Banjarmasin,KP – Bank Indonesia Perwakilan Kalsel memastikan salah satu upaya mendorong pemulihan ekonomi di wilayah Kalimantan dengan hilirisasi batubara. Karena itulah, BI menggelar seminar secara daring dengan narasumber mulai Gubernur sebagai pengambil kebijakan, pelaku usaha hingga asosisasi pertambangan batubara Indonesia.
Seminar yang dihelat dua jam, Rabu (1/08/2021), DirekturPembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM Ir. Sujatmiko, Direktur Utama PT Adaro Dharma Djojonegoro, Hendra Sinadia, Executive DirectorAsosiasiPertambanganBatubara Indonesia – Indonesian Coal Mining Association (APBI-ICMA), Rizal Kasli, KetuaPerhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), H. Muhidin, M.Si., Wakil GubernurKalimantan Selatan.
KepalaPerwakilan BI Provinsi Kalsel AmanlisonSembiring mengatakan ekonomi Kalimantan tumbuh positif sebesar 6,28% pada triwulan II-2021, naik sesudah terkontraksi triwulan II-2020. Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh kinerja Pertambangan yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Kalimantan.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan triwulan II-2021 ditopang perbaikan kinerja ekspor. Ekonomi Kalimantan tetap tumbuh positif sampai dua triwulan ke depan, walaupun lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan II-2021. Bahkan dari sisi produksi, Kalimantan memiliki kontribusi signifikan produksi Batu Bara nasional, di mana pangsanya sebesar 85,28%.
Khusus produksi Batu Bara di Kalimantan secara spasial berasal dari Kaltim 56,45%, disusul Kalsel 35,10%. Tujuan dan pangsa ekspor batubara Kalimantan sejalan dengan Nasional karena ekspor batubara nasional 90% nya merupakan produksi Kalimantan. Tingginya harga batubara global saat ini terus mendorong optimisme produksi batubara hingga akhir tahun.
Bahkam, katanya, produksi Batu Bara Kalimantan diproyeksikan meningkat karena tingginya harga Batu Bara global yang masih terus naik, dengan trend Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang masih naik. Dengan kontribusi Batu Bara yang signifikan terhadap ekspor Batu Bara nasional, sayangnya, Batu Bara masih dijual mentah sehingga belum memberikan nilai tambah yang optimal terhadap PDRB Kalimantan.
Ditinjau dari struktur pendukungnya, Sektor Pertambangan masih memberi kontribusi terbesar pada perekonomian Kalimantan sebesar 26,94%. Subsektor pertambangan Batu Bara dan lignit memberi kontribusi terbesar sebesar 72,31% dengan kontribusi terbesar berasal dari Kaltim sebesar 78,33% dan menyusul Kalsel sebesar 12,08%.
Meskipun kontribusi perekonomian tinggi, Batu Bara di Kalimantan sebagian besar dijual secara mentah, yang terindikasi dari kontribusi subsektor industri pengolahan Batu Bara yang jauh lebih kecil karena didominasi oleh industri pengilangan Migas.
Dengan cadangan yang melimpah, bisa mendorong naiknya nilai tambah dengan sentuhan teknologi untuk dapat memaksimalkan nilai ekonomisnya. Dengan demikian, pengolahan atau hilirisasi batubara di Kalimantan, menjadi suatu keharusan dan peluang sebagai sumber ekonomi baru untuk New Kalimantan. We have no choice, but either do or die.
Dari sisi pendanaan, perusahaan tambang di Kalimantan mayoritas didanai melalui ULN sebesar 53%. Pendanaan perbankan perusahaan pertambangan di Kalimantan pada April 2021 secara nominal naik menjadi Rp26,58 triliun. Dari sisi risiko, kredit perbankan untuk sektor pertambangan relatif aman dengan tingkat NPL 2,90%, jauh di bawah batas 5%. Peningkatan penyaluran dan kualitas kredit ini sejalan dengan perbaikan harga Batu Bara global.
“Kami mendapati fenomena di mana provinsi yang memiliki kekayaan alam yang melimpah namun tidak dilanjutkan dengan industri pengolahan, cenderung tidak mandiri dan tidak sustainable, atau yang lebih dikenal dengan Natural Resources Curse (NRC),”katanya.
Di sini Kaltim, dengan sumber daya dan cadangan Batu Bara tertinggi menduduki peringkat pertama daerah dengan NRC, disusul Kalsel di urutan ke-7, Kalteng ke-11, dan Kalbar ke-21, seperti ditunjukkan grafik sebelah kiri. Provinsi yang sangat tergantung terhadap SDA tambang cenderung tidak mengalami pembangunan yang berkelanjutan.
Saat ini hilirisasi Batu Bara di Kalimantan sudah dilakukan dalam bentuk upgrading Batu Bara menjadi semi kokas, dan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan industri baja dan smelter nikel di Sulawesi (LVC).
Proyek hilirisasi besar lain di Kalimantan akan segera dimulai, seperti KPC dan Kideko di Kaltim, Adaro di Kalsel. Sementara itu, hilirisasi dengan gasifikasi akan membangun berbagai industri petrokimia baru dengan berbagai jenis turunannya atau yang lebih dikenal sebagai forward linkage.
Dalam upaya mendorong hilirisasi batubara, Bank Indonesia berupaya berperan aktif melalui berbagai asesmen dan kajian, baik di level nasional maupun daerah yang selalu dikomunikasikan kepada seluruh stakeholder.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Dwi Pranoto hilirisasi batubara diharapkan mampu menopang resiliensi perekonomian daerah terhadap dinamika harga komoditas global. Transformasi energi terbarukan yang telah dilakukan Tiongkok selama satu dekade, memang berisiko dapat mempengaruhi kinerja lapangan usaha pertambangan batubara kedepan, apabila upaya hilirisasi batubara tidak diakselerasi. Kalimantan sebagai pusatbatubara Indonesia memiliki peranan strategis dalam hilirisasi batubara.(nar/K-1)