Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Menebar Vaksin hingga ke Pintu Samudera

×

Menebar Vaksin hingga ke Pintu Samudera

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ikhwan Wahyudi/Fathul Abdi
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan

Setelah berlayar lebih dari sebulan guna mendukung operasi militer di berbagai wilayah Indonesia termasuk Natuna, tibalah waktu bagi KRI Bontang-907 untuk pulang ke Markas Komando Armada I di Jakarta.

Android

Namun bukannya pulang ke Jakarta, kapal perang kebanggaan TNI-AL itu putar kemudi dan merapat ke Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat pada Rabu (13/10) pagi.

Kapal yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Jerry Henry Manuhutu itu datang atas izin dari Panglima Koarmada I di bawah kendali operasi Komandan Guskamla Koarmada I Laksamana Pertama TNI Haris Bima.

Tujuannya adalah mendukung program pemerintah dalam percepatan vaksinasi COVID-19. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) II Padang akan menggelar vaksinasi massal dengan tema “Serbuan Vaksinasi Maritim”.

Peran yang dilakoni KRI Bontang-907 adalah menjadi sentra vaksinasi sekaligus pemikat masyarakat agar datang beramai-ramai ke lokasi.

Karena selain suntik vaksin, mereka juga berkesempatan menaiki kapal, berfoto ria, atau bertanya-tanya tentang kapal perang.

Hasilnya cukup efektif, ratusan warga dari berbagai kalangan baik pelajar, mahasiswa, serta umum tampak antusias mengikuti vaksinasi pada Kamis (14/10), mulai dari pukul 08.00-16.00 WIB.

“KRI Bontang-907 sengaja dihadirkan untuk menarik minat warga Kota Padang dalam melaksanakan vaksinasi,” kata Komandan Lantamal II Padang Laksamana Pertama TNI Hargianto.

Setelah delapan jam berlangsung helat vaksin akhirnya selesai. Masyarakat yang tadinya ramai telah pulang satu per satu hingga menyisakan lengang di bibir dermaga.

Kepergian mereka dilepas secara rela oleh KRI Bontang-907 yang masih bergeming di sisi dermaga. Posisi sandar malam itu seakan memberi sinyal ke hamparan laut bahwa kegiatannya belum berakhir.

Ternyata memang benar adanya. Karena sekitar pukul 21.00 WIB ketika pelabuhan telah diselimuti gelap, terdengar deru mesin milik KRI yang mempunyai 79 personel.

Sedangkan di bibir dermaga di tengah suasana remang, belasan orang tengah membentuk barisan dengan seragam loreng berwarna biru.

Sementara di atas kapal puluhan prajurit telah mengambil posisinya masing-masing untuk menyiapkan pelayaran.

Menuju pulau terluar

Malam itu KRI Bontang-907 tengah bersiap-siap melakukan pelayaran ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, daerah kategori 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang terletak di pintu masuk Samudra Hindia.

Rombongan yang berangkat malam itu bukan hanya perwira dan awak KRI Bontang-907 saja, tapi juga Danlantamal II Padang Laksamana Pertama TNI Hargianto, para tenaga kesehatan dari Diskes Lantamal II, serta para Asisten.

Turut juga berangkat Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Arry Yuswandi beserta tim yang membawa ribuan dosis vaksin dengan rincian pfizer 1.800 dosis dan moderna 896 dosis.

Misi yang dibawa oleh KRI di daerah berjuluk Bumi Sikerei adalah sentra vaksinasi, mengangkut vaksin milik Dinas Kesehatan provinsi dari Padang, sekaligus patroli keamanan wilayah di pantai barat Sumatera itu.

KRI Bontang-907 memegang peran penting untuk distribusi vaksin, sebab jarak dan akses transportasi kerap jadi kendala pemerintah daerah dalam mendistribusikan vaksin ke Mentawai.

Sedangkan bagi KRI Bontang-907 kendala tersebut biasa diatasi. Pasalnya kapal perang jenis (CBM) atau tanker itu memiliki tinggi 30 meter dan bisa diandalkan mengarungi laut dalam, bahkan di tengah cuaca buruk.

Seluruh persiapan keberangkatan akhirnya tuntas saat jam menunjukkan pukul 21.00 WIB. Para awak beserta rombongan pun telah naik ke atas kapal.

Pembacaan doa dan lengkingan pluit khas bersuara camar menandai keberangkatan KRI menjauhi pelabuhan Teluk Bayur kebanggaan Urang awak.

Kapal terus melaju secara perlahan membelah gumpalan ombak. Bendera merah putih yang terpasang di bagian anjungan mulai berkibar di tiup mesra angin malam.

Di langit kondisi cuaca terlihat bersahabat untuk melakukan pelayaran. Cahaya bulan yang memantul di permukaan air siap mengiringi laju KRI membelah ombak.

Dalam perjalanan menuju Mentawai, Danlantamal II Padang Laksamana Pertama TNI Hargianto yang merupakan putera daerah Agam, Sumatera Barat sempat membagikan nostalgianya.

Ia berbagi kisah dan pengalaman selama berdinas di kapal selama 17 tahun, sejak 1987 hingga 2004. Dalam kurun waktu itu berbagai suka-duka sebagai TNI Angkatan Laut telah dijala.

Bahkan dirinya masih ingat ketika melakukan pelayaran internasional bersama kawan-kawan taruna pada 1986.

Perjalanan menaiki KRI Dewaruci tersebut menghabiskan waktu selama berbulan-bulan, dan celakanya melintasi kawasan Segitiga Bermuda yang terkenal “horor” bagi pelaut serta pesawat terbang.

Namun beruntung ia bisa melintasi kawasan itu dengan selamat sampai tujuan dalam rangka memenuhi undangan pemerintah Amerika Serikat untuk peringatan 100 tahun patung Liberty.

“Takut atau khawatir itu pasti ada, tapi jiwa tentara dibekali pelatihan serta kecakapan psikologi untuk mengatasi setiap tekanan itu muncul,” katanya mantap.

Setelah puas bercerita akhirnya malam diakhiri cukup cepat, mengingat perjalanan masih panjang dan kegiatan telah menunggu sesampainya di Mentawai.

Sementara itu sejumlah prajurit yang berjaga malam bertahan di buritan, mengelilingi kantin kecil yang terdapat di pojokan kapal.

Jangan pikir kapal perang tak punya tempat nongkrong seperti di luaran. Jika di luar ada kafe, maka KRI punya kantin yang dikelola oleh prajurit KRI juga, istilahnya “dari kita untuk kita lah”.

Tempat itulah yang menjadi titik simpul pertemuan para prajurit di malam hari. Mulai dari ngopi, “ngerokok”, bermain di aplikasi gawai (android) secara luring, sambil menikmati lagu-lagu yang keluar dari speaker.

Singkat cerita, KRI akhirnya sampai di perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai sekitar pukul 05.00 WIB, tepatnya di depan pulau Pagai yang menjadi tempat tujuan.

Akan tetapi kapal hanya lego jangkar di tengah laut untuk menunggu sang fajar tiba. Rencananya kegiatan akan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB.

Saat jam menunjukkan hampir pukul 07.00 WIB, satu unit kapal datang dari kejauhan. Tak lama berselang kapal berwarna putih itu telah parkir di lambung kiri KRI yang masih lego jangkar sejak Subuh tadi.

Usut punya usut rupanya kapal tersebut milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan di atasnya terlihat Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet yang didampingi oleh unsur Forkompida kabupaten setempat.

Orang nomor satu di Mentawai itu pun segera naik ke atas KRI untuk menghadap Danlatamal Padang Laksamana Pertama TNI Hagianto, serta Komandan KRI Letkol Laut Letkol Laut (P) Jerry Henry Manuhutu.

Yudas Sabaggalet di ruangan pertemuan menyampaikan keinginan serta harapannya agar KRI Bontang-907 mau bersandar di Pelabuhan Sikakap.

Sehingga kapal dengan tinggi sekitar 30 meter itu bisa disaksikan langsung oleh masyarakat dari jarak dekat. Bukan dalam posisi lego jangkar di tengah laut.

Permintaan bupati itu menego rencana awal KRI yang hanya akan lego jangkar di tengah laut tanpa merapat ke daratan untuk vaksinasi. Sebaliknya, masyarakat yang diangkut dengan kapal kecil menuju KRI.

Keputusan itu diambil oleh Komandan KRI atas dasar pertimbangan keamanan, keselamatan, dan akselerasi kapal jika merapat ke daratan. Apalagi pintu masuk pelabuhan diapit dua pulau dan posisinya agak menjorok ke dalam.

Sehingga jika gegabah dan tanpa pertimbangan yang matang, bisa saja KRI rusak menabrak karang, kandas, dan lainnya.

Namun bupati yang didampingi instansi terkait berusaha meyakinkan bahwa pelabuhan Sikakap pernah menampung kapal dengan panjang yang sama.

Untuk menengahi tarik-ulur keputusan tersebut akhirnya Letkol Laut (P) Jerry Henry Manuhutu turun dari KRI dan melakukan survei langsung ke lokasi.

Ia berangkat dengan menaiki kapal kecil milik sang bupati, sedangkan KRI Bontang-907 masih menanti dengan pose lego jangkarnya.

Bagaimanapun komandan kapal tak boleh salah mengambil keputusan sebab yang dipertaruhkan adalah keselamatan serta keamanan kapal dengan bobot 2.000 ton lebih.

Tak berselang lama Komandan Jerry kembali ke KRI, ia langsung melakukan rapat serta kajian bersama tim teknis kapal demi memutuskan apakah KRI Bontang-907 bisa merapat ke pelabuhan atau tetap lego jangkar di tengah laut?

Dari pembahasan alot tersebut akhirnya muncul keputusan bahwa KRI bisa merapat ke daratan dan bersandar di Pelabuhan Sikakap yang jaraknya tak sampai satu jam dari titik lego jangkar.

Kapal perang jenis tangker itu pun segera melaju perlahan menuju pelabuhan yang dimaksud.

Ternyata di bibir dermaga ribuan pasang mata telah menanti sejak pagi tadi. Didominasi oleh para pelajar yang tampak antusias. Wajah dan mata mereka tak lepas dari kapal berukuran besar tersebut.

Setelah KRI benar-benar bersandar dengan baik, mereka langsung bertepuk tangan. Sambutan yang sangat meriah. Ada yang menatap terpesona, ada juga yang sumringah dengan reaksi kegirangan.

“Ini pengalaman pertama saya melihat kapal dengan ukuran yang sangat besar, apalagi kapal perang milik tentara” kata siswa SMAN 2 Sikakap Rivaldo Anggi Saputra takjub.

Ia biasanya hanya melihat kapal-kapal milik nelayan pencari ikan atau singgah membawa barang dagangan.

Karena itu Rivaldo rela menunggu dari pagi bersama teman-temannya demi melihat KRI sekaligus mendapatkan suntik vaksin pertama Covid-19 yang digelar di atas KRI Bontang-907.

Laksamana Pertama TNI Hargianto tidak bisa memyembunyikan harunya saat menyaksikan animo dan sambutan yang sangat meriah dari masyarakat.

Setelah turun dari kapal ia mendatangi kerumanan pelajar, menyalami, sambil bertanya “Apakah mau jadi tentara?”. Dengan serentak bocah-bocah itu berseru dengan jawaban “Mau!!”.

Iklan
Iklan