Banjarmasin, KP – Peternak telur itik dan ayam mengeluhkan persaingan harga jual telur dan penurunan permintaan masyarakat, bahkan turun hingga 80 persen selama pandemi Covid-19.
“Saat ini produksi tinggal 20 persen saja, karena penurunan permintaan dan persaingan harga,” kata Peternak itik dan ayam dari Pagatan, H Mupsihuddin kepada wartawan, Senin (4/5/2020), di Banjarmasin.
Hal inilah yang menyebabkan perwakilan peternak telur itik dan ayam ini mengadu ke DPRD Kalsel, yang diterima anggota Komisi II DPRD Kalsel, HM Yani Helmi.
Menurut Mupsihuddin, kondisi peternak kini sangat terpukul, karena penurunan permintaan masyarakat, yang mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah dan jaga jarak.
“Jadi yang ke pasar sangat sedikit, sehingga tidak ada lagi yang membeli telur,” jelasnya.
Padahal, peternak itik dan ayam ini mengandalkan penghasilan dari telur untuk meningkatkan kesejahteraannya, apalagi jumlah ternak mereka tidak terlalu banyak, berkisar 20 ekor hingga 100 ekor.
“Kalau seperti ini, tentu peternak akan kolaps,” tambah Mupsihuddin.
Selain itu, mereka juga menghadapi persaingan harga dengan peternak dari Surabaya, yang berani menjual telur dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan peternak lokal.
“Kalau bicara kualitas, tentu telur lokal lebih bagus, namun harga telur Surabaya ini jauh lebih murah dan peternak lokal tidak mungkin mengikutinya,” ungkapnya.
Untuk itu, dirinya meminta DPRD bisa mencarikan solusi terbaik untuk mengatasi hal ini, apalagi sebagian peternak mengandalkan modal dari pinjaman di bank.
“Memang ada kebijakan untuk KUR tidak dibebani cicilan hingga enam bulan, namun ini belum direalisasikan,” katanya.
Sementara itu, HM Yani Helmi mengaku prihatin dengan nasib peternak di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru, yang kesulitan memasarkan produksinya, baik karena penurunan permintaan ataupun persaingan pasar.
“Mudah-mudahan masyarakat bisa memperhatikan kualitas dan lebih mencintai produk lokal, baik beras, ikan, telur dan lainnya,” tambah politisi Partai Golkar.
Ditambahkan, masalah ini akan diupayakan mencari solusi terbaik, seperti penundaan pembayaran KUR dan mengatasi banjirnya telur dari Pulau Jawa agar peternak lokal bisa mendapatkan keuntungan dari usahanya.
“Nanti kita bicarakan dengan dinas terkait, khususnya Dinas Peternakan dan Perkebunan,” ujar Paman Yani, panggilan akrab Yani Helmi. (lyn/KPO-1)