Maraknya Geng Motor Berujung Kematian
Oleh : Puspita Indah Ariani, S. Pd
Guru dan Aktivis Muslimah
Akhir-akhir ini marak diberitakan terkait penyerangan yang dilakukan oleh segerombolan geng motor. Penyerangan yang dilakukan geng motor sangat brutal dan meresahkan masyarakat. Ketenangan masyarakat terganggu dan menimbulkan kecemasan.
Di Cimahi, dua anggota geng motor membacok seorang mahasiswa di Jalan Pesantren, Kota Cimahi. Mereka melakukan tindak kejahatan jalanan dengan membacok AR (19) di jalan Pesantren tepatnya di RT 03/16, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada Senin (23/1/2023) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. (Kompas.com, 9/2/2023).
Aksi brutal geng motor kembali terjadi dan menimbulkan korban jiwa. Kali ini gerombolan bermotor membacok Muhammad Rizki Najmudin (21) hingga tewas. Peristiwa ini terjadi di dekat rumah korban di Gang H Arsad, Kelurahan Cibereum, Kecamatan Cimahi Selatan Minggu (5/2/2023) sekitar pukul 04.00 WIB.(Kompas.com, 6/2/2023)
Maraknya kembali geng motor meresahkan masyarakat. Kondisi ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk kepribadian generasi, kegagalan dalam mengarahkan ekspresi eksistensi generasi dengan benar, rendahnya jaminan keamanan oleh negara serta ketegasan aparat dalam menjaga keamanan warganya. Apalagi kasus tidak sekedar arak-arakan geng motor, tapi sudah menjurus ke arah kriminalitas. Terbukti dengan adanya pembacokan hingga menghilangkan nyawa manusia.
Sungguh sangat murah nilai nyawa manusia di hadapan para geng motor ini. Seakan mereka tidak takut akan sanksi pidana yang akan menjerat mereka. Belum lagi kesadaran mereka akan dosa dihadapan Allah. Seakan-akan itu semua hal biasa dilakukan.
Hal tersebut merupakan hasil dari penerapan sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Manusia merasa bebas berekspresi sesuai dengan keinginannya untuk memuaskan hasratnya tanpa berfikir halal dan haram perbuatannya. Apalgi sanksi yang diterapkan dalam sistem ini bukanlah sanksi yang menimbulkan efek jera.
Tak hanya masalah sanksi, sistem pendidikan juga turut gagal membentuk kepribadian generasi. Sistem pendidikan saat ini lebih mengedepankan nilai-nilai materialistis yang berfokus pada nilai kompetisi dan peluang lapangan kerja. Pendidikan akidah Islam yang menjadi pedoman generasi dalam membentuk kepribadian yang baik malah diacuhkan dan pilihannya diserahkan pada masing-masing individu. Hal ini tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan secara tuntas.
Berbeda keadaannya dengan sistem Islam. Sistem Islam telah terbukti banyak melahirkan generasi berakhlak dan mampu berpikir cemerlang serta mendedikasikan hidupnya untuk kemuliaan Islam dan kebaikan kaum muslim. Islam membina pemuda memiliki kepribadian Islam secara menyeluruh dan menjaga lingkungan dalam sistem pendidikan Islam. Islam menjadikan keamanan sebagai tanggung jawab negara.
Negara akan melindungi rakyatnya, terlebih pada generasi muda sebab mereka adalah generasi yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Negara akan melindungi mereka dari segala macam bentuk kerusakan. Mereka akan dididik dengan pemahaman akidah Islam, baik di sekolah maupun rumah. Mereka pun akan dijauhkan dari pemahaman kufur, seperti budaya liberal.
Dengan sistem pendidikan Islam, maka generasi muda akan senantiasa taat kepada Allah SWT. Mereka akan dibina menjadi muslim yang shalih dan shalihah. Terbentuk kepribadian Islamnya sehingga mereka akan menjaga diri dari perbuatan maksiat termasuk melakukan tindakan kriminal.
Negara juga akan memberikan sanksi yang menjerakan. Pelaku penyerangan dihukum takzir, yaitu hukuman yang ditetapkan oleh Khalifah. Hukuman bagi penyerangan brutal ataupun perusakan tubuh adalah kisas, yaitu hukuman balasan yang seimbang bagi pelakunya. Sehingga kasus penyerangan geng motor terselesaikan hingga tuntas dan tindak kriminalitas berkurang.
