Hal ini diperkuat adanya tiga buah kapal kecil yang hilir mudik menyusuri Sungai Awang untuk membersihkan tanaman eceng gondok yang ditempeli tumpahan oli berwarna hitam pekat
BANJARMASIN, KP – Cemaran limbah yang berasal dari tumpahan oli bekas dari sebuah kapal tongkang pengangkut oli Sungai Alalak, Barito Kuala (Batola) kini sudah semakin meluas.
Benar saja, berdasarkan pantauan Kalimantan Post, cemaran limbah oli bekas tersebut kini sudah sampai ke aliran Sungai Awang dan Sungai Martapura Kota Banjarmasin.
Hal itu terlihat dengan adanya tiga buah kapal kecil yang hilir mudik menyusuri Sungai Awang untuk membersihkan tanaman eceng gondok yang ditempeli tumpahan oli berwarna hitam pekat tersebut.
Berdasarkan pengakuan Anang, salah satu motoris kapal, aktivitas mereka tersebut dilakukan atas permintaan pihak perusahaan kapal.
“Ada sekitar 10 kapal yang diturunkan,” ucapnya saat dibincangi Kalimantan Post di Sungai Andai, Jumat (12/08) sore.
Ia mengaku sudah sejak pagi hilir mudik menyusuri Sungai Alalak, Sungai Awang sampai Sungai Martapura untuk mengangkat tumbuhan air yang ditempeli oli tersebut.
“Sampai di dekat Jembatan Banua Anyar saja tugas kami. Karena di sana tidak terlalu berdampak makanya balik lagi ke arah Sungai Alalak,” ungkapnya.
Di sisi lain, cemaran oli ini ternyata sudah mengganggu aktivitas warga yang tinggal di bantaran sungai. Seperti halnya yang diungkapkan Mani.
Warga Komplek Kesehatan, RT 08, Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara itu mengeluhkan kondisi Sungai Awang yang tercemar limbah oli tersebut.
Ia mengaku aroma oli yang mencemari Sungai Awang ini sudah sangat mengganggu aktivitas di kesehariannya yang menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci.
Sehingga warga yang bermukim di sepanjang Sungai Awang merasa terganggu dengan adanya limbah oli.
Pria berusia 45 tahun itu mengatakan dirinya mengetahui dengan adanya limbah oli di sungai tersebut sejak subuh Kamis (11/8) kemarin.
“Saya habis salat subuh mau mandi, terkejut sungai sudah tercemar adanya seperti oli,” ujar Mani, kepada wartawan.
Dirinya juga menduga ada orang membuang oli di sungai. Namun setelah itu Mani baru mendapatkan informasi bahwa ada sebuah kapal yang karam.
Hal senada juga diutarakan oleh Udin, lelaki yang tinggal bersebelahan dengan Mani itu mengaku bahwa selain mengganggu aktivitas seperti mandi dan mencuci, dirinya terpaksa harus sering membersihkan kelotok dan sepeda air miliknya akibat ditempeli cemaran oli tersebut.
“Sudah lebih dua hari cemaran ini mengganggu. Dari 25 tahun saya tinggal di sini. Baru sekarang kondisi Sungai Awang tercemar separah ini, biasanya hanya sebatas minyak goreng saja,” katanya.
Lelaki berusia 47 tahun itu lantas berharap agar pemerintah kota (Pemko) Banjarmasin segera melakukan pembenahan agar cemaran di Sungai Awang ini bisa hilang dan mengembalikan kondisi seperti semula.
“Supaya warga juga merasa nyaman. Dan kondisi sungai kami bisa kembali bersih seperti awal,” harapnya.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kapal pembawa oli berkapasitas 100 ton itu tersebut miring akibat air surut akhirnya tumpah dan mengakibatkan pencemaran di sepanjang Sungai Alalak.
Adapun jenis minyak yang tumpah tersebut yaitu minyak hitam HSPO yang biasa dipergunakan untuk kapal. (Kin/K-3)