 2025, tak ada nama Megawati di antara skuad Gresik Petrokimia. Bukan itu saja, pemain dengan tinggi badan 185 sentimeter ini pun masih belum berlatih bersama klubnya akibat masih dalam penyembuhan cidera lututnya. Akibatnya penggemarnya pun banyak kecewa karena tak ada kehadiran Megawati.
Di pertandingan keempat final four, Megawati pun diturunkan pelatih Gresik Petrokimia Jiang Jie saat melawan Pertamina Enduro dalam pertandingan final four Proliga 2025 di GOR Sritex Arena Solo, Jumat (2/5/2025) malam.
Di set pertama dan kedua Megawati yang bermain bersama Arnetta Putri (setter), Maya Indri (middle blocker) serta dua pemain asing Hanna Davyskiba asal Belarus dan Julia Sandiacomo tampil cukup lumayan dan berhasil menang 25-22 dan 25-20.
Minimnya latihan bersama dan kondisi fisik yang belum fit membuat penampilan Megawati menurun. Itu terlihat di set ketiga, sekitar lima kali smes Megawati kena blok pemain muda Pertamina Enduro Junaida Santi.
Pemain berusia 17 tahun ini juga mampu ‘mengkadali’ Megawati dengan beberapa kali spike nya menembus blok Megawati. Gresik Petrokimia pun akhirnya kalah tiga set berikutnya 14-25, 22-25 dan 9-15, sehingga kalah 2-3.
Kekalahan itu membikin kecewa Megawati, terlihat tubuhnya tersandar di bangku cadangan dengan wajah muram.
Esok harinya saat melawan Jakarta Electric PLN, Megawati yang begitu disegani di Liga Voli Korea Selatan hanya dijadikan pemain spesialis pengganti blok untuk posisi Mediol Yoku. Ini pemandangan yang sangat miris dengan reputasinya sebagai tiga gelar MVP Liga Voli Korea.
Ironisnya tanpa Megawati, Gresik Petrokimia menang 3-0, (26-24, 25-18, 25-20) langsung atas Electric PLN dan sempat membawa asa lolos ke grandfinal. Namun, tergantung hasil pertandingan lain antara Popsivo Polwan melawan Pertamina Enduro, Minggu (4/5).
Namun, Pertamina Enduro ternyata memilih ‘mengalah’ dengan Popsivo Polwan. Indikasinya pemain kuncinya,
Junaida Santi dibangkucadangkan, sedangkan dua pemain asingnya pemain nasional Amerika Serikat Jordan Thomson dan Yana Shcherban tampil tak begitu bergairah banyak melakukan pukulan error dan menyerah 0-3 (19-25, 17-25 dan 24-26).
Pertamina Enduro terlihat takut menghadapi Gresik Petrokimia yang diperkuat dua pemain asingnya Hanna Davyskiba dan Julia Sandiacomo serta Megawati jika dalam kondisi fit dan memilih Popsivo Polwan di Grandfinal yang di dua pertemuan sebelumnya pernah dikalahkannya.
Kebaikan hati Megawati ingin mengangkat pamor Proliga 2025 dengan ikut bermain di Proliga 2025 malah ‘merusak’ namanya sebagai pemain terbaik di Indonesia.
Penampilan Megawati yang tak sesuai harapan di Proliga 2025 sudah pasti mencoreng namanya yang sebelumnya dipuja-puja sebagai bintang voli Indonesia di klub Red Sparks. Ibaratnya, “Panas setahun hilang oleh hujan sehari”. Peribahasa-peribahasa ini menggambarkan bagaimana sebuah kebaikan besar Megawati dapat terhapus oleh satu kesalahan atau keburukan kecil.
Kasus di Proliga 2025 menjadi pelajaran berharga buat Megawati agar cukup berhati-hati membela sebuah klub dengan melihat kekuatan materi pemain temannya dan kondisi fisiknya. Apabila tak fit dan masih dalam penyembuhan cedera, lebih baik off ketimbang bermain yang akan memperparah cederanya serta merusak reputasinya sendiri.
Untuk mengembalikan namanya, tak ada jalan lain Megawati kembali harus menunjukkan kualitasnya bermain di liga voli luar negeri, memang permainannya di atas rata-rata pemain Indonesia.
Buat Junaida Santi, keberhasilan beberapa kali ‘memblok’ spike Megawati bukan berarti lebih hebat dari Megatron dan membuat dirinya besar kepala. Ingat pengalaman Mediol Yoku pernah seperti itu, ‘dipaksa’ menjadi pemain terbaik Pro Liga 2023. Namanya sempat dilirik salah satu klub Liga Korea Selatan tapi dibatalkan dan hanya Megawati yang direkrut Red Sparks.
Nama Mediol Yuko pun meredup bersamaan tak berkutiknya saat membela Timnas voli putri Indonesia saat bermain di SEA Games maupun Kompetisi Bola Voli Asia Tenggara atau SEA V League 2023. Dengan tinggi badan hanya 168 senti meter dengan mudah di blok pemain Thailand, Vietnam dan Filipina yang tingginya di atas 190-an. Setelah itu kepercayaan diri Mediol Yoku menghilang, kecuali saat bertanding tanpa pemain asing di Liga Voli Indonesia.
Junaidi Santi yang tingginya hanya 177 senti meter harus banyak mengasah kemampuannya lagi untuk bisa bersaing di event internasional, apalagi punya cita-cita bermain di Liga Turki yang nota bene pemain kelas dunia dan tingginya rata-ratanya 190-an.
Santi lebih baik main bertahap, mencari pengalaman dulu dengan bermain di Liga Thailand dan Vietnam lalu mencoba ikut seleksi di Liga Korea Selatan sebelum menggapai mimpinya ke Liga Voli Turki.
Jangan sampai merasa ‘lebih hebat’ dari Megawati lalu menjadi besar kepala dan akhirnya menghancurkan kariernya sendiri seperti kasus pemain sepakbola Indonesia. Bersinar bermain sepakbola di kelompok umur dengan lolos ke Piala Asia dan dunia, tapi pas bermain di kelompok senior menghilang namanya. (ful/KPO-3)