Jalannya rusak parah akibat hujan dan terlalu lama terendam air pasang. Tak sedikit truk yang terguling karena memaksa untuk lewat. Makanya, kami mending lewat jalan Kayu Tangi ini,” ucap Wilis lagi.
BANJARMASIN, KP – Puluhan truk-truk berukuran kecil dan besar terlihat mengular di ruas jalan H Hasan Basry, Banjarmasin mulai dari penyeberangan Sungai Aalalak sehingga kadang ujungnya sampai depan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi . Para sopir mesti sabar mengantre giliran untuk diseberangkan dari Alalak Utara ke Alalak Berangas.
Armada ini kebanyakan mengangkut berbagai macam kebutuhan pokok, bahan makanan, BBM, dan barang ekspedisi lainnya dari Kalimantan Selatan (Kalsel) menuju ke Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Jalan Trans Kalimantan, Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Mengingat jembatan Kayu Tangi ujung yang menjadi penghubung Kota Banjarmasin dan Kabupaten Batola masih dalam tahap pembangunan jembatan baru. Terpaksa truk-truk tersebut harus menggunakan kapal LCT untuk menyeberang.
“Antrean panjang tak bisa dihindari, kami harus bergiliran untuk diseberangkan dengan kapal LCT,” ujar Wilis, seorang sopir truk yang ingin mengantar barang ke Palangka Raya, Jumat (5/2).
Wilis mengaku, mesti merogoh kocek Rp 300.000 untuk biaya menyeberang. “Tarif ini khusus truk PS roda enam. Kalau truk tronton atau ukuran besar, tarifnya lebih mahal,” jelasnya, kepada Kalimantan Post.
Bahkan, ia baru saja mendapat kabar, tarif menyeberang untuk truk roda enam akan naik menjadi Rp 350.000. “Truk ukuran lebih besar mungkin akan naik juga tarifnya,” kata dia.
Menurutnya, bisa saja menggunakan jalan alternatif lain, yakni melewati jalan Gubernur Syarkawi. Hanya saja, kondisi jalan yang rusak parah membuat dirinya dan sopir lainnya harus berpikir dua kali jika ingin melintasinya.
Jalan Gubernur Syarkawi sendiri merupakan jalur lintas provinsi, yang menghubungkan Kalsel dan Kalteng. Dimana, jalan ini biasanya menjadi akses angkutan truk yang membawa berbagai macam pengiriman barang.
“Jalannya rusak parah akibat hujan dan terlalu lama terendam air pasang. Tak sedikit truk yang terguling karena memaksa untuk lewat. Makanya, kami mending lewat jalan Kayu Tangi ini,” ucap Wilis lagi.
Pernah, lanjutnya lagi, ia mencoba melintasi Jalan Gubernur Syarkawi. Truknya malah amblas, lantaran banyak lobang di sepanjang jalan.
“Jalannya berbahaya sekali, saya dari jam 6 subuh sampai jam 6 sore terjebak di sana. Kalau tidak demi anak isteri, saya tak mau mengambil resiko itu,” tandasnya.
Wilis menambahkan, saking beratnya medan yang dilalui, hampir 70 persen armada yang mencoba melewati jalan nasional tersebut mengalami amblas, akibat jalan yang penuh kubangan dan berlumpur pasca banjir.
“Saat ini, saya lebih memilih menyeberang dengan kapal LCT saja, walaupun harus membayar cukup mahal. Kami juga berharap, agar jalan Gubernur Syarkawi segera diperbaiki pemerintah, sehingga memudahkan para sopir angkutan yang melintas,” pungkasnya. (Opq/K-1)