Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Hukum & Peristiwa

Tokoh Islam Banua Gerah Gembong Narkoba Asal Kalsel dan Maraknya Barang Haram

×

Tokoh Islam Banua Gerah Gembong Narkoba Asal Kalsel dan Maraknya Barang Haram

Sebarkan artikel ini
IMG 20230915 WA0033
Nasrullah AR, Wakil Ketua PW NU Kalsel dan Sekjen MUI Kalsel (Kalimantanpost.com/Istimewa)

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Perihatin dan terpukul dirasakan tokoh ummat Islam di Kalimantan Selatan dengan terbongkar jaringan narkoba internasional dimana gembongnya, Fredy Pratama berasal dari Banua. Pasalnya, daerah ini dikenal sangat religus dan gamis.

“Kita semua sudah tahu
sejak dulu di Kalsel ini sebagai salah satu pemakai dan peredaran narkoba terbanyak di Indonesia,” ujar Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (PWNU Kalsel) Nasrullah AR, Jumat (15/9/2023).

Baca Koran

Pertanyaan sekarang, lanjut dia, dimana selama ini aparat penegak hukum dan Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga kasus Fredy baru terungkap. Itu pun lelaki yang dijuluki Escobar Indonesia tak tersentuh dan sampai sekarang belum tertangkap.

“Tak mungkin aparat tidak tahu masalah maraknya peredaran narkoba maupun pengedarnya, khususnya di Kalsel. Ada apa ini semua,” tandasnya.

Menurut Nasrullah, bukan hanya Restoran Shanghai Pelance milik keluarga Fredy, kuat dugaan beberapa tempat hiburan malam di hotel Banjarmasin kemungkinan besar sebagai tempat transaksi dan peredaran narkoba di Kalsel.

“Itu sudah bukan rahasia umum, tempat hiburan malam menjadi tempat peredaran narkoba. Dimana keberadaan aparat penegak hukumnya selama ini. Kenapa tidak bisa menindak dan membrangusnya,” tandasnya

Sebenarnya, lanjut Nasrullah, ulama di Kalsel sangat marah dengan adanya gembong Narkoba dan maraknya peredaran barang haram di Bumi Lambung Mangkurat ini.

“Kasihan ulama dan ummat Islam yang mengadakan pengajian rutin di masjid-masjid, mushola serta majelis taklim, namun sebaliknya peredaran narkoba juga marak,” ujarnya.

Nasrullah yang juga Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel ini menambahkan, para ulama hanya bisa melakukan tausiah masyarakat tentang bahaya narkoba dan efeknya.

“Yang bertindak di lapangan memberantas narkoba adalah penegak hukum,” tegasnya lagi.

Diakuinya, memang salah satu cara menghancurkan suatu negara dengan merusak generasi muda salah satunya melalui narkoba.

“Upaya memberangus narkoba dan membikin efek jera, salah satunya dengan cara hukuman mati gembong maupun pengedar narkoba. Karena barang haram ini membunuh generasi bangsa,” tegasnya.

Dikesempatan itu, Nasrullah juga memuji semangat Presiden RI Joko Widodo menugaskan Kapolri melakukan kerjasama interpol negara lain untuk bersama-sama memberantas narkoba seperti kasus Fredi.

“Kita berharap pihak keamanan, khusus di Kalsel benar-benar memerangi narkoba sampai ke akar-akarnya. Sebab, peredarannya sudah sampai ke kampung-kampung di daerah kita,” tandasnya.

Baca Juga :  Lima Tersangka Ditetapkan KPK dalam Kasus Korupsi Proyek Jalan di Sumut

Sebenarnya di Kalsel, lanjut Nasrullah, tak hanya marak Narkoba, juga ada penyeludupan nikel di Kalsel, ada prostitusi online hibgga judi online.

“Kemungkinan dalam kasus narkoba, penyeludupan nikel dan lain-lain ada bekingnya. Kita berharap aparat di Kalsel bertindak tegas untuk menegakkan supremasi hukum.

Salah satu tokoh Islam Banua lainnya, H Ahmad Rizqon sangat prihatin dengan gembong narkoba berasal dari Kalsel dan daerah ini sebagai salah satu provinsi tertinggi penyalahgunaan narkoba di Indonesia.

“Sebagai warga banua, kita sangat prihatin karena justru gembong jaringan narkoba ini berasal dari Kalsel. Ini sedikit banyaknya memberi dampak buruk thd prikehidupan generasi muda kita di Banua,” ujarnya.

Rizqon yang juga Sekjen DPP Badan Komunikasi Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Pusat ini menambahkan, perkara narkoba ini dipandang dari sudut mana pun adalah sesuatu yang dapat merusak kehidupan, merusak mental beragama seseorang. Merusak akhlak dan pergaulan, bahkan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

“Sebagai seorang muslim, kewajiban orgtua untuk memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba ini. Ini sekaligus jadi panutan untuk melakukannya,” tegasnya.

Ditambahkan Rizqon, semua pihak harus berikhtiar untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh narkoba yang sudah merambah disegala lini kehidupan.

“Pemerintah juga harus bersungguh-sungguh untuk mencegah, menindak para pelaku perusak moral bangsa ini,” pintanya.

Sementara itu, Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalsel Prof Dr H Ridhahani Fidzi mengatakan kalau masalah narkoba di Kalsel memang sudah sejak dulu masuk peringkat nasional.

“Pengedar dan penggunanya sudah sampai ke desa-desa. Saya sering menerima laporan mahasiswa yang sedang KKN di desa-desa, mereka sering diganggu oleh para pemabuk (narkoba) saat melakukan kegiatan,” paparnya.

Ridhahani yang juga guru besar UIN Antasari Banjarmasin ini menambahkan, mereka juga sering menjadi benturan dengan pengurus Masjid dan Langgar-langgar saat ada pengajian atau acara keagamaan bahkan afa yg berani memerintahkan agar mic masjid dimatikan.

“Aparat sudah cukup maksimal melakukan pencegahan dan penindakan, tapi masih kalah banyak dengan para pelakunya yang selalu bertambah jumlahnya.
Kami berharap semua orang tua, masyarakat, tokoh agama, harus ekstra ketat melakukan pengawasan terhadap keluarganya dan masyarakat demi menyelamatkan mereka sebagai generasi yang akan datang,” paparnya

Baca Juga :  Mutasi dan Rotasi 702 Personel Polri

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalsel mencatat sebanyak 57.723 kasus penyalahgunaan narkoba selama empat tahun terakhir, tepatnya mulai tahun 2019 hingga pertengahan tahun 2023 ini.

“Jumlah kasus ini membawa Kalsel sebagai salah satu provinsi tertinggi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Masuk dalam daftar sembilan besar kawasan rawan narkoba dengan prevalensi 1,8 atau 3,4 juta penduduk,” kata Kepala BNN RI, Komjen Polisi Prof Dr Petrus R Golose saat memberikan kuliah umum masalah Bahayanya penyalahgunaan Narkotika di
di Aula Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, 6 September 2023 lalu.

Selain itu, gembong narkoba jaringan internasional Fredy Pratama dengan sandi operasi “Escobar Indonesia yang saat ini diburu tim satuan tugas khusus bentukan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri berasal dari Banjarmasin, Kalsel.

“Polri telah memburu jaringan Fredy Pratama ini sejak 2020 sampai 2023. Total ada 408 laporan polisi yang diungkap dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang. Sedangkan 39 tersangka yang ditangkap dalam operasi Escobar Indonesia dimulai dari periode Mei 2023,” kata Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada.

Tim khusus dengan sandi operasi “Escobar Indonesia” ini beranggotakan penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkoba dari tingkat Bareskrim hingga polda jajaran yang wilayahnya terdapat jaringan Fredy Pratama, yakni Polda Kalimantan Selatan, Kalimantang Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Polda Metro Jaya, Lampung, dan Bali.

Bukan itu saja, Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalsel juga berhasil menyita aset senilai Rp43,93 miliar dari jaringan gembong narkoba internasional yang dikendalikan Fredy Pratama alias Miming sang buronan Bareskrim Polri.

“Total ada 14 aset yang disita terdiri, tanah dan bangunan serta kendaraan hasil tindak pidana pencucian uang (TPPU) dari kejahatan narkoba,” kata Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Kalsel AKBP Ernesto Saiser di Banjarmasin.

Dijelaskan Ernesto, aset hasil TPPU tersebut disita dari orang tua Fredy yang berdomisili di Banjarmasin yaitu Lian Silas.

Salah satunya bangunan tiga lantai di Jalan Djok Mentaya Banjarmasin yang digunakan untuk restoran Shanghai Palace, Hotel Mentaya Inn dan Cafe Beluga.

Bareskrim juga telah menetapkan Lian Silas sebagai tersangka bersama puluhan orang lainnya dalam jaringan pencucian uang hasil kejahatan narkoba Fredy yang terdeteksi terakhir berada di Thailand. (Mau/KPO-3)

Iklan
Iklan